Embung Ngemplak Masa Lalu, Kini dan Kedepannya.

elangmur - Senin, 5 Mei 2025 | 08:58 WIB

Post View : 186

Embung Ngemplak - sepanjang 5000 meter, lebar 30 meter, kedalaman 7 meter, yang bersih dari tanaman engceng gondok. Foto sup ( 3/5/2025).

Kudus, Elang Murianews (Elmu)- Awalnya di tahun 2007, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Kudus, Arumdiyah Lianawati membangun Long Storage dengan biaya Rp 7 miliar dari dana Anggaran Pembangunan Belanja Negara (APBN). Dengan panjang lima kilometer ( 5.000 meter), lebar 30 meter , dengan kedalaman 7 meter , yang sebagian besar terletak di Desa Ngemplak dan  sebagian kecil lainnya berada Desa Karangrowo. Kedua desa berada di wilayah  Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus.

        Long storage adalah bangunan penampung air berbentuk memanjang seperti kanal atau parit. Berada di pertengahan  hamparan persawahan. Di bagian ujungnya, yaitu di tepi Sungai Juwana wilayah Desa Karangrowo dibangun  “sebuah pintu radial berdaun enam ”, sebagai pintu masuk air dari sungai menuju bangunan embung.

       Dan dari ukuran embung 5.000 meter  x 30 meter x 7 meter, maka sesuai hitungan  matematika “ketemulah” isi/kapasitas/daya tampungnya, yaitu : 1.050.000 meter kubik.  Air sebanyak itulah yang akan dimanfaatkan petani untuk mengairi sawahnya yang berada di seputar  embung.

       Meski sebenarnya, sawah di Desa Ngemplak  dan Karangrowo sudah termasuk  di dalam jaringan irigasi sistem waduk Kedung Kombo. Artinya menjadi sawah irigasi teknis yang memperoleh pasokan air secara rutin dari waduk terbesar di Jawa Tengah yang berdaya tampung 723 juta meter kubik. Dan telah diresmikan Presiden Soeharto pada 18 Mei 1991. Atau sejak hampir 34 tahun yang lalu.

        Namun dalam praktek keseharian, air waduk yang terletak di perbatasan Kabupaten Boyolali, Grobogan dan Sragen tersebut, sering tidak mampu menjangkau  sawah di Desa Ngemplak seluas  sekitar 450 hektar dan  di Desa Karangrowo lebih dari 900 hektar. Penyebabnya, sejak diresmikan, waduk Kedung Ombo yang membendung Sungai Serang yang berhulu di Gunung Merbabu ini, belum pernah mencapai puncak kapasitas. Bahkan dari tahun ke tahun naik-turun- tidak stabil-fluktuatif antara  500 – 600 juta meter kubik. Tergantung tinggi rendahnya curah hujan.

      Lalu juga dipengaruhi, munculnya pembegalan air yang umumnya menggunakan pompa di “daerah atas”berukuran sedang-besar. Termasuk  rusak- bocornya saluran irigasi  dan  letak sawah di Ngemplak dan Karangrowo tergolong paling jauh letaknya dari Waduk Kedung Ombo. Kondisi ini sama dengan yang dialami warga/ petani di sejumlah desa di Kecamatan Wedung Jepara.

       Kehadiran embung Ngemplak awalnya memang cukup besar andilnya dalam mendongkrak kehidupan petani.  Terutama sejak tahun 2012, setelah pihak  petani, kelompok tani, mampu membeli secara bertahap sekitar 13 mesin pompa air rata-rata  “berkekuatan” 8 inci dan ditempatkan di lima titik/blok sawah.

        Namun  secara bertahap pula, sebagian besar pompa air tersebut  mengalami kerusakan dan tidak mampu dioperasikan. “Tinggal dua unit pompa air yang masih bisa dioperasikan. Dengan catatan  tidak maksimal. Idealnya kami butuh  sekitar 8 pompa air baru dan  disertai penataaan- pengelolaan  embung Ngemplak secara profesional dan terbuka,” ujar  Bang Ali, salah satu tokoh petani di Desa Ngemplak, yang ditemui dan dihubungi selama dua hari terakhir.

