Berdatangan ke Kudus,Peziarah Singapura, Malaysia

elangmur - Rabu, 22 Oktober 2025 | 20:50 WIB

Post View : 6

Penginapan/losmen/hotel non bintang- di seputar komplek Terminal Religi Bakalan Krapyak Kaliwungu Kudus. Kumuh dan sebagai besar tidak beroperasi. Foto Sup , Rabu

Kudus, Elang Murianews (Elmu) – Mulai berdatangan peziarah asal Singapura dan Malaysia ke komplek Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus (M3SK) . Namun  mereka mengeluh, karena kamar mandi- WC/toilet  yang ada di komplek  terminal wisata Bakalan Krapyak jorok- tidak memenuhi standar. Begitu pula fasilitas angkutan terbatas (sebagian besar) hanya ojek motor. Dan penginapannya juga dianggap kumuh.  “ Di satu sisi kita  bergembira dengan hadirnya peziarah dari negara lain. Tetapi di sisi lain secara tidak langsung kita dipermalukan dengan kondisi fasilitas dan layanan yang tidak/belum memenuhi standar kualitas,” tutur Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) terminal Bakalan Krapyak, Kaliwungu Kudus, Abdul Wakhid di kantornya, Selasa (21/10/2025).

                Menurut pengamatan Elmu, dari sisi jumlah,  fasilitas kamar mandi – wc/toilet  komplek terminal Bakalan Krapyak dan seputar komplek M3SK cukup memadai. Hanya saja ukurannya relatif- sempit dan “barangnya” tidak termasuk “berkelas”. Toiletnya masih “pruduk” lama, yaitu toilet duduk. Warn keramiknya  pada umummnya sudah pudar. Bentuk bangunannya amat sederhana. Begitu- pula kondisi penginapan yang ada di seputar terminal Bakalan Krapyak sebagian besar malah tidak beroperasi lagi.-

 "Komplek" kamar mandi-wc/toilet ; -terletak di sisi belakang (selatan) komplek terminal religi Bakalan Krapyak Kudus, dianggap jorok oleh peziarah asal Singapura dan Malaysia. Foto Sup ( 22/10/2025).

                Abdul Wakhid tidak menjelaskan secara rinci tentang jumlah  peziarah asal Singapura dan Malaysia tersebut .Selain itu  apakah hanya berziarah ke M3SK, atau juga berziarah ke Makam Sunan Muria di Desa Colo Kecamatan Dawe. Atau juga terpantau mengunjungi obyek wisata yang ada di Kudus. “ Ada juga yang berdatangan dari Kalimantan. Jadi  peziarah M3SK tidak hanya terbatas dari  seputar Jawa Tengah, tetapi berdatangan pula dari berbagai daerah di Indonesia,” tambahnya.

Kloset/toilet jongkok- umumnya masih dioperasikan di komplek terminal religi Bakalan Krapyak. Foto Sup (22/10/2025)

                Abdul Wakhid yang baru bertugas per Agustus 2025 ini, juga sempat menyimpulkan, jika sebagian besar peziarah yang “melewati “ terminal wisata Bakalan Krapyak adalah kalangan menengah ke bawah. Sehingga tidak begitu memedulikan terhadap kondisi kamar mandi-wc, transportasi (ojek) maupun penginapan. “Mereka “sangunya “ (uang saku) juga  ala kadarnya. Bahkan untuk lebih ngirit , banyak diantara peziarah, yang membawa bekal dari rumah.  Lalu disantap saat tiba di Bakalan Krapyak,” tuturnya.

                Meski demikian, selaku kepala UPTD Bakalan Krapyak , ia sangat mendukung  jika  kondisi kamar mandi-wc, transportasi hingga penginapan  lebih ditingkatkan – lebih berkualitas. Termasuk “wajah “ dan fasilitas lainnya , sehingga mampu mendongkrak lebih banyak peziarah hingga wisatawan.

                Masih menurut Abdul Wakhid,  jumlah peziarah  memang tidak bisa berlangsung /berkunjung rutin sepanjang tahun atau selama 12 bulan. Sebab, terhalang dengan kondisi  adat- seperti pada setiap bulan puasa, setiap bulan bulan  “baik” untuk aneka macam perhelatan hingga musim panen. “Mungkin hanya sekitar  6(enam bulan) yang rutin dikujungi peziarah/wisatawan dalam jumlah  cukup signifikan, Selebihnya menurun. Bahkan khusus pada setiap bulan puasa, tidak ada lagi peziarah yang berkunjung ke M3SK maupun Sunan Muria,”.

                Peziarah pada umumnya  menumpang bus antar kota/antar provinsi  secara rombongan. Setiap bus rata-rata berkapasitas 40  penumpang dan dikenakan retribusi Rp 25.000,- . Semula hanya dipungut Rp 10.000,-  Dan dibanding dengan kabupaten/kota lain  retribusi  tersebut tergolong  “murah”.(sup)

Halaman:

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

img single