Kudus,Elang Murianews- Pilot Projek Program Desa Wisata Agribisnis Bebasis Peternakan Terpadu Berkelanjutan yang ditangani Badan Usaha Milik Desa Bersama (Bumdesma) Rukun Lestari Desa Besito Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus diduga ambyar. Setelah diresmikan Menteri Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (DPDTT) Abdul Halim Iskandar, 13 Februari 2022.
Menurut Kementerian Desa , pilot proyek dimulai di tujuh Bumdesma. Yaitu Kabupaten: Bandung, Cirebon, Kebumen, Nganjuk, Jombang, Lumajang, dan Kudus. Tiap Bumdesma melibatkan sekitar 5-10 desa di sekitarnya. Serta telah mendapatkan pelatihan dan pendampingan dari Kemendesa PDTT dan pihak ketiga.
Pada kondisi Jumat 10 Mei 2024, proyek percontohan yang tediri pembibitan dan penggemukan sapi, peternakan kambing dan domba, ayam petelur, biogas serta pupuk organik, hanya beberapa ekor domba yang tersisa. Domba yang dikandangkan di sisi selatan, nampak gemuk gemuk dan bulunyapun bersih.
Sedang di kandang sapi, samasekali tidak terlihat seekorpun. Termasuk “baliho” yang menggambarkan tentang proyek percontohan ini dan pernah terpasang di dinding kandang juga lenyap. Terlihat seorang pekerja laki laki yang ditemani isterinya sempat ngobrol sesaat. Tetapi setelah tahu yang diajak ngobrol itu dari media/pers/wartawan mendadak marah saat hendak diambil fotonya. Dan bergegas menutup kandang sapi dan beranjak pergi dengan alasan mau “jumatan”.
Kilas balik
Saat Elang Murianews berkunjung ke komplek percontohan yang berada di tepi jalan raya Desa Gerbog- Gondosari Juli 2022, jumlah sapi masih sembilan ekor. Semula 10 ekor. Dan kambingnya juga sekitar 10 ekor. Pada 20 Oktober 2022, sapinya tinggal lima ekor dan kambingnya lenyap entah ke mana.
Empat hari kemudian, Senin (24/10/2022 , Direktur Bumdes, Rukun Lestari, Nor Afnan, yang ditemui di komplek kandang sapi dan kambing mengatakan, llima ekor sapi jenis Segon, dan beberapa ekor kambing terserang Penyakit Mulud dan Kuku (PMK). Akibatnya terpaksa dijual dengan harga murah. Padahal setiap ekor harga pembeliannya pada akhir 2021 atau awal 2022, mencapai Rp 16 juta.
Selain itu pihaknya tidak hanya menderita kerugian dalam bentuk uang, tetapi juga kerugian dalam bentuk lain. Seperti memperlambat proses pengembangan peternakan yang tengah dirintis dan dibiayai dari pemerintah pusat maupun dana desa. “Kami sudah berusaha keras untuk mengembangkan termasuk upaya penanggulangan virus tipe A dari family Picomaviridae, genus Apthovirus. Tapi kenyataan tidak berhasil. Kami sudah laporkan kronoligisnya kepada dinas/aparat terkait” ujarnya.
Afnan menambahkan, pihaknya menerima proyek dalam bentuk uang tunai Rp 500 juta. Kemudian dibelikan 10 ekor sapi jenis Segon @ Rp 16 juta atau Rp 160 juta. Ditambah untuk pembelian beberapa ekor kambing senilai Rp 25 juta. Atau totalnya Rp 185 juta. Sisanya Rp 315 juta untuk pembuatan kandang, tempat biogas, kamar mandi/wc dan sejumlah peralatan penunjang lainnya. “Kami mulai “operasi” awal Februari 2022. Dengan target mampu meningkatkan berat badan per ekor sapi 1,6 kilogram per hari dengan harga pakan Rp 20.000. Kami sudah lakukan. Termasuk studi ke sejumlah kota. Tapi kenyataannya sulit sekali tercapai. Malah lima ekor sapi dan semua ternak kambing terserang PMK pada sekitar Juli-Agustus. “ ujarnya terus terang.