Kudus, Elang Murianews (Elmu)- Lokasi makam pasangan suami isteri legendaris Raden Ayu Dewi Nawangsih – Raden Bagus Rinangku Dukuh Masin Desa Kandangmas Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus mudah ditemukan dan mudah terjangkau dari banyak sisi/jalan Hanya saja dengan catatan tidak ada satu pun trayek kendaraan umum yang menuju ke sana.
Makam ini tergolong benda cagar budaya, karena Nawangsih lahir sekitar tahun1498 Masehi dan meninggal pada tahun 1578 Masehi atau tahun 986 Hijriah pada usia 80 tahun Ia adalah putra dari Raden Umar Said atau Sunan Muria III. Sedang Bagus Rinangku adalah salah satu murid Sunan Muria III, yang lahir pada sekitar tahun 1492 dan meninggal pada tahun 1570 pada usia 78 tahun.
Jika hal itu menjadi patokan, maka usia kedua makam tersebut pada tahun 2024 telah mencapai 446- 456 tahun. Namun tidak diketahui secara pasti sudah beberapa kali makam ini dipugar.
Dan hampir setiap hari pasti ada peziarah yang berdatangan tidak hanya dari Kudus saja, tetapi juga daerah lain. Terlebih pada setiap malam Jumat Wage jumlah peziarahnya membludak. Sebagian diantara mereka malah menyempatkan diri menginap . Meski dalam ruang terbuka dalam bentuk memanjang. “. bagi sebagian warga malam Jumat Wage berziarah di pusara Raden Ayu Nawangsih – Bagus Rinangku ini dianggap hari keramat dan diyakini datangnya berkah.Pada umumnya warga yang berziarah dan berdoa di makam ini dengan tujuan agar menjadi sugih/kaya, Jika orang menjadi sugih, maka ibaratnya ke mana mana saja bisa. Tetapi saat sudah menjadi orang sugih, jangan lupa harus beramal kepada orang lain ( orang yang tidak mampu)” tutur juru pelihara (jupel) makam Masin, Anas Lirianto (37) saat ditemui di dalam ruang makam RA Dewi Nawangsih- Bagus Rinangku, Kamis tengah hari (3/12/2020).
Sedang untuk mencapai komplek makam Nawangsih- Bagus Rinangku, harus dilalui dengan jalan kaki. Setelah lebih dahulu menitipkan motor atau mobil di lokasi parkir yang tergolong sangat luas. Kemudian menuju pintu gerbang, seusai melintas di atas jembatan , yang dibawahnya mengalir sebuah sungai kecil dengan air begitu jernih-bebas dari pencemaran.
Lalu peziarah atau wisatawan bisa memilih dua arah untuk menuju makam. Satu arah melalui jalan undhak-undhakan selebar satu setengah meter. Di bagian tengah disisipi patok-patok beton, Satu patok dengan patok lain dihubungkan dengan pipa besi berdiameter sekitar 4- 5 centimeter yang berfungsi untuk tempat pegangan tangan. Kemudian ada satu jalan paving yang lebih lebar dan bisa dilalui banyak orang.
Begitu menginjakkan kaki di pelataran komplek makam, terlihat dua bangunan memanjang untuk tempat beristirahat para peziarah dan sebuah mushola. Sedang makam RA Dewi Nawangsih- Bagus Rinangku berada di bagian depan dari bangunan lainnya.
Sedang syarat untuk masuk dan berdoa di pusara pasangan “Romeo Juliet” ini, hanya membawa sebungkus bunga yang diberikan kepada Anas. Setelah itu ditanya keperluannya dan baru dipersilahkan masuk ke dalam makam. Sedang bunga yang diserahkan peziarah oleh Anas kemudian “dilempar” ke dalam nisan yang bagian tengahnya berlobang. Setelah bungkusnya ( ada dari bahan plastik dan ada pula bungkus daun pisang). “Jika tidak membawa bunga saya tolak. Siapapun tidak terkecuali.” Tegasnya.
Ruang makam itu terhitung sempit. Di bagian kanan hanya muat empat- enam orang yang duduk bersila. Di bagian ini selambu makam terbuka. Lalu di bagian belakang agak lebih lapang ( memanjang). Sedang di bagian samping kiri juga tidak begitu luas- di bagian ini ada pintu ke luar.
Di dalam pusara itu terlihat “papan” dengan tulisan Arab dan tulisan dalam bahasa Indonesia yang berbunyi Mohon Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Wasilah Waliyah ( berdoa melalui para wali/kekasih Allah) RA Dewi Nawangsih- Raden Bagus Rinangku.
Sedang Anas yang merupakan generasi ke tiga dari juru kunci makam, duduk di atas kursi dan dihadapannya ada meja kecil. “Tidak ada ritual yang “aneh aneh”. Apalagi yang melanggar aturan perundangan hingga norma agama. Cukup datang –kulo nuwun- menyerahkan bunga dan mengutarakan maksudnya. Tidak ada pula keharusan untuk membayar satu sen pun. Datang dan saksikan sendiri. Jangan menyebar luaskan berita bohong tentang ritual di sini. Itu dosa besar,” tegasnya.(sup).