Kudus, Elang Murianews- Diduga kasus Badan usaha milik bersama (Bumdesma) Rukun Lestari Desa Besito Kecamatan Dawe Kudus “dipetieskan”. Setelah pihak Dinas Pemberdaayaan dan Masyarakat Desa (PMD) Kudus dan Kantor Kecamatan Dawe, beberapa kali dihubungi untuk dikonfirmasi tidak merespon.
Bumdesma Rukun Lestari tersebut, yang merupakan program Desa Peternakan Terpadu Berkelanjutan diresmikan secaca langsung Menteri Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (DPDTT) Abdul Halim Iskandar, 13 Februari 2022 diduga tidak berjalan sesuai rencana yang ditetapkan Kementerian Desa . Selain Kudus, secara bersamaan juga diresmikan proyek serupa di enam desa lainnya yang tersebar Kabupaten Bandung, Cirebon, Kebumen, Nganjuk, Jombang, Lumajang, sebagai proyek percontohan yang dibiayai dari APBN. Alias uang rakyat.
Bahkan khusus di Bumdesmas Rukun Lestari, masih ditambah penyertaan modal dari 10 desa di seluruh Kecamatan Gebog. Masing desa menyetor ke kas Bumdesma Rukun Lestari sebesar Rp 50 juta.
Setoran tersebut atas dasar peraturan kepala desa bersama tentang pendirian Bumdesma Rukun Lestari awal tahun 2022. Tepatnya pasal 25 ayat 3. Modal penyertaan itu harus disetor ke Bumdesma Rukun Lestari paling lambat 30 Mei 2022 melalui rekening Bank BRI nomor 5924- 01-036
Peraturan kepala desa bersama tersebut ditanda-tangani kepala desa Besito, Jurang, Gondosari, Kedungsari, Rahtawu, Klumpit, Getasrabi, Padurenan, Menawan, Gribig, Karangmalang per 22 Maret 2023 di kantor PMD Kudus.Dan disaksikan Dinas PMD, Kecamatan Gebog, penasihat, pelaksanaan operasional, pengawas, sekretaris , bendahara, tenaga ahli, pedamping desa.
Penjelasan Menteri.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Abdul Halim Iskandar mengharapkan program peternakan yang dikelola BUMDesma dapat mendukung pemenuhan kebutuhan pangan nasional. , "Kami menilai BUMDes Bersama ini sangat penting untuk mengkonsolidasi potensi peternakan terpadu di kawasan perdesaan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan pangan nasional," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu, 20 Februari 2022.
Ia menegaskan keberlanjutan menjadi kunci bagi program desa peternakan terpadu bisa memberikan kontribusi bagi ketahanan pangan, serta berperan dalam mensejahterakan warga desa.
Dengan demikian, keberadaan BUMDesma diharapkan dapat menopang kebutuhan pangan warga desa, menurunkan prevalensi kekerdilan, serta mempercepat pengentasan kemiskinan di desa.
Di samping itu, program desa peternakan terpadu juga diharapkan dapat menghadapi tantangan setelah pandemi COVID-19, yakni memenuhi kebutuhan pangan. Menteri juga mengatakan, ketahanan pangan hewani sangat penting di samping juga dengan ketahanan pangan nabati."Satu hal yang menjadi tekanan Pak Presiden Joko Widodo bahwa tantangan kita setelah pandemi COVID-19 ini adalah pangan. Jadi masalah pangan akan menjadi tantangan yang global, bukan hanya Indonesia," tutur Abdul Halim Iskandar, atau biasa disapa Gus Halim.
Oleh karena itu,menurut Gus Halim , pihaknya terus berupaya untuk melakukan peningkatan ketahanan pangan, baik yang nabati maupun hewani. Salah satu caranya dengan program desa peternakan terpadu berkelanjutan.
Ia mengemukakan, program peternakan terpadu berkelanjutan telah dimulai sejak tahun 2021 dengan sasaran program tersebut adalah BUMDesma yang melibatkan 5-10 desa."Arahnya desa-desa yang berpotensi di sektor peternakan akan dikembangkan sebagai sentral-sentral penyedia daging baik daging sapi, kambing, ayam hingga pusat hortikultura," katanya.
Ia menyampaikan, proyek percontohan program Desa Peternakan Terpadu Berkelanjutan dimulai di tujuh BUMDesma di tujuh kabupaten, yakni Kabupaten Bandung, Cirebon, Kebumen, Nganjuk, Jombang, Lumajang, dan Kudus.Ketujuh BUM Desma yang menjadi proyek percontohan itu telah mendapatkan pelatihan dan pendampingan dari Kemendes PDTT dan pihak ketiga. Dan proyek percontohan ini telah melibatkan hingga 72 desa dengan luas lahan usaha 14 hektare, demikian Abdul Halim Iskandar.
Ambyar.- Pilot Projek Program Desa Wisata Agribisnis Bebasis Peternakan Terpadu Berkelanjutan yang ditangani Badan Usaha Milik Desa Bersama (Bumdesma) Rukun Lestari Desa Besito Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus diduga ambyar. Setelah diresmikan Menteri Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (DPDTT) Abdul Halim Iskandar, 13 Februari 2022.
