Hari Jadi Kudus Tahun 1549 atau 1525 Masehi ?

elangmur - Sabtu, 5 Oktober 2024 | 07:06 WIB

Post View : 382

Menara Kudus- saat selesai dipugar pada tahun 2014 dan diambil fotonya dari arah barat. Foto Sup.

Kudus,Elang Murianews (Elmu) – Meski hari jadi Kudus telah ditetapkan peraturan daerah (Perda) nomor 11/ 1990 tentang hari jadi Kudus. Namun pihak Yayasan Masjid Menara Makam Sunan Kudus (M3SK) menyatakan tidak/ berbeda  sependapat. Meski hanya tanggal dan bulannya saja. Sedang tahunnya  disepakati. Sementara itu Aka Hasan, peneliti Sejarah Kerajaan Bintoro Demak dan Walisanga menawarkan jalan tengah.

                 Abdul Djalil, selaku pengurus Yayasan M3SK, saat dihubungi media ini, Kamis ( 3/10/2024) mengatakan : Tolong kumpulkan teman-teman yang tertarik dengan sejarah Kudus.Di situ ajak ngobrol mereka “nge up”(update/memperbaruhi) sejarah Kudus. Dan buat forum diskusi. Berdasarkan Perda 11/1990 tersebut. Ditetapkan hari jadi Kudus pada Senin Pahing , tanggal 1 Ramadhan  tahun  956 Hijriah(H) atau tanggal 23 September tahun 1549 Masehi (M). Sedang pihak Yasasan M3SK menyatakan  tanggal 19 Rajab tahun 956 H atau 23 Agustus 1549.  Atau bersamaan dengan berdirinya Masjid Al Aqsa atau Al Manar  yang didirikan Jafar Shodiq yang dikenal dengan Sunan Kudus

Abdul Djalil -(tengah) , pengurus Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus. Foto : Rikha (3/10/2024)

                Penetapan Yayasan M3SK tersebut, setelah membaca dan menelaah ulang bersama sejumlah ahli prasasti yang berada  diatas mihrab Masjid Al-Aqsha . Prasasti Condro Sengkolo Lombo ini dengan tulisan kaligrafi Arab kuno jenis Khat Tsulust Qadim. Lebarnya  30 centimeter dan panjang 46 centimeter. Sedang Perda 11/1990 yang ditanda-tangani Bupati Kudus Soedasono, setelah  bekerjasama dengan jurusan sejarah fakultas sastra Universitas Gajah Mada (UGM) Jogja dan membentuk tim penyusun hari jadi Kudus dengan nomor 002/050/Pan/1989 tanggal 2 September 1989.  Kemudian digelar seminar per 28 Februari 1990.

                Di lembar keterangan Perda 11/1990 tersebut antara lain disebutkan : Kudus muncul sebagai perkotaan pada abad ke XVI. Itu tersirat dalam sebuah prasasti di atas mihrab masji Al Aqsa  yang diartikan Nagari Kudus (Nagara Kudus). Prasasti yang berbunyi Gapura Rusak Ewahing Jagat Wong Ngarungu ( 1609 H/ 1687 M ). Lalu atas dasar relief pada Masjid Langgar Dalem  ( trisula pinulet naga atau Tahun 863 H atau 1458 M). Relief lain yang juga di Masjid Langgar Dalem yang diperkirakan menunjukkan  tahun 953 H/ 1546 M.

                Kemudian prasasti yang berada di Lawang Kembar Masjid Al Aqsa , Pandito Karno Wulaning Jalmo (1727 H/ 1.800 M. Serta prasasati yang sulit terbaca karena ruisak menyebutkan tahun 1215 H atau 1.800 M. Juga disebutkan, konversi angka tahun dari tahun Hijriah ke tahun Masehi  dilakukan melalui tabel  Ferdinand  Huster Felt dan program komputer kudonarpodo, Keduanya memiliki ke akuratan menyangkut  tanggal, bulan, wuku, tahun Hijriah, Jawa dan Masehi.

Pendapat peneliti

                Sedang menurut Aka Hasan, hari jadi Kudus  itu bisa ditandai dengan perubahan nama Tajug menjadi Kudus , setelah  Resi Lokajaya  yang bermaskas di Tajug dikalahkan Jafar Shodiq  pada Januari tahun 1525 M. Jafar Shodiq lahir di Demak pada tahun 1441 Masehi (M) dan meninggal di Kudus pada tahun1550 M.- dalam usia 109 tahun. Beliau  menetap di Kudus baru pada tahun 1525.

Aka Hasan- peneliti Sejarah Kerajaan Demak Bintoro dan Walisongo. Foto : istimewa.

                Jafar Shodiq adalah anak ketiga dari delapan bersaudara. Ayahnya adalah Syekh Maulana Muhammad Ja'far Hasan al-Quds kelahiran Palestina tahun 1386 M yang hijrah ke Jawa tahun 1406 M bersama adik misannya (Syekh Muhammad Ja'far Usman) yang kemudian lebih dikenal Syekh Maulana Jumadil Kubro Troloyo (Trowulan-Mojokerto).

                Jafar Shodiq diutus Dewan Walisongo dan Kerajaan Demak Bintoro, setelah tiga bulan terjadi perang saudara antara warga Loram dengan warga Rahtawu. Loram saat itu menjadi pusat pemerintahan yang dipimpin bupati Amirudin Hasan- putra kedua dari isteri kedua Sultan Patah.  Bupati Amirudin sempat memerintah  pada periode 1508- 1524. Ia dan tiga putranya  secara bersamaan  meninggal akibat perang “saudara” tersebut. Sebaliknya, warga Rahtawu yang dipimpin Resi Lokajaya menduduki Tajug ( seputar komplek Menara dan Makam Sunan Kudus saat ini).

                Tiga bulan kemudian Jafar Shodiq (Sunan Kudus) , mampu mengalahkan Resi Lokajaya dan kemudian pindah dari Dema dan menetap di seputar Tajug. Kemudian pada tahun 1550 Jafar Shodiq meninggal, setelah selama dua tahun berturut-turut menderita sakit. “Setahun  kemudian, diangkatlah Pangeran Poncowati (anak ketiga Sunan Kudus dari istri kedua), menjadi Panglima Perang Angkatan Darat Kerajaan Demak Bintoro yang ke- 6 (1549-1582 M). Menggantikan Jendral Arya Widhi bin Kertasanjaya . Lalu Arya Widhi diangkat menjadi Patih Mangkubumi Demak yang ke-3 mendampingi Raja Demak ke-6 (Pangeran Cakra Buana bin Trenggono). “ tutur Aka Hasan.

                Menurut Aka Hasa,  tahun 1549 itu, bukan hari jadi Kudus. Masalahnya muncul karena naskah Babad dan Serat menyebut Pangeran Poncowati itu menantunya Sunan Kudus. Padahal yang  benar adalah anak kandungnya Sunan Kudus dari istri keduanya.”Jadi kalau menurut saya, nama Tajug berubah menjadi Kudus itu di tahun 1525 M. Atau 500 tahun lalu pada Januari 2025 mendatang. Sumonggo dipun galih,” ujar Aka Hasan, yang meneliti Sejarah Kerajaan Demak Bintoro dan Walisongo sejak 2 Mei 2004.

                Aka Hasan  telah melacak dan meneliti  naskah Babad dan  Serat sebanyak 38-40  naskah, 212 buku sebagai literatur dan  lebih dari 350 makam wali dan tokok sejarah di masa kewalian dan di masa kerajaan Demak Bintoro. Meski Pajang dan Mataram  hanya sebagian kecil saja. (sup).

           

Halaman:

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

img single