Kudus, Elang Murianews (Elmu)- Puncak acara hari ulang tahun Sekolah Menengah Pertama (SMP) 5 Kudus berlangsung Senin (21/4/2025). Ditandai dengan pesta pentas seni tari dan pameran berbasis seni rupa (Patra), bakti sosial , pasar edukasi. Termasuk menggemakan aplikasi E-Sistem Anti Perundungan SMPN 5 Kudus (Emasku), yang juga dikenal sebagai Sistem Informasi Anti Perundungan SMP 5 Kudus (Si Andung Emasku). Atau merujuk pada singkatan dari Gerakan Anti Bullying SMP 5 Kudus- merupakan projek untuk kelas 8 ditahun ke-2 sebagai sekolah penggerak.
Menurut Kepala SMP 5 Kudus, Abdul Rochim aplikasi ini dibuat dengan tujuan agar siswa bisa berperan aktif dalam pengaduan perundungan, berbagi praktik baik sesama teman, merasa nyaman mengungkapkan masalah yang dialami. "Maka dengan mekanisme ini bisa mencegah dan tidak melakukan perundungan di sekolah dan menjadikan SMP 5 Kudus Menjadi Sekolah Ramah Anak," ujarnya seperti yang dikutip dari Sindonews,com Selasa 11 Juni 2024.
Dan aplikasi SiAndung Esmaku ditunjuk menjadi perwakilan Dinas Pendidikan Pemuda Olahraga Kabupaten Kudus pada lomba inovasi pelayanan publik dan berlanjut ke lomba tingkat nasional. SMPN 5 Kudus beralamat di Jalan Sunan Muria nomor 58, pada awalnya bernama Sekolah Teknik Pertama (STP) 1. kemudian diubah menjadi Sekolah Teknik Negeri (STN) II yang didirikan 1 April 1944 dengan jurusan besi, kayu dan batu, dibawah pimpinan R. Handojosumarto.
Lalu berdasarkan surat keputusan Menteri PP dan K tanggal 25 Agustus 1956 no.: 4361/B/III dan diralat dengan surat no: 4748/B/III tanggal 20 September 1956, maka STN II diubah menjadi STN 3 tahun no II. Kudus dengan jurusan mesin dan listrik. Bahkan sempat berubah menjadi Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP) dan akhirnya menjadi . Sedang data terkini Identitas Sekolah ini adalah : NPSN : 20317530,Status : Negeri, Bentuk Pendidikan : SMP,Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah,SK Pendirian Sekolah : 4361/B/III, Tanggal SK Pendirian : 1956-04-05,SK Izin Operasional : 3935/B/III,Tanggal SK Izin Operasional : 1956-07-27.
SMP 5 Kudus ini menempati tanah 4.368 meter persegi dengan luas bangunan 3.457meter persegi dan status tanah hak pakai. Memiliki sarana prasarana yang terdiri antara lain : Gedung sekolah, Ruang Kepala ,Ruang tata usaha, 24 ruang kelas, Musholla ,Ruang laboratorium compute, Ruang laboratorium Bahasa,Ruang guru,Ruang musik, Ruang BK, Ruang OSIS,Perpustakaan, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), 15 WC putra/putri, Parkiran guru, Parkiran murid, Lapangan olahraga, Lapangan basket, Koperasi, Kantin dan Pos satuan pengamanan (Satpam).
Menurut Sancaka Dwi Supani, yang pernah menjabat sebagai Kasi Rahmuskala, Kabid Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kudus, anggota Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI), terakhir pensiunan Sekretaris Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Kudus) sebagian gedung SMP 5 telah ditetapkan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah sebagai benda cagar budaya.
Dan sempat dilaksanakan rehabilitasi ringan berdasar ijin dari Kemenbudpar BP 3 Jawa Tengah nomor 0167/101.SP/BP3/P-1/2011 tanggal 31 Januari 2011. “ Dulu di lokasi dikenal sebagai bagian dari Gereja Katolik Santo Yohanes Evangelista di Jalan Sunan Muria nomor 6 yang juga ditetapkan sebagai benda cagar budaya. Termasuk SMP 1, SMP2, SMP3, SD Demaan 1, yang dibangun semasa pemerintahan kolonial Belanda,” ujarnya.
Selama 81 tahun berdiri, SMP 5 Kudus tentu sudah menelorkan banyak prestasi. Diantaranya pada tahun 2024, tiga orang gurunya , yaitu Ilining Uswatun Khasanah menyabet gelar Duta Teknologi rovinsi Jawa Tengah “Jangkar Teknologi Pendidikan Indonesia”. Lalu Noor Erlina Lidiastuti sebagai juara terbaik 1, GIK Inovatif Guru SMP se Jateng dan Muhammad Dafta Nugraha meraih “5 video terbaik” pada kompetisi video Aku Bangga Jadi Guru.
Dan yang cukup menarik pula, sejak tahun 2013, SMP 5 membeli seperangkat gamelan standar /lengkap pelog dan slendro , kecuali rebab dan siter seharga sekitar Rp 60 juta. “ Ini sebagai bentuk nguri-uri budaya Jawa dan memfasilitasi siswa dalam mengembangkan kemampuan bermusik tradisional,” ujar Kepala sekolah Abdul Rochim.
Dan ia menambahkan, siswa menggunakan gamelan untuk kegiatan rutin ekstra kurikuler dengan pendamping guru dan pelatih profesional. Pernah mengikuti lomba tingkat kabupaten dan menyabet juara 1 dan 2, dan juga lomba tingkat propinsi.” Ada beberapa diantara siswa melanjutkan main gamelan di SMA/SMK yang ada ekstra kurikulernya. Bahkan beberapa siswa menjadi pengrawit profesional di paguyuban seni PO. Haryanto dan ada yang menjadi sinden juga,” tuturnya.
Meski dibeli dan dioperasikan sejak 2013, tetapi kondisi gamelan masih bagus dan masih difungsikan. Dan setiap hari Rabu siswa latihan rutin dan kalau mau pentas latihannya diintensifkan. Meski hanya untuk kegiatan ekstrakurikuler dan tidak dibakukan dalam kurikulum, harapan kami (sekolah) siswa lebih mengenal, memahami dan mencintai musik gamelan, hingga nantinya akan lebih kreatif dalam pengembangannya disesuaikan dengan jaman. Saat ini peminat dan pengikut ekstra kurikuler karawitan masih terbatas sekitar 10 persen,” ujar Abdul Rokhim melalui Whatsapp (WA) (Rikha/Sup).