Kudus,Elang Murianews- Wong Jowo Ojo Ilang Jawane ajak Kepala Desa (Kades) Kaliputu Kecamatan Kota Kudus. Widyo Pramono, pada acara sedekah bumi yang dipusatkan di depan gerbang makam Sedo Moekti, Minggu (19/5/2024). “Ayo guyup rukun, gotong royong. Dan sedekah bumi untuk kali pertama diadakan di Desa Kaliputu merupakan momentum Kita orang Jawa harus kembali ke jati dirinya sebagai orang Jawa,” tuturnya yang diamini ratusan warga desa setempat.
Warga pun setuju jika tahun tahun mendatang sedekah bumi terus digelar dan dikembangkan, sebagai bentuk nguri-uri dan melestarikan bahasa Jawa, sastra dan kebudayaan yang mengajarkan tata kromo dan nilai nilai budi pekerti yang luhur.
Dan hal tersebut sebenarnya ditopang secara tidak langsung hadirnya makam Sedo Moekti
Diantara mereka yang disemayamkan, satu diantaranya Raden Mas Sosrokartono-kakak kandung tokoh emansipasi wanita, pahlawan nasional Raden Ajeng Kartini.
Menurut juru kunci makam Sosrokartono, Sunarto, ajaran legendaris Sosrokartono, sugih tanpa banda, ngelmu tanpa aji, ngluruk tanpa bala, menang tanpa ngasorake, terukir di sisi kanan batu nisan. Ia menjalani laku hidup seperti itu: kaya tanpa harta, berilmu tanpa senjata dan aji-aji, ke mana pun sendiri, menang tanpa merendahkan.Serta ajaran penting lainnya adalah Catur Murti. Atau empat dalam satu, yaitu menyatunya pikiran, perasaan, perkataan, dan perbuatan; untuk dijalani. Selain Sosrokartono di makam milik Yayasan Condronegoro, terdapat makam Bupati Kudus pertama Tjondronegoro ke III, serta keturunananya.
Sedang Prosesi sedekah bumi yang baru kali pertama digelar, terkesan cukup sederhana. Hanya menampilkan kesenian tradisional barongan. Sedang berbagai bentuk uba ramenya, yang berupa anek asil bumi-utamanya buah-buahan, aneka jenis jajan dan tumpeng, hanya diletakkan dalam nampan- nampan kecil. Kecuali beberapa tandan pisang ditempatkan di sebuah songkro. Seusai acara resmi, semua uba rampe tersebut di santap bersama-sama.
Desa Wisata- Selain “memiliki” makam Sedo Moekti, Desa Kaliputu juga punya makam pahlawan serta makam /pekuburan umum. Dan telah ditetapkan sebagai desa wisata klasifikasi rintisan dengan surat keputusan bupati Kudus nomor 556/126/2020. Dengan unggulan sentra jenang kudus. Bahkan jenang kudus telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) tahun 2022.
Sebagai pusat jenang Kudus, Desa Kaliputu memiliki sekitar 38 perusahaan jenang yang menyerap ratusan tenaga kerja. Dan keberadaan jenang ini terkait dengan ceritera rakyat tentang Sunan Kudus, Syeh Jangkung dan Depok Soponyono serta seorang cucunya.
Saat itu ditengah perjalanan cucu tersebut terpeleset dan jatuh di sungai. Dan Sunan Kudus berkesimpulan sang cucu telah meninggal dunia. Namun Syekh Jangkung tidak sependapat, karena dianggap mati suri. Ia minta sejumlah ibu ibu membuat jenang bubur gamping yang terbuat dari tepung beras, garam, dan santan kelapa lalu disuapkan ke mulut sang cucu. Ajaib sang cucu pulih dan segar kembali.. Setelah itu Sunan Kudus berucap "Suk nek ono rejaning jaman wong Kaliputu uripe seko jenang" yang artinya "Suatu saat kelak sumber kehidupan warga Desa Kaliputu berasal dari usaha pembuatan jenang".
Dan untuk memperkenalkan sejarah jenang Kudus atau jenang Kaliputu, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kudus sempat membuat gebrakan berupa pagelaran drama Depok Soponyono di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta timur 2014. Sedang warga Kaliputu sendiri, dalam beberapa tahun terakhir juga menciptakan ritual tebokan ritual sejarah jenang dengan dikemas berbagai pernik-pernik budaya agar menarik banyak pihak.(sup)