Kudus,Elang Murianews – “Banteng” Kudus ternyata kalah sebelum bertarung dalam pemilihan kepala daerah (PilkadaP)/Bupati/Wakil Bupati 2024, yang menurut rencana digelar pada November. Setelah Kamis (22/8/2024) rekomendasi dari Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) justru diberikan kepada calon bupati/wakil bupati Samani Intakoris- Bellinda.
Padahal PDIP dalam Pilpres 2024, mampu meraub suara terbanyak. Dengan menghasilkan 9 (sembilan) kursi di DPRD, sehingga tanpa menggandeng partai politik (Parpol) lain/ koalisi , berhak menentukan Cabub/Cawabub sendiri. “ Lenyap sudah semangat, jiwa Banteng Ketaton yang selama ini menjadi salah satu ciri khas PDIP. Ini tentu saja mengecewakan segenap kader dan simpatisannya, yang ibaratnya telah berdarah-darah memenangkan PDIP,” ujar Nor Hartoyo, salah satu tokoh PDIP Kudus, saat berbincang dengan Elang Murianews.
Di banyak media melaporkan, PDIP memberikan surat rekomendasi kepada Samani- Bellinda, yang selama ini tidak tercatat sebagai salah satu kader PDIP. Dan sejak usai Pilpres, kader PDIP, Masan yang juga dikenal sebagai Ketua DPRD Kudus “memproklamirkan” dirinya menjadi calon bupati Kudus periode 2024 – 2029. Dengan cara memasang banyak sekali baliho, spanduk, selebaran, hingga kampanye tidak resmi. Termasuk menyampaikan visi – misinya, hingga menghadirkan kembali “banteng-banteng tua”(senior) untuk menjadi bagian dari misi kemenangannya.
Menurut Hartoyo, dengan munculnya gonjang-ganjing yang terjadi di Jakarta dan sejumlah kota besar lainnya, dimungkinkan pendaftaran calon peserta bakal Cabub/Cabub diundur setelah tanggal 27-29 Agustus 2024 seperti yang telah ditetapkan. “ Bila benar diundur, tentu berdampak dalam banyak hal. Dan mudah-mudahan tidak terjadi hal-hal buruk yang melanda negara kita,”.
Tidak otomatis menang
Hartoyo, mantan Wakil Ketua DPRD Kudus dan dalam beberapa tahun ini lebih fokus menangani rumah makan ini menambahkan, dengan telah mengantongi rekomendasi lebih dari dua pertiga total suara, menjadikan Samani – Bellinda di atas kertas akan memenangi Pilkda. Sebab “lawannya” yang saat ini muncul adalah Hartopo – Mawahib hanya sepertiganya atau sekitar 11 suara saja. Selain itu secara umum Samani- Bellinda lebih dikenal luas di masyarakat.
Namun menurut Hartoyo, hal itu belum menjamin pasangan ini memenangi pertarungan. Sebab masih ditentukan faktor lain. Yaitu kehadiran pemilik modal, donatur, botoh dan aparat penegak hukum (APH). APH tergantung dari instruksi atasan di pusat pemerintahan. Arah “anginnya” ke mana , itu yang harus dilakukan APH. “Jika APH mendukung Samani-Bellinda, kemungkinan besar akan menang,” ujarnya.
Sedang kalkulasi pemodal, donator dan botoh lebih dititik- beratkan untuk meraih untung besar. Sebab mereka akan menyiapkan dana segar sekitar Rp 60 miliar- sebagai sarana politik uang yang selama ini pasti terjadi saat arena Pilkada digelar.”Saya yakin, setiap calon bupati-wakil bupati tidak memiliki uang sebanyak itu. Sehingga terpaksa ditopang dari pihak ketiga, yang tentu saja tidak ada yang gratis Dan ini sebenarnya pula secara tidak langsung scenario korupi sudah terancang lebih awal,” tutur Hartoyo mengakhiri bincang-bincang dengan Elang Murianews.(sup).