Gondoharum Alase Ijo, Wetenge Wareg

elangmur - Senin, 24 Februari 2025 | 22:31 WIB

Post View : 252

Sebagian lahan- dari luas lahan 250 hektar yang masih belum tersentuh penanaman tanaman semusim . Berlokasi di Bukit Patiiayam Desa Gondoharum Jekulo Kudus. Foto sup

Kudus, Elang Murianews (Elmu) – Alase ijo, wetenge  wareg  adalah slogan kelompok tani Wanarejo Dukuh Kaliwuluh Desa Gondoharum Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus yang artinya hutannya hijau perutnya kenyang. Dan mereka berangan-angan menjadi  dukuh Agroforesti atau wanatani.

            Wanatani adalah : perpaduan antara tanaman keras (jangka panjang: pohon-pohonan) dengan tanaman semusim (pertanian jangka pendek). Atau perpaduan tanaman utama (sumber pangan, komoditas ekonomi) dengan tanaman sampingan. Juga perpaduan dengan pemeliharaan ternak. Angan angan itu ada dasarnya.  Yaitu lahan  seluas sekitar 250 hektar, yang sebagian besar  tanah milik Perum Perhutani Kesatuaan Pemangkuan Hutan (KPH) Pati, namun sudah diserahkan  pengelolaannya kepada  kelompok tani  Wanarejo yang mengacu program Perhutanan Sosial , serta dituangkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Kehutanan nomor P 83/MenLHK/Setjen/Kum 1/10/2026.

                Menurut pasal 1 PermenLHK tersebut  : Perhutanan Sosial adalah sistem pengelolaan hutan lestari yang dilaksanakan dalam kawasan hutan negara atau hutan hak/hutan adat yang dilaksanakan oleh masyarakat setempat atau masyarakat hukum adat sebagai pelaku utama untuk meningkatkan kesejahteraannya, keseimbangan lingkungan dan dinamika sosial budaya dalam bentuk Hutan Desa, Hutan Kemasyarakatan, Hutan Tanaman Rakyat, Hutan Rakyat, Hutan Adat dan Kemitraan Kehutanan.

            Dari lahan seluas 250 hektar tersebut yang terbagi menjadi sembilan blok, sejak tahun 2020, sebanyak 57  hektar diantaranya  sudah mulai ditanami  aneka macam tahunan. Seperti mangga, jeruk pamelo, alpukat,nangka, jengkol dan sawo. Meski baru diminati  90  anggota dari total anggota kelompok tani Wanarejo yang berjumlah 337 orang.  “Kami bisa memaklumi , karena terganjal sudut pandang yang berbeda. Jadi memang tidak semudah membalik telapak tangan,” ujar Ketua kelompok tani Wanarejo, Mashuri (50)

Suburnya tanaman mangga - di seputar gardu pandang Bukit Patiayam Desa Gondoharum Kecamatan Jekulo Kudus. Foto : Sup.

                Dan sebelum penanaman, pihak kelompok tani Wonorejo, lebih dahulu  menggandeng pemerintah desa Gondoharum, Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) dan Bakti Lingkungan Djarum Foundation ( BLDF). . Lembaga inilah yang  kemudian  turun tangan mendampingi dalam berbagai bentuk pelatihan, bantuan sarana prasana, hingga kajian ilmiah.

                Kajian ilmiah itu menyangkut pola tanam, antara  tanaman keras/tahunan dengan tanaman semusim.  Tanaman keras yang paling cocok dengan kondisi lahan adalah mangga (mangifera indica). Selain itu mangga pangsa pasarnya masih  terbuka , serta nilai jualnya tergolong tinggi.

Gembili- salah satu tanaman semusim yang tumbuh subur di areal Bukit Patiayam yang dikelola kelompok tani Wanarejo Desa Gondoharum Jekulo Kudus. Foto sup.

                Lalu agar tanaman keras tersebut tidak mengganggu tanaman semusim, yang didominasi tanaman jagung, maka  jarak tanamnya dibatasi – ditentukan 10 meter. Dengan pola ini, maka  tanaman tahunan dan  tanaman musiman  bisa seiring sejalan, serta saling melengkapi, Artinya hutan kembali hijau. Kembali ke fungsi pokoknya : sebagai konservasi, lindung dan produksi. Sebagai wujud pengelolan  hutan lestari. 

               Selain kembali menjadi ijo royo royo dan sebagian tanaman semusim mampu menghasilkan produksi-nillai tambah yang signifikan,  menjadikan “rasa penasaran” warga lain yang semula belum tersentuh “hatinya” untuk bergabung dengan anggota  kelompok tani Wanarejo akhirnya  menyatu. “ Sekarang pada posisi Senin (24/2/2025) kami sudah memiliki 337 orang anggota dan  seluruh lahan seluas 250 hektar sudah tertanami 26.000 pohon. Dari jumlah tersebut 60 persennya adalah tanaman mangga , yang sudah berbuah perdana dan dipanen pada September  2024,” tambah Mashuri.

              Hasil panen mangga itu, menjadikan warga Dukuh Kaliwuluh memiliki sumber penghasilan baru. Menambah penghasilan dari sumber lama dari tanaman semusim- utamanya tanaman jagung. Lalu masih ditambah penghasilan “sporadis” ternak kambing. “Jadi tidak berlebihan jika kami berslogan  Alase ijo, Wetenge  wareg . Dan itu sudah terwujut serta akan kami kembangkan terus hingga mencapai titik maksimal  sebagai basis wanatani di Kabupaten Kudus,” ujar Mashuri penuh keyakinan. (sup).

Halaman:

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

img single