Ditunggu DED “Matahari” Kudus

elangmur - Selasa, 11 Maret 2025 | 20:44 WIB

Post View : 514

Matahari Plasa Kudus.Foto Wikimedia

Kudus, Elang Murianews (Elmu)- Masyarakat Kota Kretek kini dalam posisi menunggu  Detail Engineering Design (DED) rencana pembangunan ulang mall atau pusat pertokoan yang akan terintegrasi dengan rumah sakit umum (RSU) Loekmono Hadi. DED menjadi  sangat penting dalam proyek konstruksi. Sebab memberikan gambaran terperinci tentang setiap aspek proyek. Mulai dari gambar kerja , spesifikasi material, sehingga memastikan proyek berjalan sesuai rencana, efisien, dan berkualitas. “ Membahas ijin mall dan rumah sakit harus ada DED dulu baru berbicara mengenai perijinan apa yang di butuhkan. Tentunya kalo ijin dasar harus di cukupi dulu,” tutur Kepala Dinas Penanaman Modan dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Kudus ,Harso Widodo, Selasa (11/03/2025).

                Pembangunan mall yang tersambung dengan RSU Loekmono Hadi muncul dari ide,gagasan dan mimpi Bupati Kudus Samani Intakoris. “ Lantai 1- 3  berfungsi sebagai  mall. Sedang lantai 4-5 sebagai bagian pengembangan rumah sakit. Biar pasiennya cepat sembuh,” canda orang pertama  di kabupaten yang berpenduduk  sekitar  874.800 ini.

                Meski belum diketahui  secara pasti kapan pembangunan  mall dan  rumah sakit itu dilaksanakan, namun setidaknya  menjawab teka teki  tentang bekas  komplek perbelanjaan Matahari dikembalikan ke posisi “aslinya”.  Setelah terbakar pada Kamis pagi (22/2/ 2018).

Pusat Perbelanjaan Matahari Kudus- saat terbakar pada Kamis 22 Februari 2018. Foto sup

                Menurut Manejemen Matahari, Djarot Trinobo, lantai pertama ditempati sejumlah pertokoan dan perbankan yang dikelola pihak lain. Sedang lantai dua khusus menjual aneka jenis pakaian dan segenap asesorisnya. Lalu lantai tiga dimanfaatkan untuk  bioskup dan  rumah makan.

                Ia menambahkan,  jumlah karyawannya sekitar  300 orang yang sebagian besar perempuan dan saat kejadian, seluruh pekerja belum masuk, sehingga tak ada korban jiwa.“ Kami  menyewa bangunan selama 20 tahun kepada  Pemkab Kudus dan mulai  beroperasi sejak tahun 1990.” tuturnya saat itu seusai kebakaran

                Dalam kurun waktu hampir tiga tahun terakhir,seluruh pintu menuju  lantai ini dikunci dan aliran listrik otomatis diputus/dipadamkan. Akibatnya bangunan dan isinya yang semula menjadi tempat favorit untuk berbelanja- termasuk menonton film bagi “wong” Kudus dan sekitarnya berubah menjadi “sarang hantu”.

                Kemudian dilelang  dan akhirnya  pusat perbelanjaan terbesar di bekas Karisidenan Pati saat itu rampung diratakan dengan tanah pada posisi Selasa (16/2/2021) pukul 14.00 WIB  dan tinggal menyisakan “secuil”  tembok bangunan.

Detik detik terakhir- pembongkaran hingga pemerataandengan tanah bangunan Matahari per Selasa 16/2/2022. Foto Sup

                Beberapa kali Pemkab Kudus menawarkan kepada investor  bekas pusat pertokoan yang berdekatan dengan  Pasar Bitingan dan hanya  sekitar 500 meter selatan pusat  pemerintahan  ini . Namun tak kunjung  berhasil .

Kali pertama

                Jika ide,gagasan dan mimpi Samani  yang berlatar pendidikan teknik sipil dipastikan bakal  menarik dan kali pertama di kawasan Gunung Muria  dan sekitarnya. Sebab sebagai Insinyur sipil,  terampil dalam perencanaan, desain, konstruksi, dan pemeliharaan infrastruktur fisik seperti jembatan, jalan, bangunan, sistem air, dan proyek-proyek rekayasa sipil lainnya.”Nanti  dibangun jembatan di lantai atas untuk menghubungkan  dengan  komplek rumah sakit umum Loekmono Hadi. Khususnya gedung rumah sakit sisi utara.,” tutur Bupati Kudus ke-31  ini. .

                Bekas pusat perbelanjaan sendiri, berada di pojok kiri bangunan induk rumah sakit umum yang menghadap ke arah jalan raya/jalan negara. Di sekat dengan jalan  menuju Pasar Bitingan dari  sisi  belakang/selatan. Dan Pasar Bitingan yang sampai sekarang masih dalam sengketa hukun dengan pihak pengembang menghadap utara. Sementara bekas “Matahari” menghadap ke arah jalan raya/negara pula.  Dan diseberang depannya juga terdapat bangunan mall, yang menggusur seluruh ruang terbuka hijau dan saat  di bawah kerindangan aneka jenis pohon penghijauan dimanfaatkan untuk areal parkir  mobil,motor, hingga kegiatan publik  lainnya.

                Rumah Sakit Umum Loekmono Hadi  yang dikutip dari laman rumah sakit itu sendiri, didirikan tahun 1928 oleh Pemerintah Hindia Belanda, Di atas lahan seluas 38.725, 25  meter persegi, atau 3,8 hektar dan berada di Desa Ploso Kecamatan Jati. Dengan direktur pertama , dr. C.Van Proosdy. Sempat dikuasai Jepang pada tahun  1942- 1945 dan saat itu  rumah sakit  dipimpin d Lie Gik Djing, dr.R.SW.Roroem dan dr. Tjia. Setelah Jepang pergi, pada tahun 1946 Rumah Sakit Umum Kudus dipimpin oleh dr. Loekmonohadi.

                Rumah Sakit Umum Kudus juga digunakan untuk tempat kuliah dan praktek oleh Perguruan Tinggi Kedokteran (PTK), sehingga Rumah Sakit Umum Kudus selain melaksanakan pelayanan kesehatan juga sebagai tempat pendidikan Dokter, bidan dan perawat. Sedang  saat ini rumah sakit umum tergolong kelas B , dengan status  Badan Layanan Umum (BLU. Memiliki luas bangunan  91.482  meter persegi,  Dengan  tempat tidur  super VIP 23, VIP 17, Kelas I 44, Kels II 69, Kelas III 140, ICCU  tanpa ventilator 5 dan isolasi berkapasitas  56 kamar tidur.

               Meski kemungkinan besar sisi arsitekturnya  bakal menarik dan  digarap langsung Bupati Kudus Samani, namun Pemkab Kudus sampai sekarang masih  “berhutang” dengan hilangnya ruang terbuka hijau yang sekarang ditempati mall, Termasuk alih fungsi lahan (pertanian) terus menggerus, sehingga melanggar  undang  undang nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang  yang menetapkan proporsi  ruang terbuka hijau minimal  30 persen dari luas wilayah kabupaten/kota.(Sup).

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

img single