Banjir Ancaman Utama Warga Goleng

elangmur - Senin, 4 November 2024 | 21:36 WIB

Post View : 175

Aliran Sungai Gelis - di wilayah Dukuh Goleng Desa Pasuruhan Lor Kecamatan Jati Kudus , Senin (4/11/2024) nyaris tidak terlihat. Sebab ulah proyek normalisasi aneh. Yaitu hanya dilebarkan di bagian atas. Sedang di dalam tidak dilebarkan dan dikeruk. Foto Sup.

Kudus, Elang Murianews (Elmu)- Bencana banjir masih  menjadi acaman utama  setiap musim penghujan  bagi warga Dukuh Goleng Desa Pasuruhan Lor Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. Sebab  berada di sisi Sungai Wulan yang berhulu di Pintu Pembagi Banjir Wilalung Desa Kalirejo Kecamatan Undaan (Kudus) dan Sungai Gelis yang berhulu di Gunung Rahtawu Kecamatan Gebog (Kudus).

               Kondisi Sungai Wulan sepanjang sekitar 48 kilometer dalam sepuluh tahun terakhir kritis, karena tidak mampu lagi menampung debit banjir di atas 1.000 meter kubik per detik. Bahkan  baru sekitar 800 meter kubik/detik air sudah mulai melimpas tanggul. Kemudian melimpas  memasuki alur Sungai Gelis.

                    Sungai Gelis bermuara di spillway ( bangunan pelimpah) yang berada di perbatasan Dukuh Goleng Pasuruhan dengan Dukuh Karanturi Desa Setrokalangan Kecamatan Kaliwungu.  Kemudian  dialirkan ke Sungai SWD I, yang mengalir melalui Desa Setrokalangan, Banget, Sidorekso  Kecamatan Kaliwungu Kudus, terus melaju ke wilayah Kecamatan Mayong, Welahan (Jepaar) kemudin bermuara di Laut Jawa.

                      Sebagian Sungai Gelis  yang total panjangnya 33 kilometer pada tahun anggaran 2020-2021 dinormalisir dengan biaya dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp 67, 9 miliar. Dengan panjang 5,5 kilometer , terhitung sejak dari Desa Ploso- Jati Kulon, Jati Wetan- Goleng Pasuruhan Lor ( tepatnya di Spiilway Goleng).

                      Namun menurut sejumlah perangkat Desa Pasuruhan dan warga Goleng, yang dinormalisir hanya sebatas dari jembatan Ploso yang ada pintu airnya hingga “ bibir” jembatan Kecing Jati. Namun  yang masuk wilayah Dukuh Goleng hanya dilebarkan ke arah kanan kiri  dari  30 meter menjadi 60 meter. Dengan panjang  sekitar lebih dari satu kilometer. Tapi “badan” sungai yang dangkal dan penuh lumpur dibiarkan begitu saja – atau tidak dikeruk.  Sedang dinding tanggulnya dibuat permanen dari beton bertulan. “Dengan demikian aliran banjir hanya lancar di bagian permukaan. Sedang di dalam sungai  terhambat. Lagi pula itu  “normalisasi aneh” ini tidak sampai ke  bangunan pelimpah,” ujar mereka saat ditemui terpisah Senin ( 4/11/2024).

                   Keanehan itu  mudah dilacak sejak dari bawah jembatan Sungai Kencing. Beberapa meter dari badan jembatan dijumpai sejumlah pohon besar, tinggi dan berdaun lebat. Lalu setelah itu dijumpai tanaman lombok (cabe) dan  jagung. Setelah didominasi berbagai jenis tanaman pisang hingga “mulut” bangunan pelimpah. Padahal seharusnya itu bagian dari  badan sungai yang berada diantara dua tanggul kanan kiri, sehingga aliran sungai  seperti semula sempit dan tersendat. .

Sejumlah pohon besar- tumbuh subur di dalam badan Sungai Gelis bersebelahan dengan Jembatan Tanggul Angin Jati Kudus. Foto sup.

                   Normalisasi aneh ini sebenarnya sudah terjadi sejak awal, karena  sebagian warga Goleng protes dan memasang sejumlah “spanduk” yang dipajang diantaranya pepohonan seputar jembatan Kencing. “Itu tanah  seluas sekitar 1.200 – 1.700 meter adalah milik warga dan sudah bersertifikat. Namun pemerintah tetap tidak memberikan ganti rugi,” ujar Khirom salah satu warga Dukuh Goleng.

                   Dalam papan nama proyek yang sempat didokementasikan Elmu, tertulis pekerjaan : normalisasi sungai, pekerjaan tanggul dan pekerjaan  revetment .  Dan pekerjaan : pengendalian  banjir Sungai Gelis  yang dimulai awal Agustus 2020 hingga 2021, atau selama  420 hari.

Papan nama proyek - dengan pekerjaan pengendalian banjir Sungai Gelis dengan biaya Rp 67, 9 miliar foto Sup

                Revetment merupakan salah satu metode pengendalian erosi, dengan struktur terbuka atau terkubur/tertutup. Terbuat dari batu alam atau beton bertulang. Dengan kondisi seperti itu, maka ancaman bencana banjir sangat mungkin masih terjadi. Seperti jebolnya tanggul  Sungai Gelis pada  awal 2021 dan  melimpasnya  pengendali banjir  awal 2024, yang berakibat  semua penduduk Dukuh Goleng Pasuruhan Lor  menderita lahir batin.(Sup)

Halaman:

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

img single