Kudus, Elang Murianews (Elmu) – Tujuh hari menjelang akhir Maret 2025, Badan urusan logistik (Bulog) Kabupaten Kudus, “baru” menyerap/membeli gabah kering panen (GKP) petani sebanyak 417,028 ton. Sedangkan luas tanaman padi tercatat 8.515 hektar dan 6.513 hektar diantaranya sudah selesai dipanen, sehingga tinggal tersisa 2.202 hektar yang belum dipanen . Sementara provitas atau hasil produksi rata rata per hektar tercatat 6,56 ton per hektar. “Meski kondisi GKP pada umumnya basah, tetapi kualitas gabahnya relatif baik,” ujar Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Perkebunan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus Agus Setiawan, melalui Whatsapp (WA) Senin ( 24/3/2025).
Dengan perolehan GKP 417, 028 ton tersebut masih sangat “jauh” dibanding target Pimpinan Cabang Perum Bulog Pati Nur Hardiansyah ,sebanyak 10.000 ton setara beras. Namun sebaliknya bagi sebagian besar petani merasa diuntungkan, karena hasil penjualan GKP nya melebihi harga peraturan pemerintah (HPP) Rp 6.500,- per kilogram. Dari data yang disodorkan Agus Setiawan tersebut, maka hasil panen petani di Kabupaten Kudus telah mencapai 6.513 hektar x 6,56 ton GKP atau sama dengan 42. 725,28 ton. Dari jumlah tersebut hanya 417,028 ton yang dibeli Bulog. Selebihnya dibeli “pengunyang” ( pembeli gabah skala kecil), dan para tengkulak, yang umumnya berstatus sebagai tangan panjang dari pengusaha penggilingan padi/beras dan pedagang beras. Dan diperkirakan masih ada 2.202 hektar x 6,56 ton = 14.445,12 ton GKP yang belum dipanen.
Yudho, salah satu pengusaha penggilingan padi/beras dari Desa Ngemplak Kecamatan Undaan mengaku belum mampu untuk ikut “menyerap” gabah petani jika harga GKP nya lebih dari Rp 6.500,-/kilogram. Apalagi kualitas gabahnya kurang bagus, akibat banyak curah hujan. “ Secara umum setiap satu kuintal gabah, jika diproses menjadi beras tinggal 55 kilogram. Kemudian ketika dijual dengan harga Rp 12.000,- hanya akan menghasilkan Rp 66.000,- . Itu belum dipotong untuk biaya tenaga pengering dan selepan (penggilingan gabah/beras)., sehingga kami bakal minus/merugi,” tuturnya.
Tetap tanam padi ketan
Ketua Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) sistem Kedungombo, Akrab yang dihubungi secara terpisah membenarkan sebagian besar petani di Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus, masih tetap akan menaman padi musim tanam (MT) I/2025. Meski musim panen kali ini dianggap cukup “jeblok”. Sebab berdasarkan perhitungan dari banyak sisi, tetap menguntungkan bila dibanding menanam padi non ketan ( IR misalnya).
Bahkan sekitar 70 persen tanaman padi ketan yang telah selesai dipanen, petani sudah mempersiapkan pembibitan. “Petani Desa Berugenjang dan Medini yang lebih awal panen malah telah dalam proses tanam. Kegagalan panen kali ini juga tidak berpengaruh secara signifikan bagi para petani dalam menyambut Lebaran 2025 yang akan berlangsung tinggal beberapa hari lagi,” tutur Akrab.
Ia menambahkan jebloknya panen kali ini, juga berbarengan dengan kondisi serupa petani padi ketan dari daerah lain. Pada umumnya yang menjadi penyebab utama adalah banjir atau curah hujan esktrim nyarus bersamaan. “ Jika musim panen ke-2 tahun 2025 ini kembali jeblok, kemungkinan para petani baru akan berpaling kembali menanam padi non ketan.” Tambahnya.
Keterpurukan petani padi ketan yang sebagian berada di Kecamatan Undaan dan memperoleh pasokan air dari Waduk Kedungombo, menurut Agus Setiawan sudah dilaporkan ke pemerintah pusat,” akan ada kebijakan lebih lanjut, kami masih menunggu dari pusat,” tuturnya.
Sementara itu Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) mengingatkan Perum Bulog untuk memenuhi target penyerapan sebanyak 2 juta ton beras dalam negeri hingga April 2025, untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan di Indonesia. "Karena target Bulog harus menyerap beras sampai akhir April 2025 kira-kira 2 juta ton. Sekarang baru 450 (ribu ton)," kata Zulhas, usai meninjau Gerakan Pangan Murah (GPM) Serentak, di halaman Kantor Kecamatan Mijen, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (20/3).Saat ini, kata dia, bulan Maret tinggal tersisa beberapa hari, sehingga setidaknya penyerapan beras hingga akhir bulan harus mencapai 750 ribu-800 ribu ton. Apabila serapan beras petani oleh Bulog hingga April 2025 mencapai 1-2 juta ton, maka tidak perlu lagi dilakukan impor beras. (Sup).