Air Terjun Montel Sekedar “Papan Nama”

elangmur - Minggu, 22 September 2024 | 19:03 WIB

Post View : 261

Batu kali- seputar Air Mancur Montel perbatan Desa Colo dan Desa Japan Kecamatan Dawe Kudus, Sabtu siang 21/9/2024 Foto Sup.

Kudus, Elang Murianews (Elmu) –Air terjun Montel yang terletak di “leher “ Gunung Muria sempat menjadi salah satu daya tarik wisatawan domestik. Selain Taman Ria, air tiga rasa Rejenu, yang berada di Desa Colo dan Desa Japan Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus.

          Sebab memiliki ketinggian sekitar 50 meter. Air terjun ini dipasok dari sumber air yang nyaris tidak pernah mengering sepanjang tahun. Dan sumber air itu juga digunakan untuk mengairi lahan pertanian dan rumah tangga penduduk.

        Dengan pasokan air yang boleh dikatakan melimpah, maka air terjun ini menjadi sangat menarik. Pengunjung tidak hanya betah untuk menikmati aliran air melalui dinding batu yang diseputarnya berupa hutan. Juga “bermain dan mandi sepuasnya “ di dalam air yang begitu jernih. Juga ketika pada saat tertentu “lobang” air terjun menjadi pemandangan indah tersendiri. Yaitu cahaya matahari saat pagi dan sore hari.

          Batu batu besar di seputar dasar air terjun juga menjadi bagian dari daya tarik wisata alam ini. Lalu muncul secara bertahap warung-warung makan minum yang menjadikan sumber penghasillan baru bagi bagi warga setempat,

        Jalan menuju lokasi yang semula hanya setapak dilebarkan secara bertahap menjadi sekitar 1,5 – 2 meteran. Dilakukan oleh investor dengan status sewa kepada Perum Perhutani. Ruas jalan yang awalnya hanya berupa tanah, dirombak dengan batu yang “ditanam dan diatur” sedemikian rupa, menjadi ruas jalan yang memudahkan lalu lalang pejalan kaki maupun pengojek. Sebagian lagi malah sudah dicor dengan semen dan lonjoran pipa besi memanjang sebagai alat bantu pegangan tangan para pengunjung.

Salah satu ruas jalan - menuju Air Terjun Montel. Foto Sup

            Termasuk penataan dinding batu di sisi kiri menuju lokasi air terjun dan sekaligus saluran airnya. Menjadikan suasana seputar air terjun tertata rapi tanpa mengorbankan lingkungannya.

         Namun ketika, terjadi pembegalan secara edan –edanan terhadap sumber air permukaan di kawasan hutan Muria wilayah Perum Perhutani dan Desa Japan, Colo dan Kajar, secara bertahap , pasokan ke air terjun semakin berkurang. Begitu pula jumlah pengujungt

       Kondisi terkini, ketika Sabtu siang (21/9/2024) Elmu berkunjung ke air terjun Montel. Setelah melewati Taman Ria yang berdekatan dengan penginapan milik Pemkab Kudus, melaju pelan di ruas jalan sedikit mendatar, Lalu muncul tikungan tajam dan jalan menanjak. Tiba di pertigaan jalan menuju komplek Masjid dan Makam Sunan Muria yang selama 24 jam dikunjungi peziarah, motor berhenti sejenak. Kemudian menyeberang menuju gerbang Wana Wisata Montel.

             Lalu membeli tiket tanda masuk sebesar Rp 10.000,- , termasuk “pembelian” premi asuransi kecelakaan diri PT Jasaraharja Puter, yang ditangani Kelompok Tani Hutan (KTH) Koentjen Rejo. Kemudian memarkir motor di lokasi pos ojek dengan membayar retribusi Rp 2.000,- tanpa diberi karcis. Tidak terlihat lokasi parkir mobil.

          Setelah itu menuruni jalan dan melewati sejumlah warung yang sebagian besar tutup dan bangunannya tidak terawat Hanya dua warung yang buka dan menjajakan aneka macam minuman kemasan dan cemilan. Ruas jalan sebelah kiri ibaratnya dipagari tembok batu-batuan dan aneka jenis pohon tinggi berdaun rindang.

        Sedang sisi kanan adalah jurang Sungai Montel, yang nyaris tertutup dengan rapatnya eneka jenis pohon hutan, rumpun bambu dan nampak pula sejulah pohon alpukat. Sebagian jalan selebar sekitar dua meteran ini sudah kondisi cor beton, Sebagian masih tanah dan sebagian besar lainnya berupa batu ukuran sedang yang tertata rapi, sehingga mempermudah pejalan kaki. Sementara di sepanjang kiri jalan nampak saluran air berbatu.

           Dan setelah menempuh perjalanan selama setengah jam, tiba di komplek air terjun Montel. Diwanai dengan warung warung ukuran besar yang semuanya ukuran besar. Dan salah satu warung yang buka terdapat dua ruangan untuk buang air kecil, tempat bilas diri dan ganti pakaian, Juga disediakan sewa celana pendek.

           Sedang di tempat berakhirnya air terjun yang menyerupai kolam kecil, tampak seorang pria paruh umur. Mengenakan pakaian dan celana serba hitam, tanpa alas kaki nongkrong di sebua batu hitam.

          Tidak berselang lama, datang rombongan keluarga yang berjumlah 11 orang. Sebagian besar ibu-ibu, remaja putri, dan satu anak laki-laki. Ditambah seorang priya tengah umur.

        Kemudian duduk di atas bebatuan, sambil menyantap makanan dan minuman bekal dari rumah yang diiringi musik dari “tape recorder”. Salah satu perempuan sempat berjoget ria.. Setelah itu bergantian naik menuju air terjun. Dengan terlebih dahulu merangkak dan melompati batu batu besar. Mereka kemudian “nyemplung” ke dalam air yang berkedalaman hanya sekitar 20-30 centimeter saja. Lalu salah satu perempuan mengambil foto dan diarahkan ke rekan/suadaranya dan juga “berselfi: Selfie atau “self potrait”- foto hasil memotret diri sendiri (potret diri).

Selfi- di air terjun Montel, Sabtu 21/9/2024 Foto Sup.

           Mereka mengaku dari luar Kudus dan baru selesai berziarah ke komplek Masjid dan Makam Sunan Muria yang berjarak sekitarr dua kilometer dari air terjun montel. “Kami sebenarnya berkeinginan untuk mandi di bawah curahan air terjun. Dengan membawa satu koper pakaian untuk ganti. Ternyata gagal, karena airnya tidak “grojok”. Lagi pula di bagian bawah airnya juga dangkal Sempat kecewa,” tutur sala satu ibu yang berkerudung dan berkacamata hitam..

         Dalam perjalanan kembali ke pusat Desa Colo, masih di komplek air terjun Montel, Elmu berpasasan dengan sekelompok peziarah yang hendak menuju air terjun. Mereka tidak membawa bekal peralatan/pakaian mandi. Dan nampaknya “peziarah “ murni serta sekedar ingin tahu tentang air terjun Montel seperti apa,.

       Apakah air terjun Montel kembali seperti semula. Sebagai salah satu tujuan wisata alam yang banyak dikunjungi warga Kudus dan sekitarnya, tergantung banyak pihak terkait. Kuncinya pada penghentian terhadap praktek “pembegalan air” . Meningkatkan gerakan pelestarian hutan dan lingkungan.Atau dibiarkan terus begitu saja menjadi sekedar papan nama.(Sup)

 

Halaman:

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

img single