Kudus,Elang Murianews(Elmu)- Sejarah Walisongo, khususnya tentang Sunan Kudus, yang ditulis para penulis menjadi buku, lazim didominasi cerita yang belum disertai fakta/data sejarah yang akurat. Hal ini dibuktikan dengan nihil referensi (sumber acuan). Imbasnya terjadi d ragam penulisan tahun peristiwa pada satu persoalan.” Idealnya, para pihak yang berwenang dan berkompeten dari lintas keilmuan bersama Pemerintah daerah (Pemda) duduk bersama menelaah ulang dengan fakta,” tutur Moh Rosyid, dosen ilmu sejarah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus.
Selama ini tambahnya, belum atau tidak melibatkan arkeolog. Padahaapal jejak sejarahnya dapat terdeteksi secara ilmiah atas kinerja ilmiahnya arkeolog. Bila tanpa usaha ini, simpangsiurnya sejarah menjadi bumerang dalam mewujudkn generasi yang melek sejarah.
Sedang dosen fakultas pertanian Universitas Muria Kudus (UMK), Hendy Hendro mengaku menjadi tambah membingungkan mana yang benar, dan mana yang kurang tepat. Semuanya dengan asumsinya sendiri - sendiri.
Sementara itu , peneliti sejarah Kerajaan Demak Bintoro dan Walisongo, Ahmad Kastono Abdullah Hasan atau Aka Hasan menyatakan , masih banyak yang harus diluruskan tentang sejarah Kudus dan Sunan Kudus, meskipun pahit dirasakan.
Aka Hasan , lahir di Pati, 17 Juni 1962. Dengan latar pendidikan : MI (1975), SD (1976), SMP (1980), MA (1983). MI s/d Aliyah (semuanya di Tayu-Pati).Pesantren : Darunnasri Tayu, Pati (1981-1983), di bawah asuhan K.H.Asmu'i, dan di Ponpes Al-Ittihad (1983-1986) di bawah asuhan K.H. Fauzi Noor (Jungpasir-Wedung, Demak, ) Perguruan Tinggi : Diploma Dua PAI di IAIN Walisongo (di Salatiga) tahun 1990-1992, Transfer S.1 (PAI) di STAIN Kudus tahun 1998-2000. Kemudian S.1 PGMI (IAIN Walisongo Semarang), tahun 2009-2012,S.2 (PAI-MPd.I) di Unwahas Semarang (lulus 2015), S.3 (Pendidikan Islam Nusantara), Angkatan Pertama tahun 2017 hingga sekarang. Dan bertempat tinggal di Kompleks Masjid Al Ikhlas, Perumahan Bumi Wonosalam Asri RT 02/RW 07 No. 17 Jogoloyo-Demak.(sup)