Kudus,Elang Murianews (Elmu) – Pembegalan air di Desa Hadiwarno dan Desa Tenggeles Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus semakin merajalela. Namun masih menggunakan pola tradisional. Yaitu membendung atau istilahnya petani setempat menambak. Dengan cara memasang batang-batang bambu yang dirakit sedemikan rupa menjadi semacam dinding dan sekaligus menjadi jembatan darurat.
Sebagian lagi dengan menebangi pohon seputar lokasi, lalu dibenamkan dalam saluran air. Ada pula yang memakai terpal dan hanya sebagian kecil yang mengoperasikan pompa air. Itupun ukurannya relatif kecil dan sebagian diantaranya sudah karatan, serta sering mogok mesinnya.
Dampak pembegalan air tersebut yang paling “menderita” petani Desa Jojo Kecamatan Mejobo. Serta sebagian petani Hadiwarno yang areal sawahnya berada di sebelah barat Desa Jojo.
Menurut pengamatan Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Jojo, Anton Wijaya beserta anggota kelompok tani desa setempat, tercatat ada 14 titik pembegalan/tambak-tambak. “Beberapa titik diantaranya berada di wilayah Desa Sadang Kecamatan Jekulo.
Sedang berdasarkan pelacakan Elmu sepanjang Kamis ( 12/9/2024) dengan menyusuri saluran air dari perempatan jalan Krawang ( selatan Stasiun Pengisian Bahan –bakar Umum /SPBU), wilayah Desa Tenggeles, Hadiwarno, Jojo dan Sadang.
Saluran air itu sendiri bercabang-cabang. Namun jika ditarik garis lurus hanya sekitar 5- 7 kilometer. Saluran ini sejak beberapa hari terakhir memperoleh pasokan air dari bendung Logung, melalui pintu utama pembagi air Logung Barat di Desa Tanjungrejo Jekulo sebanyak 1.600 liter per detik.
Dengan pasokan air sebanyak itu, maka saluran irigasi yang menuju persawahan petani terlihat penuh. Begitu pula saluran air yang berupa selokan, parit dan sungai kecil. Puluhan hektar sawah dengan tanaman padi yang rata-rata baru berumur sekitar sebulan dan berada di Desa Tenggeles, Hadiwarrno, Sadang semua terairi.
Kecuali sawah di Desa Jojo yang saluran irigasinya dangkal, penuh sampah, dan terjadi pembegalan. Ke depannya, akan lebih terjamin aliran air sampai Desa Jojo, bila saluran irigasinya berbentuk lurus memanjang. Dari perempatan Krawang ke selatan sejauh sekitar tiga kilometer. Mengikuti alur jalan raya.
Pembegalan air tersebut juga terjadi di saluran irigasi Waduk Kedung Ombo. Terutama di sebagian wilayah Kabupaten Grobogan dan Demak. Pembegal yang semuanya oknum petani tersebut secara terang-terangan memasang pipa ke dinding dalam saluran irigasi, lalu menyedot airnya melalui pompa iar ukuran kecil hingga besar. Pembegalan air tersebut sudah bukan rahasia lagi. Dari pejabat yang berwenang hingga Gubernur Jawa Tengah (saat itu Ganjar Pranowo) mengetahuinya. Tapi belum ada tindakan tegas- penyitaan mesin pompa misalnya. Padahal diperkirakan, akibat pembegalan air, maka pasokan air ke sawah petani yang sudah terjangkau jaringan irigasi teknis berkurang sekitar 20-30 persen.(Sup)