Kudus, Elang Murianews (Elmu)- Selasa pagi (23/9/2025), Bupati Kudus Samani Intakoris, memimpin upacara memperingati hari jadi Kudus ke-476, di halaman pendopo kabupaten. Bupati, Waki Bupati Belinda dan segenap peserta upacara mengenakan pakaian adat Kudus. Dengan dominasi warna biru.
Kontras dengan lapangan rumput tempat sebagian peserta upacara yang berwarna hijau segar, Sedang di sekilingnya dipenuhi puluhan- bahkan mungkin lebi dari 100 aneka jenis bibit/pohon/bunga yang berasal dari berbagai unsur masyarakat Kota Kretek. Sebagai pengganti karangan bunga – ucapan selamat ulang tahun Kudus,
Sedang rumah dan pendopo bupati Kudus yang akhirnya berkembang menjadi pusat pemerintah kabupaten Kudus belum diketahui secara pasti kapan dibangun dan siapa arsiteknya. Namun menurut mantan Kepala Bidang Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kudus, Sancaka Dwi Supani, diduga kuat Rogomoyo adalah arsitek sekaligus pelaksana pembangunan pendopo Kabupaten Kudus pada abad ke XV. “Kalau saya , rumah dan pendopo kabupaten Kudus dibangun pada masa pemerintahan Bupati Kudus I KRT Patmonegoro- bupati Kudus I tahun 1819,” ujarnya ketika dihubungi di rumahnya kawasan Situs Patiayam Desa Terban Kecamatan Jekulo Kudus, Selasa sore ( 23/9/2025. Sementara itu, Rogomoyo bukan penduduk asli Kudus,namun menetap dan dimakamkan di Desa/Kecamatan Kaliwungu Kudus.
Samani- Belinda yang baru dilantik Presiden Prabowo Subianto, 20 Februari 2025, tercatat sebagai bupati-wakil bupati Kudus yang ke- 31, seperti dikutip dari Wikipedia. Khusus untuk Belinda, tercatat sebagai bupati termuda Indonesia periode 2025- 2030.
Hari jadi Kudus ditetapkan melalui peraturan daerah (Perda) nomor 11 tahun 1990, Diawali dengan penelitian sejarah dari Universitas Gajah Mada (UGM) yang diketuai Djoko Suryo dengan anggota antara lain Sukirman ( sejarawan) dan Inajati Romli ( arkeolog)..Sedang dasar pijakannya sebagai bahan historis adalah tentang tokoh yang akhirnya disepakati Sunan Kudus yang bernama asli As- Sayyid Dja’far Shodiq.
Lalu pijakan kedua tentang tahun. Ada dua sumber yang dapat dirujuk tim dari UGM tersebut, yaitu condro sengkolo memet yang ada di Masjid Langgardalem. yang rumit penafasirannya. Lalu condro sengkolo lombo yang ada di mihrab Al Masjidil Aqsha Menara, sebuah simbolisasi yang secara jelas menyebut angka, yaitu 956 Hijriah.
Pijakan ketiga tentang tanggal. Ada tiga pilihan, yaitu tanggal 1 Ramadhan yang selama ini ditengarai dengan tradisi Bedug Dhandhang (Dhandhangan) Berasal dari Sunan Kudus saat mengumumkan awal bulan puasa yang ditandai dengan pemukulan bedhug yang berbunyi dhang-dhang.
Pilihan tanggal lainnya yaitu 10 Muharram, yang ditandai dengan tradisi Buka Luwur Kanjeng Sunan Kudus. Pada hakekatnya peringatan “haul” atau peringatan tahun kematian.
Sedang pilihan tanggal yang ketiga adalah 12 Rabi’ul Awwal, bersamaan dengan tradisi masyarakat Kudus dalam memperingati kelahiran Nabi Muhammad. Namun tanggal ini akhirnya diabaikan karena kurang sesuai dengan figur sentral yang dipilih , yaitu Sunan Kudus
Akhirnya tim UGM bersama tokoh masyarakat Kudus sepakat Hari Jadi Kota Kudus jatuh pada tanggal 1 Ramadhan 956 Hijriah atau tanggal 2 Oktober 1549 Masehi.. Hasil tersebut sama persis dengan hitungan ahli ilmu falak terkemuka KH Turaikhan Adjhuri Es Syarofi. Namun dalam Perda yang ditanda-tangani Bupati Kudus Kolonel Soedarsono itu menjadi 23 September yang hingga sekarang masih tetap diberlakukan..(sup).
Bupati Awal Jabatan Akhir Jabatan Wakil Bupati Ref.
Daftar Pjs dan Plt Bupati
Bupati Awal Jabatan Akhir Jabatan Bupati Definitif