Kudus,Elangmurianews- Sebanyak 44 kios dan 10 los yang dibangun di komplek taman parkir/sub terminal wisata Bakalan Krapyak Kudus dengan biaya Rp 1,9 miliar berpotensi mangkrak. Sampai dengan Minggu petang (21/4/2024) baru delapan kios yang dibuka. Padahal per Jumat 5 Januari 2024 pihak Dinas Kebudayaan Pariwisata (Disbudpar) Kudus secara resmi telah menggelar undian tempat bagi 44 pedagang Taman Menara. Namun para pedagang kaki lima ini sejatinya sudah dibuat kocar kacir sejak Oktober 2022.
Mereka “ogah” pindah, karena sebagian besar armada bus yang dipenuhi peziarah parkir di depan kantor taman parkir/sub terminal wisata. Sedang lokasi parkir di seberang depan kantor tempat 44 kios dan 10 los nyaris sepi armada/peziarah. Kecuali pada hari libur dan jumlah peziarah melonjak. Di lokasi ini juga tidak disediakan kamar mandi-WC.
Disbudpar Kudus yang seharusnya bertanggung jawab terhadap nasib pedagang kaki lima tersebut nampaknya hanya “mengejar” proyek senilai Rp 1, 9 miliar dan Rp 680 juta ( renovasi Taman Menara) dan pembangunan 10 los yang diduga akan diselewengkan keperuntukannya. Dengan dibangunnya 44 kios dan 10 los , maka total jumlah kios di komplek Bakalan Krapyak membengkak menjadi 72 unit dan 10 los .
Kronoligis-
Menurut catatan Elangmurianews, Taman Menara awalnya dibangun pada September 2016 dengan biaya Rp 3 miliar dari APBD Kudus. Pada saat bupati Kudus di tangan Musthofa dan dikelola Dinas Perdagangan. Kemudian menjelang Oktober 2022 dirombak total dengan biaya sekitar Rp 680 juta, saat bupati Kudus beralih ke tangan Hartopo dan penanganannya beralih ke Disbudpar Lokasinya bekas alun alun kota lama Kudus-Kudus Kulon, pojok kanan beberapa puluh meter dari komplek Masjid Al Aqsa Menara Makam Sunan Kudus. Atau era Sunan Kudus abad 15- 16. Menempati tanah milik desa Kerjasan dan kemudian diambil alih pemerintah kabupaten Kudus yang saat itu di bawah komando bupati Wimpie Hardono.
Dengan adanya renovasi Taman Menara tersebut, tercatat 44 orang pedagang yang tergusur dan kemudian akan direlokasi ke komplek terminal wisata Bakalan Krapyak dengan biaya sekitar Rp 800 juta.Namun dalam kenyataannya, tidak hanya dibangun 44 kios sesuai dengan jumlah pedagang yang harus dipindahkan, tetapi ada tambahan bangunan 10 los yang samasekali belum jelas peruntukkan. Biaya pun membengkak menjadi Rp 1,9 miliar.
Pembangunan 44 kios dan 10 los tersebut menggusur puluhan pohon penghijauan, yang hingga sekarang belum ada pengganti dan berita acaranya, sesuai peraturan daerah yang berlaku. Sekaligus juga mempersempit luasan tempat parkir mobil/bus wisatawan.(Sup).