Kudus,Elang Murianews- Badan usaha milik desa (Bumdes) Mijen Kecamatan Kaliwungu Kudus, Sapto Karyo Manunggal memiliki sejumlah unit usaha. Dan tiga unit diantaranya , yaitu pengelolaan internet, Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) dan pengelolaan sampah, sudah bisa diandalkan untuk membantu warga dan menciptakan lapangan kerja baru. “Sedang dari sisi profit-keuntungan belum seperti yang diharapkan. Masih butuh sentuhan pada sumber daya manusia hingga permodalan. Kami juga belum maksimal untuk mendongkrak pendapatan asli desa (PAD)” tutur Direktur Sapto Karyo Manunggal (SKM), Haris Santoso, saat ditemui di tokonya, Jumat (24/5/2024).
Meski masih relatif kecil, jumlah setoran Bumdes untuk menambah kas desa meningkat setiap tahunnya dan pada tahun ke tiga ini jumlahnya di kisaran Rp 7 juta/tahun. Sedang unit usaha internet yang semula baru diminati 90 pelanggan , kini sudah bertambah lagi 30 pelanggan. “ Biaya yang ditanggung setiap pelanggan setiap bulannya hanya Rp 90.000,- . Dengan catatan “kekuatan” sinyal stabil sepanjang hari. Meski terjadi berbagai bentuk gangguan alam. Namun yang terpenting manfaat internet jauh lebih besar,” tambah Haris.
Selain telah terjangkau fasilitas iternet, sebagian warga Desa Mijen yang berjumlah sekitar 11.000 jiwa juga sudah menikmati Pamsismas bantuan dari pemerintah pusat. Yaitu dari sisi biaya langganan per bulannya jauh lebih murah dibanding dengan biaya pengadaan air bersih yang dipasok Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirto Muria Kudus.. “Hanya sekitar Rp 35.000,- per bulan/pelanggan. Itupun penggunaan airnya “torah torah/berlebihan”. Sedang melalui PDAM paling tidak Rp 100.000,-. Kualitas airnya juga dijamin sehat,” tutur Haris. Ia memang berupaya untuk meningkatkan jumlah pelanggannya, namun untuk sementara terbentur pada biaya pemasangan instalasinya yang dianggap masih mahal bagi warga. Selain itu juga perbaikan-penggantian salah komponen pokok yang juga terhitung mahal.
Sedang menyangkut unit pengelolaan sampah belum sepenuhnya sesuai harapan. Masih perlu dan terus menerus untuk memberikan pengertian yang benar tentang sampah kepada warga. Misalnya menyangkut memilah sampah organik dan non organik. “Ibaratnya kami baru terbatas mengambil sampah dari rumah warga untuk kemudian diangkut ke tempat pembuangan akhir yang dibangun Pemdes Mijen. Dan berada agak jauh dari pemukiman penduduk” ujar Haris.
Dengan 10 tenaga pengambil sampah yang setiap hari memungut sampah dari warga Desa Mijen yang berada di sisi kanan/utara jalan raya Kudus-Jepara, warga terbebani Rp 15.000,- per bulan/rumah/kepala rumah tangga. “ Kami memang memperoleh pemasukan sekitar Rp 400.000,- hingga Rp 600.000,- per bulan dari masing-masing wilayah kerja 10 tenaga pengambil-pengangkut sampah. Tapi kami harus membayar upah kepada 10 tenaga tersebut. Masih ditambah untuk biaya proses pemadatan alat berat di tempat pembuangan akhir,”
Hal itu menjadi lebih efisien dan keuntungan meningkat, jika Bumdes SKM memiliki mesin pemroses sampah atau pemilah sendiri, sehingga proses akhir bisa dikirim ke unit sampah milik PT Djarum Kudus. Atau bisa mendaur ulang menjadi minyak- seperti yang dilakukan Desa Sidorekso Kecamatan Kaliwungu. “Kami, Bumdes dan Pemdes tidak /belum mampu membeli mesin/peralatan yang sebenarnya sangat kami butuhkan. Kami butuh uluran tangan dari Pemkab Kudus. Misalnya dalam bentuk pinjaman dengan tenggang waktu pengembalian 5- 10 tahun,” tutur Haris penuh harap. (sup)