Merajalela, Pembegalan Air di Hadiwarna

elangmur - Kamis, 12 September 2024 | 22:27 WIB

Post View : 140

Begal air dengan- pipa pralon dan pompa air di saluran irigasi system Kedung Ombo di wilayah Kecamatan Karanganyar dan Mijjen Demak. Foto Sup ( pertengahan Desember 2023)

Kudus,Elang Murianews (Elmu) – Pembegalan air di Desa Hadiwarno dan Desa  Tenggeles Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus  semakin merajalela. Namun masih menggunakan pola tradisional. Yaitu membendung atau istilahnya petani setempat menambak. Dengan cara memasang batang-batang bambu yang dirakit sedemikan rupa menjadi semacam dinding  dan sekaligus menjadi jembatan darurat.

begal air irigasi - dengan bambu yang dirakit di saluran air Desa Hadiwarno Mejobo Kudus, Kamis 12/9/2024. Foto Sup.

                Sebagian lagi dengan menebangi pohon seputar lokasi, lalu dibenamkan dalam saluran air. Ada pula yang memakai terpal dan hanya sebagian kecil yang mengoperasikan pompa air. Itupun  ukurannya relatif kecil dan  sebagian diantaranya  sudah karatan, serta  sering mogok mesinnya.

Begal air dengan- pohon,ranting, daun yang dimasukkan ke dalam saluran sehingga terjadi penyumbatan Foto Sup.

                Dampak pembegalan air tersebut yang paling “menderita” petani Desa Jojo Kecamatan Mejobo.  Serta sebagian petani Hadiwarno yang areal sawahnya  berada di sebelah barat Desa Jojo.

                Menurut pengamatan Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Jojo, Anton Wijaya beserta anggota kelompok tani desa setempat, tercatat ada 14 titik pembegalan/tambak-tambak. “Beberapa titik diantaranya  berada di wilayah Desa Sadang Kecamatan Jekulo.

                Sedang berdasarkan pelacakan Elmu sepanjang Kamis ( 12/9/2024) dengan menyusuri saluran air dari perempatan jalan Krawang ( selatan Stasiun Pengisian Bahan –bakar Umum /SPBU), wilayah Desa Tenggeles, Hadiwarno, Jojo  dan Sadang.

                 Saluran air itu sendiri bercabang-cabang. Namun jika  ditarik garis lurus hanya sekitar 5- 7 kilometer. Saluran ini  sejak beberapa hari terakhir memperoleh pasokan air dari bendung Logung, melalui pintu utama pembagi air Logung Barat di Desa Tanjungrejo Jekulo sebanyak 1.600 liter per detik.

                Dengan  pasokan air sebanyak itu, maka saluran irigasi  yang menuju persawahan petani terlihat penuh. Begitu pula saluran air yang berupa selokan, parit dan sungai kecil. Puluhan hektar sawah dengan tanaman padi yang rata-rata baru berumur sekitar sebulan dan berada di Desa Tenggeles, Hadiwarrno, Sadang semua terairi.

                 Kecuali sawah di Desa Jojo yang saluran irigasinya dangkal, penuh sampah, dan terjadi pembegalan. Ke depannya, akan lebih terjamin aliran air sampai Desa Jojo, bila  saluran irigasinya  berbentuk lurus memanjang. Dari perempatan Krawang ke selatan sejauh sekitar tiga kilometer. Mengikuti alur jalan raya.

             Pembegalan air  tersebut juga  terjadi di saluran irigasi Waduk Kedung Ombo. Terutama  di sebagian wilayah Kabupaten Grobogan dan Demak.  Pembegal yang semuanya oknum petani tersebut secara terang-terangan memasang  pipa ke dinding dalam saluran irigasi, lalu menyedot airnya melalui pompa iar ukuran kecil hingga besar. Pembegalan air tersebut sudah bukan rahasia lagi. Dari pejabat yang berwenang hingga Gubernur Jawa Tengah (saat itu Ganjar Pranowo) mengetahuinya. Tapi belum ada tindakan tegas- penyitaan mesin pompa misalnya. Padahal diperkirakan, akibat pembegalan air, maka pasokan air ke sawah petani yang sudah terjangkau jaringan irigasi teknis berkurang sekitar 20-30 persen.(Sup)

Halaman:

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

img single