Kudus, Elang Murianews (Elmu)- Awalnya di tahun 2007, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Kudus, Arumdiyah Lianawati membangun Long Storage dengan biaya Rp 7 miliar dari dana Anggaran Pembangunan Belanja Negara (APBN). Dengan panjang lima kilometer ( 5.000 meter), lebar 30 meter , dengan kedalaman 7 meter , yang sebagian besar terletak di Desa Ngemplak dan sebagian kecil lainnya berada Desa Karangrowo. Kedua desa berada di wilayah Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus.
Long storage adalah bangunan penampung air berbentuk memanjang seperti kanal atau parit. Berada di pertengahan hamparan persawahan. Di bagian ujungnya, yaitu di tepi Sungai Juwana wilayah Desa Karangrowo dibangun “sebuah pintu radial berdaun enam ”, sebagai pintu masuk air dari sungai menuju bangunan embung.
Dan dari ukuran embung 5.000 meter x 30 meter x 7 meter, maka sesuai hitungan matematika “ketemulah” isi/kapasitas/daya tampungnya, yaitu : 1.050.000 meter kubik. Air sebanyak itulah yang akan dimanfaatkan petani untuk mengairi sawahnya yang berada di seputar embung.
Meski sebenarnya, sawah di Desa Ngemplak dan Karangrowo sudah termasuk di dalam jaringan irigasi sistem waduk Kedung Kombo. Artinya menjadi sawah irigasi teknis yang memperoleh pasokan air secara rutin dari waduk terbesar di Jawa Tengah yang berdaya tampung 723 juta meter kubik. Dan telah diresmikan Presiden Soeharto pada 18 Mei 1991. Atau sejak hampir 34 tahun yang lalu.
Namun dalam praktek keseharian, air waduk yang terletak di perbatasan Kabupaten Boyolali, Grobogan dan Sragen tersebut, sering tidak mampu menjangkau sawah di Desa Ngemplak seluas sekitar 450 hektar dan di Desa Karangrowo lebih dari 900 hektar. Penyebabnya, sejak diresmikan, waduk Kedung Ombo yang membendung Sungai Serang yang berhulu di Gunung Merbabu ini, belum pernah mencapai puncak kapasitas. Bahkan dari tahun ke tahun naik-turun- tidak stabil-fluktuatif antara 500 – 600 juta meter kubik. Tergantung tinggi rendahnya curah hujan.
Lalu juga dipengaruhi, munculnya pembegalan air yang umumnya menggunakan pompa di “daerah atas”berukuran sedang-besar. Termasuk rusak- bocornya saluran irigasi dan letak sawah di Ngemplak dan Karangrowo tergolong paling jauh letaknya dari Waduk Kedung Ombo. Kondisi ini sama dengan yang dialami warga/ petani di sejumlah desa di Kecamatan Wedung Jepara.
Kehadiran embung Ngemplak awalnya memang cukup besar andilnya dalam mendongkrak kehidupan petani. Terutama sejak tahun 2012, setelah pihak petani, kelompok tani, mampu membeli secara bertahap sekitar 13 mesin pompa air rata-rata “berkekuatan” 8 inci dan ditempatkan di lima titik/blok sawah.
Namun secara bertahap pula, sebagian besar pompa air tersebut mengalami kerusakan dan tidak mampu dioperasikan. “Tinggal dua unit pompa air yang masih bisa dioperasikan. Dengan catatan tidak maksimal. Idealnya kami butuh sekitar 8 pompa air baru dan disertai penataaan- pengelolaan embung Ngemplak secara profesional dan terbuka,” ujar Bang Ali, salah satu tokoh petani di Desa Ngemplak, yang ditemui dan dihubungi selama dua hari terakhir.
Multi fungsi
Menurut Bang Ali, sejak embung Ngemplak dibangun 18 tahun lalu, pemerintah kabupaten Kudus, atau Dinas Pekerjaan Umum (DPU) yang telah berganti nama Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang (PUPR) maupun Dinas Pertanian dan Pangan , belum pernah sekalipun membantu pengadaan pompa air.
Namun melalui dana pembangunan jalan usaha tani (JUT), secara bertahap di kedua sisi kanan- kiri dibangun JUT. Dari makadam hingga “semenisasi”, dengan lebar rata –rata 2-2,5 meter.. Dampak positif JUT tersebut antara lain , melonjaknya “mobilitas” petani, buruh tani dan warga. Yaitu sejak mulai memasuki masa pembenihan, penanaman, pemupukan, pembrantasan hama, hingga masa panen. Lebih cepat dan lebih ekonomis.
Selain itu muncul pula penanaman pisang di sepanjang kanan kiri embung dan puluhan pemancing ikan serta penjala ikan, yang menjadikan sumber penghasilan tambahan bagi warga/petani. Juga menjadi obyek baru wisata lokal. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir,
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kudus juga sempat melirik embung Ngemplak sebagai pengembangan sumber air baru. Khususnya untuk Kecamatan Undaan . Meski kandas di tengah jalan, tanpa diketahui penyebabnya. Namun juga seiring dengan berjalannya waktu, permukaan air embung mulai ditumbuhi tanaman enceng gondok atau Eichhornia crassipes. Bahkan jenis tanaman bakung asal Amerika Selatan ini, cepat berkembang-biak nyaris menutup seluruh permukaan embung.
Padahal enceng gondok mengakibatkan penurunan kualitas air, penyumbatan aliran air (sungai), pengurangan volume air dan meningkatnya resiko banjir, Bahkan menghambat masuknya sinar matahari ke dalam air. Sinar matahari sangat dibutuhkan aneka jenis ikan organisme air lainnya. Enceng gondok juga menjadikan tempat berkembang biaknya nyamuk.Masih ditambah lagi dengan semakin menumpuknya lumpur. “Baru sekarang enceng gondok dilenyapkan dari seluruh permukaan embung Ngemplak dengan cara menaburkan “obat” pembasmi. Dengan biaya patungan antara pemerintahan Desa Ngemplak, petani-kelompok tani- perkumpulan petani pemakai air ( P3A),” tambah Bang Ali.
Ketua P3A sistem Kedung Ombo, Akrab yang ditemui terpisah menyarankan, selain dinormalisir, bendung Ngemplak masih cukup terbuka untuk dilebarkan dan diperdalam. “Sehingga daya tampung akan bertambah signifikan. Sekaligus memperluas jangkauan pasokan air. Bahkan sangat terbuka untuk dimunculkan dan dikembangkan kuliner hingga obyek foto menarik. Dituntut adanya kreativitas warga” tuturnya,
Menurut Ulu-Ulu (Kepala Urusan) Pengairan Desa Ngemplak, Arif Rahman ,, Jumat (28/8/2014), untuk mengembalikan tujuan pembangunan embung Ngemplak, sebagai sarana untuk mengairi sawah dan penanggulangan bencana banjir, pihaknya sangat berharap kepada Pemkab Kudus untuk secepatnya membenahi. Terutama membangun delapan pintu air di wilayah Desa Ngemplak dan paling tidak lima pintu serupa di Desa Karangrowo. Harapan, saran, hingga kritik yang dilontarkan Bang Ali , Akrab dan Arif Rahman tersebut, sebenarnya jika “diambil-alih” Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Ngemplak lebih tepat, Lebih konkrit memandang ke depannya embung Ngemplak.(Sup).