Pompa air - berdiameter 8 inci yang berada di embung Ngemplak 28/8/2014. Foto sup

Multi fungsi

            Menurut Bang Ali, sejak embung Ngemplak dibangun  18 tahun lalu,  pemerintah kabupaten  Kudus, atau Dinas Pekerjaan Umum (DPU) yang telah berganti nama Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang (PUPR) maupun Dinas Pertanian  dan Pangan ,  belum  pernah sekalipun  membantu pengadaan  pompa air.

          Namun melalui dana pembangunan jalan usaha tani (JUT),  secara bertahap di kedua sisi kanan- kiri dibangun JUT. Dari  makadam hingga  “semenisasi”, dengan lebar  rata –rata  2-2,5 meter.. Dampak positif JUT tersebut antara lain , melonjaknya “mobilitas” petani, buruh tani dan warga. Yaitu sejak mulai memasuki  masa pembenihan,  penanaman,  pemupukan, pembrantasan hama, hingga  masa panen. Lebih cepat dan lebih ekonomis.

         Selain itu  muncul pula  penanaman pisang  di sepanjang kanan kiri embung dan  puluhan  pemancing ikan serta penjala ikan, yang menjadikan sumber penghasilan tambahan bagi warga/petani. Juga menjadi obyek baru wisata lokal. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir,

        Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kudus juga sempat  melirik  embung Ngemplak sebagai  pengembangan  sumber air  baru. Khususnya untuk Kecamatan Undaan .  Meski kandas di tengah jalan, tanpa diketahui penyebabnya. Namun juga seiring dengan berjalannya waktu, permukaan  air embung mulai  ditumbuhi tanaman enceng gondok atau Eichhornia crassipes. Bahkan jenis tanaman bakung  asal Amerika Selatan ini,  cepat berkembang-biak nyaris menutup seluruh permukaan  embung.

      Padahal enceng gondok mengakibatkan penurunan kualitas air, penyumbatan aliran  air (sungai), pengurangan volume air dan meningkatnya  resiko banjir, Bahkan  menghambat masuknya sinar matahari  ke dalam air. Sinar matahari sangat  dibutuhkan  aneka jenis ikan organisme air lainnya. Enceng gondok juga  menjadikan tempat  berkembang biaknya nyamuk.Masih ditambah lagi dengan  semakin menumpuknya lumpur. “Baru sekarang  enceng gondok dilenyapkan dari seluruh permukaan  embung Ngemplak dengan cara  menaburkan  “obat” pembasmi. Dengan biaya patungan antara pemerintahan Desa Ngemplak, petani-kelompok tani- perkumpulan petani pemakai air ( P3A),” tambah Bang Ali.

Penuh enceng gondok- di embung Ngemlak Desa Ngemplak Kecamatan Undaan Kudus per 28/8/2014. Foto sup

        Ketua P3A sistem Kedung Ombo, Akrab yang ditemui  terpisah menyarankan,  selain dinormalisir, bendung Ngemplak masih  cukup terbuka untuk dilebarkan dan  diperdalam. “Sehingga  daya tampung akan bertambah signifikan. Sekaligus memperluas jangkauan  pasokan air. Bahkan  sangat terbuka untuk dimunculkan dan dikembangkan kuliner hingga obyek foto  menarik. Dituntut adanya kreativitas warga” tuturnya,

     Menurut Ulu-Ulu (Kepala Urusan) Pengairan Desa Ngemplak, Arif Rahman ,, Jumat  (28/8/2014), untuk mengembalikan tujuan pembangunan embung Ngemplak,  sebagai sarana  untuk mengairi sawah dan penanggulangan bencana banjir, pihaknya sangat berharap kepada Pemkab Kudus untuk secepatnya  membenahi. Terutama membangun delapan pintu air di wilayah Desa Ngemplak dan  paling tidak lima pintu serupa di Desa Karangrowo. Harapan, saran, hingga kritik yang dilontarkan Bang Ali , Akrab dan Arif Rahman tersebut, sebenarnya jika  “diambil-alih” Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Ngemplak  lebih tepat,  Lebih konkrit memandang ke depannya embung Ngemplak.(Sup).

Halaman:

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

img single