Kudus, Elang Murianews (Elmu) – Satu unit dapur mandiri Badan Gizi Nasional (BGN) yang terletak di Desa Klaling Kecamatan Jekulo Kudus siap dioperasikan antara 18-19 Mei 2025. Atau paling lambat akhir Mei 2025. Dan akan menjadi proyek percontohan sebagai dapur mandiri standar BGN di Kota Kretek. Meski sudah ada tiga unit dapur mandiri yang lebih dahulu dioperasikan, yaitu di Ponpes Nashrul Ummah Mejobo, di Ponpes Al Chalimi di Desa Bulungcangkring, Kecamatan Jekulo, dan di Dani Catering di Desa Jepangpakis Kecamatan Jati.
Sampai dengan Senin sore (12/5/2025) dapur mandiri BGN yang berada hannya beberapa puluh meter selatan Kantor-Balai Desa Klaling tersebut tinggal memoles sebagian paving block di halaman depan dan samping. Sedang bangunan utama yang bercat biru-putih ini sudah rampung 100 persen. Bahkan peralatan dapur yang semuanya berbahan baku stainless steel atau baja tahan karat sudah berada di dalam ruangan. Tinggal pemasangannya saja.
Selain itu yang tidak kalah menarik adalah semua limbah hasil proses pemasakan di dalam dapur telah dibuatkan saluran dari pralon yang dikengkapi dengan penyaring. Kemudian disalurkan ke bak bak kontrol dan kemudian “diolah “ di Instalasi Pengolahan Air Limbah (Ipal) “ Bio Seven” menjadi cairan netral ( tidak lagi berupa limbah) sehingga aman dimanfaatkan untuk menyirami tanaman. Sebagai bukti jika limbah itu sudah berubah netral dan aman, di sisi depan bak terdapat “kolam mini” yang bakal diisi beberapa ekor ikan.Lalu sebagai penanggulangan kelistrikan mati/rusak, juga telah disediakan satu unit generator set (genset)
Menampung 50 tenaga kerja.
Menurut pemilik dapur mandiri BGN Klaling yang tidak bersedia disebut jati dirinya, sekitar 50 pekerja yang sudah terpilih menjadi karyawan . Mereka umumnya berasal dari desa setempat dengan upah Rp 100.000,-/hari ditambah makan –minum gratis.
Karyawan tersebut terbagi menjadi tiga “ shift” kerja, yaitu pagi, siang dan malam hari. Selain karyawan, juga ada tiga orang personil yang ditunjuk-ditetapkan BGN untuk mengawasi- pendamping- penanggung jawab proses operasional dapur mandiri. Ketiganya terdiri akuntan, ahli gizi dan pengawas lapangan. “ Mereka kami sediakan “mess” yang berada di seputar dapur mandiri. Sedang penggajiannya yang menanggung BGN. Kehadiran mereka menjadi kunci keberhasilan – jaminan, seluruh produk dapur mandiri yang berupa makan bergizi gratis (MBG) untuk siswa setingkat SD, SMP, SMA/SMK,” tutur pemilik dapur mandiri.
Ditambahkannya, selain dapur mandiri, karyawan, staf pendamping, juga telah siap pula pemasok berbagai kebutuhan dapur. Termasuk dua unit mobil operasional yang didesain secara khusus dan lokasi serta jumlah siswa yang bakal menerima pasokan rutin MBG.
Adapun total biaya yang dikeluarkan untuk membangun dapur mandiri , beserta peralatan dapur, termasuk mobil operasional paling tidak Rp 3 miliar. Khusus untuk peralatan dapur seperti tempat makan, sendok, garpu, pengadaaannya harus dobel, karena tidak serta merta selesai makan “kembali” ke dapur umum lalu siap pakai lagi. Sedang keseharian harus mengeluarkan biaya paling tidak Rp 45 juta. Hasil perhitungan dari 3.000 porsi MBG dikalikan Rp 15.000,-. “Adapun keuntungan “kotor” kami Rp 3.000,-/porsi. Atau sekitar Rp 9 juta/hari. Kami harus membayar fee kepada Yayasan yang telah kami tunjuk-tetapkan bersama BGN .Semua itu akan berjalan dengan baik, karena dioperasikan sesuai standar , profesional dan terbuka. “ ujar “bos” dapur mandiri BGN Klaling Jekulo mengakhiri keterangannya kepada Elmu. (Sup)