Kudus, Elang Murianews (Elmu) – Hanya kurang dari setahun warga Kudus sempat terbuai dengan gemerlapnya air mancur “warna warni”. Apalagi air mancur ini juga mampu “ bernyanyi”. Namun setelah itu, atau hampir delapan tahun terakhir, kehadiran air mancur yang berada di depan Gedung Olah Raga (GOR) Wergu Wetan, kemungkinan besar , warga atau masyarakat Kabupaten Kudus yang berpenduduk lebih dari 800.000 jiwa ini sudah melupakan. Atau mengacuhkan. Atau apatis. Ibaratnya “mbuh ra weruh, sakarepmu – tidak tahu menahu- terserah “kamu”.
Kamu , dalam hal ini secara tidak langsung ditujukan kepada pemerintah kabupaten. Sebab untuk membangun proyek yang kali pertama di Jawa Tengah tersebut menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) 2016 sebesar Rp 2,4 miliar. APBD bersumber dari pajak, pendapatan daerah dan alokasi Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang semuanya dari rakyat. Itu identik, APBD dan APBN itu uang rakyat.
Ironisnya pengguna anggaran pembangunan air mancur berwarna dan bisa bernyanyi, adalah Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang yang saat itu kepala dinasnya Sumiyatun . Dan setelah lengser, Sumiyatun diganti Agung Karyanto dan nama dinasnya berubah menjadi Dinas Perumahan Kawasan Pemukiman dan Lingkungan Hidup. “Masih berfungsi kok. Itu “peninggalan” Bu Sumiyatun dan akan tetap akan kami teruskan,” ujar Agung seusai serah terima jabatan kepala dinas. Nyatanya sejak ia dilantik hingga digantikan dengan Abdul Halil, air mancur tersebut memang tidak pernah lagi muncul- tidak dioperasikan.
Terbentur tingginya biaya listrik
Menurut “orang dalam” di Dinas PKPLH , air mancur tersebut tidak dioperasikan karena tidak mampu membayar rekening listrik . Dan tidak hanya air mancur berwarna, tetapi seluruh taman dan atau ruang terbuka hijau kelistrikannya ditanggung dinas yang berkantor di Desa Jati Wetan Kecamatan Jati. Maslikan dari PT Yoga Jaya Perkasa , selaku kontraktor pembangunan air mancur depan GOR Bung Karno Wergu Wetan mengatakan, butuh tenaga listrik awal 2.300 watt dan setelah “hidup” tenaganya berkurang.
Bila dihitung 2.300 watt sama dengan 2,3 kilowatt-hour(kWH) dan satu kWH biayanya Rp 1.350 – Rp 1.440,- per jam,maka dibutuhkan biaya Rp 3.105 – Rp 3.312,- per jam. Sedang air mancur berwarna itu, pada umumnya hanya dihidupkan pada Sabtu- Minggu malam atau pada hari libur lainnya. Dengan demikian, jika dihitung per hari 12 jam operasional, maka biaya rekening listriknya hanya 12 x Rp 1.350 – Rp 1.440,- = Rp 16.200,- - Rp 17.280,- . Satu bulan (30 hari) = Rp 486.000,- - Rp 518.000,-. Jika hanya dioperasikan setiap Sabtu,Minggu dan atau hari-hari libur nasional, maka biaya/pembayaran rekening listriknya pasti berkurang. Apalagi jika mulai menggunakan tenaga listrik asal tenaga surya (matahari).
Maslikan menambahkan, pembangunan air mancur berwarna dan mampu bernyanyi terdiri dari 32 titik dengan sumber air dari dalam tanah. Sedang daya pancarnya mencapai ketinggian 5-6 meter,” Air mancur ini akan sangat menarik untuk dinikmati saat malam hari, karena kami lengkapi dengan lampu warna warni dan iringan musik melodi. Air mancur ini memancar setiap detik sekali dengan pancaran yang bisa diatur besar kecil riak dan ketinggian air.” tuturnya pada awal Januari 2017
Sedang untuk mengantisipasinya adanya gangguan tangan-tangan jahil, maka secara bertahap sudah dan akan dilakukan pengamanan. “ Ini berdasarkan pengamatan langsung saya, karena hampir setiap saat saya menunggui untuk mengontrolnya. Ini terkait dengan masa pemeliharaan selama enam bulan yang masih menjadi tanggung jawab saya. Selain itu kami juga sudah mulai menyiapkan pelatihan bagi karyawan dinas yang akan ditempatkan di sini,” tambah Maslikan.
Selain itu pihaknya juga menjamin ketersediaan suku cadang yang bisa dibeli di Surabaya dan Bandung. Meski teknologi air mancur tersebut berasal dari salah satu negara di Asia, namun tidak terlalu sulit untuk bisa mengoperasikannya. Selain “kasus” air mancur, Elmu juga menemukan “prasasti” yang berada di gerbang air mancur dari arah utara. Ditanda-tangani Bupati Kudus Musthofa, dengan tulisan Dengan Rahmat Allah Yang Maha Esa, TAMAN GOR diresmikan pada tanggal 31 Desember 2016. Namun beberapa meter di sisi baratnya, terdapat tulisan besar, namun sedikit tertutup rimbunnya pohon dan bunga Taman Wergu. Padahal itu satu lokasi. Mana yang benar. Taman GOR atau Taman Wergu. Atau “emangnya” ada dua taman. (sup)