Menurut Kementerian Desa , pilot proyek dimulai di tujuh Bumdesma. Yaitu Kabupaten: Bandung, Cirebon, Kebumen, Nganjuk, Jombang, Lumajang, dan Kudus. Tiap Bumdesma melibatkan sekitar 5-10 desa di sekitarnya. Serta telah mendapatkan pelatihan dan pendampingan dari Kemendesa PDTT dan pihak ketiga.
Pada kondisi Jumat 10 Mei 2024, proyek percontohan yang tediri pembibitan dan penggemukan sapi, peternakan kambing dan domba, ayam petelur, biogas serta pupuk organik, hanya beberapa ekor domba yang tersisa. Domba yang dikandangkan di sisi selatan, nampak gemuk gemuk dan bulunyapun bersih.
Sedang di kandang sapi, samase kali tidak terlihat seekorpun. Termasuk “baliho” yang menggambarkan tentang proyek percontohan ini dan pernah terpasang di dinding kandang juga lenyap. Termasuk papan nama proyek, poster tentang standar operasional program pemeliharaan hewan.
Seputar lokasi kini ditumbuhi tanaman tebu, sehingga kandang dan bangunan lainnya tertutup.Terlihat seorang pekerja laki laki yang ditemani isterinya sempat ngobrol sesaat. Tetapi setelah tahu yang diajak ngobrol itu dari media/pers/wartawan mendadak marah saat hendak diambil fotonya. Dan bergegas menutup kandang sapi dan beranjak pergi dengan alasan mau “jumatan”.
Kilas balik
Saat Elang Murianews berkunjung ke komplek percontohan yang berada di tepi jalan raya Desa Gerbog- Gondosari Juli 2022, jumlah sapi masih sembilan ekor. Semula 10 ekor. Dan kambingnya juga sekitar 10 ekor.Pada 20 Oktober 2022, sapinya tinggal lima ekor dan kambingnya lenyap entah ke mana.
Empat hari kemudian, Senin (24/10/2022 , Direktur Bumdes, Rukun Lestari, Nor Afnan, yang ditemui di komplek kandang sapi dan kambing mengatakan, llima ekor sapi jenis Segon, dan beberapa ekor kambing terserang Penyakit Mulud dan Kuku (PMK). Akibatnya terpaksa dijual dengan harga murah. Padahal setiap ekor harga pembeliannya pada akhir 2021 atau awal 2022, mencapai Rp 16 juta.
Selain itu pihaknya tidak hanya menderita kerugian dalam bentuk uang, tetapi juga kerugian dalam bentuk lain. Seperti memperlambat proses pengembangan peternakan yang tengah dirintis dan dibiayai dari pemerintah pusat maupun dana desa. “Kami sudah berusaha keras untuk mengembangkan termasuk upaya penanggulangan virus tipe A dari family Picomaviridae, genus Apthovirus. Tapi kenyataan tidak berhasil. Kami sudah laporkan kronoligisnya kepada dinas/aparat terkait” ujarnya.
Afnan menambahkan, pihaknya menerima proyek dalam bentuk uang tunai Rp 500 juta. Kemudian dibelikan 10 ekor sapi jenis Segon @ Rp 16 juta atau Rp 160 juta. Ditambah untuk pembelian beberapa ekor kambing senilai Rp 25 juta. Atau totalnya Rp 185 juta. Sisanya Rp 315 juta untuk pembuatan kandang, tempat biogas, kamar mandi/wc dan sejumlah peralatan penunjang lainnya. “Kami mulai “operasi” awal Februari 2022. Dengan target mampu meningkatkan berat badan per ekor sapi 1,6 kilogram per hari dengan harga pakan Rp 20.000. Kami sudah lakukan. Termasuk studi ke sejumlah kota. Tapi kenyataannya sulit sekali tercapai. Malah lima ekor sapi dan semua ternak kambing terserang PMK pada sekitar Juli-Agustus. “ ujarnya terus terang.
Sedang kondisi lima ekor sapi yang masih tersisa, per Senin ( 24/10/2022) kondisinya masih aman aman saja. Namun pihaknya belum berani menjual sapi tersebut, meski bobot sapi saat ini per ekor sudah mencapai sekitar 2,5 kuintal. Dalam sistem penggemukan yang ditrapkan Rukun Lestari sebenarnya dibenarakn untuk dijual. Namun karena masih terganjal dengan belum bebasnya (100 persen )PMK, maka untuk sementara belum “dilepas”. “Termasuk dari sisi pertimbangan harga sapi di pasaran belum stabil. Selain juga berpengaruh terhadap rencana pembelian sapi, kambing dan program lainnya dengan sumber dana Rp 500 juta, dari iuran 10 desa di wilayah Kecamatan Gebog. Uang itu masih “aman” kami simpan. Jika semuanya sudah pulih sesegera mungkin dana itu dimanfaatkan sesuai peruntukkannya” tegas Nor Afnan.
Pemerintahan Desa Besio yang dihubungi secara terpisah membenarkan, proyek Bumdesma
Rukun Lestari berada di atas tanah milik desa seluas sekitar 8 kotak atau hampir dua hektar. Dengan memperoleh kompensasi dari Bumdesma Rp 17 juta/tahun. Sedang kantor Bumdesma itu sendiri yang menempati salah satu bangunan di komplek perkantoran Kecamatan Gebog diduga belum pernah dipergunakan untuk kegiatan. Alias tutup terus.(sup).