Kudus, Elang Murianews (Elmu)- Pembangunan pasar barang bekas (Babe) di Desa Jati Wetan Kecamatan Jati Kudus tahap I per Jumat (27/12/2024) selesai 100 persen. Penjabat Bupati Kudus, Hasan Chabibie, yang didampingi Kepala Dinas Perdagangan , Andi Imam Santoso, Ketua Paguyuban Pasar Babe Haryanto dan sejumlah pedagang lain, nampak “nganyari”.
Bangunan tahap I nampak jauh lebih kokoh dibanding bangunan lama sebelum terbakar pada Rabu dinihari (5/6/2024). Tercatat ada 16 tiang besi berbentuk pipih, yang masing-masing ditopang dengan beton bertulang. Delapan tiang berada di sisi selatan dan delapan tiang berada di sisi selaatn.
Sedang blandar dan usuknya juga berbahan baku besi. Lalu untuk atapnya memakai galvalum yang terbuat dari baja yang dilapisi campuran aluminium (55 persen), seng( 43,5 persen), dan silicon (1,5 persen). Lantai semen, dengan ketimggian lebih dari setengah meter. “Ini untuk antisipasi jika kebanjiran dan konsep bangunanya tanpa sekat.- karena terbatasnya anggaran. Ke depan bisa diatasi lewat perubahan anggaran atau Corporate Social Responsibility (CSR)/ tanggung jawab sosial perusahaan” ujar Hasan Chabibie.
Ditambahkannya, pembangunan tahap pertama ini hanya mampu menampung sekitar 100- 120 pedagang. Padahal menurut Haryanto, total jumlah pedagang Pasar Babe tercatat 276. Setelah terjadi kebakaran, hanya 85 pedagang yang meneruskan usahanya di seputar lokasi kebakaran. “Kami sepakat untuk menempati saat seluruh proses pembangunan (tahap 1 dan tahap 2) selesai 100 persen. Dan berharap masing masing los diperluas dari 2 x 1,8 meter menjadi 2 x 2 meter,” tuturnya.
Dengan konsep bangunan tanpa sekat atau los (istilah dalam pasar tradisional) tersebut, maka an ketika musim hujan. Lebih tepatnya pada curah hujan tinggi disertai angin, pedagang- daganganya-pembeli terancam “kehujanan” (tampias). Juga rawan pencurian. Mengingat Pasar Babe tidak dikelilingi pagar tembok tinggi.
Selain itu juga akan memunculkan masalah baru, ketika sebagian besar pedagang merombak los menjadi kios. Mengakibatkan pengab ( berkurangnya sirkulasi udara) karena bentuk bangunannya “ndeprok”. Akibat lantai dasar ditinggikan dan tidak diimbangi dengan ketinggian bangunan.
Lalu sebelum pembangunan tahap pertama dimulai, Kepala Dinas Perdagangan, Andi Imam Sntoso maupun Kepala Bidang Pengelolaan Pasar Dinas Perdagangan Kudus, Albertus Harys Yunanto m , seringkali menyatakan kepada wartawan, sumber biaya diperoleh dari dana tak terduga bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2024 sebesar Rp 1,5 miliar. Baru dimulai awal Desember 2024.
Sedang di papan nama proyek yang terpasang sisi depan bangunan baru tercatat nilai kontraknya Rp 1.333.489.847,23 atau Rp 1,3 miliar. Dengan tanggal kontrak 29 Oktober 2024. Kenyataannya, baru pada 8 Desember 2024 dimulai. Ini diduga karena tarik ulur tentang surat Laboratorium Forensik (Labfor) dari Polda Jateng. Dugaan lain proyek pembangunan tahap pertama juga belum dilengkapi dengan ijin mendirikan bangunan (IMB).
Kemudian “persoalan lama” yang belum pernah diselesaikan tuntas, adalah sebuah bangunan di selatan bangunan pasar Babe( masih satu komplek) yang tidak jelas keperuntukannya. Kemudian muncul lagi “kasus” baru, di sudut barat sisi belakang pasar ( di dalam) dimanfaatkan untuk tempat penampungan sampah sementara dari luar pasar Babe.
Pasar Babe dibangun setelah proses pembangunan pembangunan pasar burung selesai 100 persen. Kedua pasar ini dibangun pada tahun anggaran 2016 dengan biaya Rp 3,6 miliar . Khusus untuk pasar burung jumlah kios yang dibangun mencapai 150 unit. Padahal sebenarnya yang dibutuhkan hanya 85 unit. Selebihnya sampai sekarang tidak berfungsi.
Sebelum menempati pasar yang baru di Desa Jati Wetan, pedagang burung menempati komplek pasar darurat Wergu Wetan ( bekas stasiun kereta api). Sedang pedagang pasar Babe berasal dari pedagang yang berjualan di seputar jembatan Sungai Gelis dan seputar Jalan Sunan Kudus.
Komplek Pasar Babe dan Pasar Burung menempati bekas pasar hewan yang tergolong pasar hewan terkemuka di seputar wilayah Muria Raya (termasuk sebagian Demak dan Grobogan). Namun ketika pasar hewan ini dipindah ke Desa Gulang Kecamatan Mejobo, omzet jual belinya merosot tajam.(Rikha/Sup) .