Eco Enzym Mengatasi Sampah dan Kesuburan Tanah

elangmur - Senin, 6 Mei 2024 | 06:27 WIB

Post View : 314

Peserta- sosialisasi dan pelatihan memproduksi eco enzim di Desa Wonosoco Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus, akhir Maret 2024 Foto istimewa.

Kudus,Elang Murianews- Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Fakultas Pertanian Universitas Muria Kudus (UMK) yang diketuai Hendy Hendro kembali “turun” ke Desa Wonosoco Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus. Ini kali menggelar sosialisasi dan pelatihan pembuatan Eco-Enzym ( EE) kepada kader PKK, kelompok tani dan warga masyarakat lainnya. “ Kami berharap dapat memberikan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang salah satu cara mengatasai persoalan sampah, Persoalan lingkungan khususnya sanitasi, kesuburan tanah, pengendalian hama penyakit pada tanaman dan sebagainya, EE itu solosinya,” ujarnya, Senin ( 6/5/2024).EE pertama kali diperkenalkan Dr. Rosukon Poompanvong, pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand.Dan sebelumnya Tim PKM UMK tersebut di Desa Wonosoco bersama antara lain Perum Perhutani menanam pohon alpokat.

        Hendy Hendro menambahkan , EE merupakan hasil dari fermentasi sampah domestik yang berasal dari limbah dapur organik. Seperti ampas buah, sayuran, dan gula. Warnanya coklat gelap dan memiliki aroma fermentasi asam manis yang kuat.

       EE bermultifungsi selain digunakan sebagai pupuk dan pestisida organik, dapat pula digunakan sebagai cairan pembersih (sabun mandi, sabun pencuci piring, cairan pembersih lantai, dapur dan kamar mandi). Juga dapat digunakan sebagai disinfektan alami, pengolah limbah, penjernih perairan tercemar, pembersih udara dari mikroba, penyejuk udara, penghilang bau serta pengusir hama.

        Sedang proses pembuatan menurut data yang dihimpun dari sejumlah sumber, dilakukan dengan rumus 1:3:10, . Yaitu 1( satu) bagian gula merah/molase, 3 (tiga) bagian sampah organik (kulit buah/sayur yang tidak keras, tidak berlemak, tidak bergetah dan tidak busuk), dan 10 bagian air.

      Caranya, gula merah dimasukkan ke dalam air (60 persen dari volume wadah). Lalu, potongan-potongan sampah organik dimasukkan ke dalam larutan gula tersebut. Selanjutnya, wadah ditutup rapat dan dibiarkan selama tiga bulan, agar sampah dan larutan gula terfermentasi.

Praktek - proses pembuatan eco enzim Desa Wonosoco. Foto istimewa

         Sampah- masih menurut Hendy Hendro , saat ini tetap bermasalah. Khususnya sampah domestik atau rumah tangga menjadi persoalan yang sangat serius tidak hanya diperkotaan maupun juga diperdesaan. Semakin meningkatnya jumlah penduduk dan meningkatnya perekonomian masyarakat, akan menyebabkan pula terjadinya pola hidup konsumerisme . Dengan meningkatnya konsumeris ini akan berdampak pula pada meningkatnya kebutuhan, dan meningkatnya jumlah sampah yang dihasilkan.

        Banyaknya sampah rumah tangga atau limbah domestik yang dihasilkan saat ini tidaklah semuanya dapat tertangani dengan baik, sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya degradasi penurunan kualitas lingkungan. Untuk itu perlu dilakukan upaya alternatif untuk mengatasi persoalan sampah tersebut dengan memanfaatkan sampah menjadi bahan yang bermanfaat, sehingga sampah tidak terbuang.

       Disamping itu persoalan kesuburan tanah juga mendapatkan perhatian serius khususnya di daerah Pegunungan Kendeng yang didominasi mineral kapur. Tanah berkapur umumnya miskin hara untuk itu perlu adanya upaya alternative mengatasi persoalan tersebut. “ Salah satu upaya pengendalian sampah yang paling sederhana dan efektif adalah dengan menumbuhkan kesadaran untuk tidak membuang sampah yang menyebabkan terjadinya penurunan kualiatas lingkungan,” tegasnya.(sup)

 

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

img single