Oasis dan Monumen Kretek Indonesia

elangmur - Sabtu, 16 Agustus 2025 | 06:56 WIB

Post View : 61

Napak tilas- mantan Kepala Dinas Cipta Karya dan tata ruang Kudus Heri Triyogo dan rombongan ke Oasis Kudus. Foto sup

Kudus, Elang Murianews (Elmu) - Djarum OASIS Kretek Factory- atau lebih dikenal dengan Oasis. Secara administratif terletak di perbatasan Desa Gondangmanis, Purworejo, Pedawang, dan Bacin Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. Bisa dijangkau dengan mudah dari pusat Kota Kudus ke a rah utara, sekitar 10 menit dengan naik mobil atau motor. Di lokasi ini juga terdapat sebuah Monumen Kretek Indonesia  setinggi 23 meter hasil karya perupa Yuara Martinus

               Oasis, menurut kamus besar bahasa Indonesi artinya (1) daerah di padang pasir yang berair cukup untuk tumbuhan dan permukiman manusia (2) tempat, pengalaman, dan sebagainya yang menyenangkan di tengah-tengah suasana yang serba kalut dan tidak menyenangkan. Namun terlepas dari arti kata, Oasis dibangun PT Djarum Kudus dan  diresmikan  pada 19 April 2013 menempati lahan seluas 82,05 hektar. Dengan rincian  yang dipergunakan bangunan hanya 24,97 hektar , infrastruktur 16,58 hektar dan  40,49 hektar sebagai lahan hijau.

Pusat pembibitan tanaman (PPT)- di komplek Oasis seluas sekitar 81 hektar. Foto sup (Kamis 7 Agustus 2025).

             Dan menurut penjelasan , Hardi Cahyana yang mewakili Humas PT Djarum Kudus. 11 Oktober 2014,  Djarum OASIS Kretek Factory sebenarnya merupakan komplek pabrik baru Sigaret Kretek Mesin (SKM). yang serba modern.Antara lain ditandai dengan mengoperasikan mesin kretek tercepat pertama di dunia, yaitu mampu memproduksi  16.000 batang SKM/menit. Lalu mentrapkan sistem penyimpanan tembakau dengan Automatic Storage Retrieval System” . Sekaligus sebagai pengganti komplek pabrik SKM lama di Desa Gribig Kecamatan Gebog (Kudus)

            Selain itu juga dibangun jaringan kelistrikan dengan kabel tertutup sepanjang 12 kilometer , dilengkapi dengan lampu hemat energi dan  sistem penangkap petir yang ditangani tim ahli dari Universitas Diponegoro (Semarang). Bagi setiap karyawan-termasuk buruh( sebutan akrab untuk pekerja pabrik rokok dengan status buruh harian) maupun setiap tamu yang hendak memasuki ruang kerja(pabrik), terlebih dahulu  harus memarkir kendaraannya. Kemudian menuju halte, lalu bersama-sama naik bus yang hanya memakan waktu beberapa menit. “Begitu pula ketika mereka  pulang kerja.Ini salah satu bentuk pengamanan” ujar Hardi Cahyana.

Napak tilas.

             Setelah hampir 11 tahun tidak pernah  berkunjung ke Oasis, maka pada Kamis ( 7/8/2025), Elmu  diajak Heri Triyoga, mantan kepala Dinas Ciptakarya dan Tata Ruang  Kabupaten Kudus “napak tilas”. Ia didampingi antara lain, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan, Didik Tri Prasetyo, Kepala Bappeda Sulistiyowati, Camat Bae  Syafi’i. Sedang “bos” Oasis, Boby, Kepala Pusat  pembibitan tanaman, Yunan Adhitia, bersama sejumlah staf, mengantar para tamu napak tilas ini mengelingi Oasis, memberi penjelasan panjang lebar, hingga diakhiri makan siang dengan menu soto kerbau, nasi pindang khas Kudus. “Saya dulu yang memberikan ijin lingkungan. Sempat memperoleh informasi tentang Oasis  yang cukup dikenal, sehingga saya tertarik untuk “napak tilas” ke sini. Ternyata memang benar. Ini patut diapresiasi,” tutur Yoga, panggilan akrab Heri Triyoga, yang juga dikenal sebagai salah putra mantan Gubernur  Jawa Tengah Ismail.

Rumah Adat Kudus - tiga demensi, asli/utuh di tengah kerimbunan pohon/bunga di komplek Oasis. Foto sup (7/8/2025)

               Dalam kurun waktu sekitar 11 tahun, secara umum tidak ada banyak perubahan bangunan phisik. Kecuali bangunan- mesin  pengolahan  sampah organic yang telah memiliki sekitar 370 “anggota”. Namun perubahan besarnya adalah Oasis  menjadi sebuah taman “raksasa”. Betapa tidak di lokasi ini terdapat sekitar 14 titik  taman . Diangtaranya Djarum Foundation Park(Taman Bakti Pendidikan Djarum)  yang berisi plaza sosial, bulutangkis, trees for life(pohon seumur hidup), amphitheatre budaya, gapura bakti pada negeri dengan hiasan taman bunga.

                Di areal hijau ini juga terdapat taman holtikura, yang berisi koleksi umbi-umbian, soka, pisang-pisangan, palem, bambu, tanaman langka, apotek hidup, koleksi nusa indah, kembang sepatu , bougenville dan  tabebuya. Termasuk sekitar 268 jenis tanaman asal dari dalam negeri maupun mancanegara, lima persen diantaranha tergolong tanaman  langka. Seperti  pohon botol (Adansonia Digitata) yang dikenal  banyak menyimpan air.

            Sedang untuk memenuhi kebutuhan air guna menyirami lahan hijau seluas 40,49 hektar tersebut,  di komplek Oasis juga dibangun semacam cek dam dan puluhan unit sumur resapan yang mampu menampung  ribuan meter kubik air. Sedang  penangangannya (termasuk perawatan harian) dikerahkan 80 tenaga kerja yang berasal dari warga seputar komplek Oasis dan bekerja sejak pagi hingga sore hari. Selain itu yang tidak kalah menariknya di Oasis tersebut juga dijumpai  rumah adat Kudus tiga demensi yang sebagian besar masih dalam kondisi asli dan sebuah pendopo ukuran besar berarsitektur Jawa (Joglo).

                Oasis yang  dirancang untuk masa depan ini tidak hanya sekedar berarti mata air di padang gurun (tandus), tetapi juga suatu tempat yang memberikan keteduhan, kenyamanan hingga sumber kehidupan. “Bahkan bisa dijadikan tempat untuk mengenal bahasa, belajar menyanyi, mengenal budi pekerti dan tempat awal kita melambungkan cita-cita” ujar Rudijanto Gunawan, pemimpin redaksi majalah WKD PT Djarum. Sekaligus menjadi tempat olahraga, wisata, hingga sarana untuk ikut menunjang undang undang nomor 26 tahun 2007 tentang ruang terbuka hijau, yang antara lain menyebutkan luas ruang terbuka hijau minimal 30 persen dari luas kabupaten/kota. Kudus termasuk salah satu kabupaten/kota yang laju alih fungsi lahannya cukup pesat, sehingga ruang terbuka hijau  tinggal sekitar 15 persen saja,(sup).

Halaman:

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

img single