Kudus, Elang Murianews (Elmu) - Djarum OASIS Kretek Factory- atau lebih dikenal dengan Oasis. Secara administratif terletak di perbatasan Desa Gondangmanis, Purworejo, Pedawang, dan Bacin Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. Bisa dijangkau dengan mudah dari pusat Kota Kudus ke a rah utara, sekitar 10 menit dengan naik mobil atau motor. Di lokasi ini juga terdapat sebuah Monumen Kretek Indonesia setinggi 23 meter hasil karya perupa Yuara Martinus
Oasis, menurut kamus besar bahasa Indonesi artinya (1) daerah di padang pasir yang berair cukup untuk tumbuhan dan permukiman manusia (2) tempat, pengalaman, dan sebagainya yang menyenangkan di tengah-tengah suasana yang serba kalut dan tidak menyenangkan. Namun terlepas dari arti kata, Oasis dibangun PT Djarum Kudus dan diresmikan pada 19 April 2013 menempati lahan seluas 82,05 hektar. Dengan rincian yang dipergunakan bangunan hanya 24,97 hektar , infrastruktur 16,58 hektar dan 40,49 hektar sebagai lahan hijau.
Dan menurut penjelasan , Hardi Cahyana yang mewakili Humas PT Djarum Kudus. 11 Oktober 2014, Djarum OASIS Kretek Factory sebenarnya merupakan komplek pabrik baru Sigaret Kretek Mesin (SKM). yang serba modern.Antara lain ditandai dengan mengoperasikan mesin kretek tercepat pertama di dunia, yaitu mampu memproduksi 16.000 batang SKM/menit. Lalu mentrapkan sistem penyimpanan tembakau dengan Automatic Storage Retrieval System” . Sekaligus sebagai pengganti komplek pabrik SKM lama di Desa Gribig Kecamatan Gebog (Kudus)
Selain itu juga dibangun jaringan kelistrikan dengan kabel tertutup sepanjang 12 kilometer , dilengkapi dengan lampu hemat energi dan sistem penangkap petir yang ditangani tim ahli dari Universitas Diponegoro (Semarang). Bagi setiap karyawan-termasuk buruh( sebutan akrab untuk pekerja pabrik rokok dengan status buruh harian) maupun setiap tamu yang hendak memasuki ruang kerja(pabrik), terlebih dahulu harus memarkir kendaraannya. Kemudian menuju halte, lalu bersama-sama naik bus yang hanya memakan waktu beberapa menit. “Begitu pula ketika mereka pulang kerja.Ini salah satu bentuk pengamanan” ujar Hardi Cahyana.
Napak tilas.
Setelah hampir 11 tahun tidak pernah berkunjung ke Oasis, maka pada Kamis ( 7/8/2025), Elmu diajak Heri Triyoga, mantan kepala Dinas Ciptakarya dan Tata Ruang Kabupaten Kudus “napak tilas”. Ia didampingi antara lain, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan, Didik Tri Prasetyo, Kepala Bappeda Sulistiyowati, Camat Bae Syafi’i. Sedang “bos” Oasis, Boby, Kepala Pusat pembibitan tanaman, Yunan Adhitia, bersama sejumlah staf, mengantar para tamu napak tilas ini mengelingi Oasis, memberi penjelasan panjang lebar, hingga diakhiri makan siang dengan menu soto kerbau, nasi pindang khas Kudus. “Saya dulu yang memberikan ijin lingkungan. Sempat memperoleh informasi tentang Oasis yang cukup dikenal, sehingga saya tertarik untuk “napak tilas” ke sini. Ternyata memang benar. Ini patut diapresiasi,” tutur Yoga, panggilan akrab Heri Triyoga, yang juga dikenal sebagai salah putra mantan Gubernur Jawa Tengah Ismail.
Dalam kurun waktu sekitar 11 tahun, secara umum tidak ada banyak perubahan bangunan phisik. Kecuali bangunan- mesin pengolahan sampah organic yang telah memiliki sekitar 370 “anggota”. Namun perubahan besarnya adalah Oasis menjadi sebuah taman “raksasa”. Betapa tidak di lokasi ini terdapat sekitar 14 titik taman . Diangtaranya Djarum Foundation Park(Taman Bakti Pendidikan Djarum) yang berisi plaza sosial, bulutangkis, trees for life(pohon seumur hidup), amphitheatre budaya, gapura bakti pada negeri dengan hiasan taman bunga.
Di areal hijau ini juga terdapat taman holtikura, yang berisi koleksi umbi-umbian, soka, pisang-pisangan, palem, bambu, tanaman langka, apotek hidup, koleksi nusa indah, kembang sepatu , bougenville dan tabebuya. Termasuk sekitar 268 jenis tanaman asal dari dalam negeri maupun mancanegara, lima persen diantaranha tergolong tanaman langka. Seperti pohon botol (Adansonia Digitata) yang dikenal banyak menyimpan air.
Sedang untuk memenuhi kebutuhan air guna menyirami lahan hijau seluas 40,49 hektar tersebut, di komplek Oasis juga dibangun semacam cek dam dan puluhan unit sumur resapan yang mampu menampung ribuan meter kubik air. Sedang penangangannya (termasuk perawatan harian) dikerahkan 80 tenaga kerja yang berasal dari warga seputar komplek Oasis dan bekerja sejak pagi hingga sore hari. Selain itu yang tidak kalah menariknya di Oasis tersebut juga dijumpai rumah adat Kudus tiga demensi yang sebagian besar masih dalam kondisi asli dan sebuah pendopo ukuran besar berarsitektur Jawa (Joglo).
Oasis yang dirancang untuk masa depan ini tidak hanya sekedar berarti mata air di padang gurun (tandus), tetapi juga suatu tempat yang memberikan keteduhan, kenyamanan hingga sumber kehidupan. “Bahkan bisa dijadikan tempat untuk mengenal bahasa, belajar menyanyi, mengenal budi pekerti dan tempat awal kita melambungkan cita-cita” ujar Rudijanto Gunawan, pemimpin redaksi majalah WKD PT Djarum. Sekaligus menjadi tempat olahraga, wisata, hingga sarana untuk ikut menunjang undang undang nomor 26 tahun 2007 tentang ruang terbuka hijau, yang antara lain menyebutkan luas ruang terbuka hijau minimal 30 persen dari luas kabupaten/kota. Kudus termasuk salah satu kabupaten/kota yang laju alih fungsi lahannya cukup pesat, sehingga ruang terbuka hijau tinggal sekitar 15 persen saja,(sup).