Masjid Madureksan, Pengadilan dan Atur Strategi Perang

elangmur - Selasa, 23 September 2025 | 07:27 WIB

Post View : 76

Masjid Madureksan atau Padureksan - di komplek Taman Menara Kudus, penuh sejarah dan ceritera rakyat era Kia Telingsing dan Sunan Kudus. Foto Sup 12 September 2025.

Kudus, Elang Murianews (Elmu) – Masjid Madureksan atau Padureksan konon sempat dijadikan tempat pengadilan berbagai perkara dan atur strategi perang era Kiai Telingsing -Sunan Kudus. Uniknya lagi , ketika hendak memasuki tempat sembahyang , terpaksa harus jongkok atau membungkuk- karena saking sempitnya. “Baru setelah dipugar pada 6 Juli 1989, lebih lapang. Meski daya tampungnya tetap relatif kecil/sedikit. Dibanding dengan masjid pada umumnya,” tutur pemerhati sejarah, mantan kepala seksi sejarah museum kepurbakalaan (Rahmuskala)Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Kudus Sancaka Dwi Supani-akrab disapa Supani, Selasa ( 23/9/2025).

Sempit- tempat bersembahyang masjid Madureksan/Padureksan . Foto Sup 12 September 2025

         Dan pada hari ini, bertepatan dengan peringatan hari jadi Kudus ke-476 yang tentu saja terkait dengan kiprah Kiai Telingsing- Sunan Kudus- serta Masjid Madureksan atau Padureksan. Terletak hanya beberapa puluh meter sebelah timur komplek Masjid Menara Makam Sunan Kudus .

   Supani menambahkan , nama Madureksan atau Padureksan, (asal kata padu dan reksa) mencuat kali pertama ketika Kiai Telingsing memimpin pertemuan dan diskusi antar kiai. Muncullah perdebatan sengit sehingga melenceng menjadi “debat kusir”. Yen kowe pada padu, kowe kudu bisa ngreksa. Terjemahan bebasnya, bila kamu saling berselisih pendapat kamu juga harus bisa menjaga/mengendalikan diri” tegas Kiai Telingsing.

      Luas komplek Masjid Madureksan atau Padureksan yang sarat dengan sejarah dan ceritera rakyat ini, hanya panjang 17,20 meter dan lebar 13 meter. Setelah dikurangi untuk tempat wudu, maka tempat sembahyangnya menjadi sempit.

       Hanya mampu menampung tidak lebih dari 30 orang, sehngga kesehariannya dimanfaatkan tempat sembahyang. Sekaligus tempat istirahat hingga ngobrol bagi para pengojek motor dan pedagang kakl lima .

    Padahal selain telah ditetapkan sebagai sebagai benda cagar budaya ( sekarang sesuai undang undang nomor 11 tahun 2010 dirubah menjadi cagar budaya)melalui surat Keputusan Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah, nomor 11-19/Kud/15/TB/04/ 27 September 2005 yang ditanda-tangani Endjat Djanoederadat, juga berpeluang besar dijadikan tempat tujuan wisata sejarah/religius/budaya.

    Sebab , menurut Supani, Masjid Madureksan/ Padureksan ini dibangun pada tahun 1520 sebelum Masehi atau lebih tua dibanding Masjid Menara Kudus yang dibangun Sunan Kudus pada tahun 1549 sebelum Masehi. “Di halaman depan masjid terdapat sebuah pohon beringin berukuran besar dan dijadikan tempat tambatan kuda bagi para tamu Sunan Kudus. Hanya sangat disayangkan ketika masjid itu dipugar sebagian besar kerangka bangunan yang terbuat dari kayu dan batu bata (bata merah) diganti dengan bahan bangunan modern. Begitu pula bentuknya,” tuturnya.(Sup).

Halaman:

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

img single