Sega Kepel, Tradisi Unik Dari Desa Loram Kulon

elangmur - Kamis, 1 Mei 2025 | 05:55 WIB

Post View : 64

Sega kepel- saat disajikan di Masjid Wal Desa Loram Kulon Kecamatan Jati Kudus. Foto dokumentasi sup.

Kudus, Elang Murianews (Elmu)– Sebagian besar masyarakat di Desa Loram Kulon Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus sampai sekarang masih  mempertahankan salah satu tradisi uniknya, yang diwariskan Sultan Hadirin pada abad 15, yaitu sega kepel ( nasi kepel/ sak kepel).

                 Tradisi sega kepel tersebut merupakan salah satu bentuk ucapan terima kasih, atau ungkapan rasa syukur kepada Tuhan, dalam berbagai berbagai jenis kegiatan. Dari resepsi pernikahan, khitanan, membuat rumah, sembuh dari penyakit dan masih banyak kegiatan lainnya. “ Sega kepel  tersebut diserahkan kepada  pengurus Masjid Wali Desa Loram Kulon. Kemudian didoakan dan diberikan kepada pengurus masjid, atau kepada warga yang tengah kebetulan tengah  berada di lingkungan masjid atau kepada siapapun yang mau,” tutur Sekretaris Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Kudus , mantan Wakil Ketua Tim Inventarisasi Benda Cagar Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Diparbud) Kudus, Sancaka Dwi Supani,

Tari Sega Kepel - di halaman masjid Wali Desa Loram Kulon. Foto istimewa

                 Sega kepel itu sendiri, terdiri  nasi putih yang dibungkus dengan daun pisang. Jumlahnya tujuh bungkus dan masing-masing bungkus isinya sekepalan tangan manusia (pembuatnya).  Lalu ditambah dengan tujuh bungkus lauk bothok.  Bothok itu sendiri bisa dengan bahan baku tahu, tempe, bandeng, ayam, ikan atau apapun bahannya yang bisa dimasak menjadi bothok.

                Alif Sahrofi, salah satu pengurus Masjid Wali yang ditemu terpisah menyatakan,  hampir setiap hari selalu ada warga yang menyerahkan sega kepel. Bahkan jika bersamaan dengan “musim hajatan”,  jumlah sega kepel yang diserahkan mencapai puluhan “unit”. Saat  berada di  masjid setempat, sudah ada  empat  warga yang telah menyerahkan sega kepel. Dua diantaranya masih belum dimakan dan masih dibungkus dengan kain. 

              Atas ijin pengurus masjid,  satu bungkus diantaranya dibuka   Bothoknya dari bahan tahu yang dimasak bersama bungkusnya dari daun pisang. Sedang bungkus  nasi putihnya juga dari daun pisang yang segar dan dibagian atasnya memakai  “pengunci” dari karet gelang.” Bila tidak habis dimakan para jamaah, maka merbot masjid membagikan kepada warga di seputar masjid.” tutur Alif.

             Selain tradisi sega kepel, tradisi unik lainnya yang juga masih diuri-uri  warga Desa Loram Kulon, adalah kirab pengantin  mengelilingi Masjid Wali sebanyak tiga kali. Lalu masih ada tradisi lainnya yang berlangsung setahun sekali, yang disebut ampyang muludan dan dilaksanakan  setiap kali memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.(sup).

 

Halaman:

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

img single