Kudus,Elang Murianews (Elmu) – Meski hari jadi Kudus telah ditetapkan peraturan daerah (Perda) nomor 11/ 1990 tentang hari jadi Kudus. Namun pihak Yayasan Masjid Menara Makam Sunan Kudus (M3SK) menyatakan tidak/ berbeda sependapat. Meski hanya tanggal dan bulannya saja. Sedang tahunnya disepakati. Sementara itu Aka Hasan, peneliti Sejarah Kerajaan Bintoro Demak dan Walisanga menawarkan jalan tengah.
Abdul Djalil, selaku pengurus Yayasan M3SK, saat dihubungi media ini, Kamis ( 3/10/2024) mengatakan : Tolong kumpulkan teman-teman yang tertarik dengan sejarah Kudus.Di situ ajak ngobrol mereka “nge up”(update/memperbaruhi) sejarah Kudus. Dan buat forum diskusi. Berdasarkan Perda 11/1990 tersebut. Ditetapkan hari jadi Kudus pada Senin Pahing , tanggal 1 Ramadhan tahun 956 Hijriah(H) atau tanggal 23 September tahun 1549 Masehi (M). Sedang pihak Yasasan M3SK menyatakan tanggal 19 Rajab tahun 956 H atau 23 Agustus 1549. Atau bersamaan dengan berdirinya Masjid Al Aqsa atau Al Manar yang didirikan Jafar Shodiq yang dikenal dengan Sunan Kudus
Penetapan Yayasan M3SK tersebut, setelah membaca dan menelaah ulang bersama sejumlah ahli prasasti yang berada diatas mihrab Masjid Al-Aqsha . Prasasti Condro Sengkolo Lombo ini dengan tulisan kaligrafi Arab kuno jenis Khat Tsulust Qadim. Lebarnya 30 centimeter dan panjang 46 centimeter. Sedang Perda 11/1990 yang ditanda-tangani Bupati Kudus Soedasono, setelah bekerjasama dengan jurusan sejarah fakultas sastra Universitas Gajah Mada (UGM) Jogja dan membentuk tim penyusun hari jadi Kudus dengan nomor 002/050/Pan/1989 tanggal 2 September 1989. Kemudian digelar seminar per 28 Februari 1990.
Di lembar keterangan Perda 11/1990 tersebut antara lain disebutkan : Kudus muncul sebagai perkotaan pada abad ke XVI. Itu tersirat dalam sebuah prasasti di atas mihrab masji Al Aqsa yang diartikan Nagari Kudus (Nagara Kudus). Prasasti yang berbunyi Gapura Rusak Ewahing Jagat Wong Ngarungu ( 1609 H/ 1687 M ). Lalu atas dasar relief pada Masjid Langgar Dalem ( trisula pinulet naga atau Tahun 863 H atau 1458 M). Relief lain yang juga di Masjid Langgar Dalem yang diperkirakan menunjukkan tahun 953 H/ 1546 M.
Kemudian prasasti yang berada di Lawang Kembar Masjid Al Aqsa , Pandito Karno Wulaning Jalmo (1727 H/ 1.800 M. Serta prasasati yang sulit terbaca karena ruisak menyebutkan tahun 1215 H atau 1.800 M. Juga disebutkan, konversi angka tahun dari tahun Hijriah ke tahun Masehi dilakukan melalui tabel Ferdinand Huster Felt dan program komputer kudonarpodo, Keduanya memiliki ke akuratan menyangkut tanggal, bulan, wuku, tahun Hijriah, Jawa dan Masehi.
Pendapat peneliti
Sedang menurut Aka Hasan, hari jadi Kudus itu bisa ditandai dengan perubahan nama Tajug menjadi Kudus , setelah Resi Lokajaya yang bermaskas di Tajug dikalahkan Jafar Shodiq pada Januari tahun 1525 M. Jafar Shodiq lahir di Demak pada tahun 1441 Masehi (M) dan meninggal di Kudus pada tahun1550 M.- dalam usia 109 tahun. Beliau menetap di Kudus baru pada tahun 1525.
Jafar Shodiq adalah anak ketiga dari delapan bersaudara. Ayahnya adalah Syekh Maulana Muhammad Ja'far Hasan al-Quds kelahiran Palestina tahun 1386 M yang hijrah ke Jawa tahun 1406 M bersama adik misannya (Syekh Muhammad Ja'far Usman) yang kemudian lebih dikenal Syekh Maulana Jumadil Kubro Troloyo (Trowulan-Mojokerto).
Jafar Shodiq diutus Dewan Walisongo dan Kerajaan Demak Bintoro, setelah tiga bulan terjadi perang saudara antara warga Loram dengan warga Rahtawu. Loram saat itu menjadi pusat pemerintahan yang dipimpin bupati Amirudin Hasan- putra kedua dari isteri kedua Sultan Patah. Bupati Amirudin sempat memerintah pada periode 1508- 1524. Ia dan tiga putranya secara bersamaan meninggal akibat perang “saudara” tersebut. Sebaliknya, warga Rahtawu yang dipimpin Resi Lokajaya menduduki Tajug ( seputar komplek Menara dan Makam Sunan Kudus saat ini).
Tiga bulan kemudian Jafar Shodiq (Sunan Kudus) , mampu mengalahkan Resi Lokajaya dan kemudian pindah dari Dema dan menetap di seputar Tajug. Kemudian pada tahun 1550 Jafar Shodiq meninggal, setelah selama dua tahun berturut-turut menderita sakit. “Setahun kemudian, diangkatlah Pangeran Poncowati (anak ketiga Sunan Kudus dari istri kedua), menjadi Panglima Perang Angkatan Darat Kerajaan Demak Bintoro yang ke- 6 (1549-1582 M). Menggantikan Jendral Arya Widhi bin Kertasanjaya . Lalu Arya Widhi diangkat menjadi Patih Mangkubumi Demak yang ke-3 mendampingi Raja Demak ke-6 (Pangeran Cakra Buana bin Trenggono). “ tutur Aka Hasan.
Menurut Aka Hasa, tahun 1549 itu, bukan hari jadi Kudus. Masalahnya muncul karena naskah Babad dan Serat menyebut Pangeran Poncowati itu menantunya Sunan Kudus. Padahal yang benar adalah anak kandungnya Sunan Kudus dari istri keduanya.”Jadi kalau menurut saya, nama Tajug berubah menjadi Kudus itu di tahun 1525 M. Atau 500 tahun lalu pada Januari 2025 mendatang. Sumonggo dipun galih,” ujar Aka Hasan, yang meneliti Sejarah Kerajaan Demak Bintoro dan Walisongo sejak 2 Mei 2004.
Aka Hasan telah melacak dan meneliti naskah Babad dan Serat sebanyak 38-40 naskah, 212 buku sebagai literatur dan lebih dari 350 makam wali dan tokok sejarah di masa kewalian dan di masa kerajaan Demak Bintoro. Meski Pajang dan Mataram hanya sebagian kecil saja. (sup).