Jasmerah Alkitab Berbahasa Jawa

elangmur - Rabu, 25 Desember 2024 | 20:47 WIB

Post View : 152

Alkitab Bahasa Jawa- masih dibaca jemaat- terutama kalangan yang berumur di atas lima puluh tahun. Foto Sup.

Kudus, Elang Murianews (Elmu)- Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah (Jasmerah), bahwa Alkitab atau Injil ( kitab suci bagi umat Kristen Katolik dan Kristen Protestan) berbahasa Jawa , adalah karya Pieter Janz (JP). Dan JP pun beserta isteri tercintanya dimakamkan di Dukuh Kayuapu Desa Gondangmanis Kecamatan Bae Kudus.

       Jasmerah sendiri diucapkan puluhan kali Presiden Soekarno pada pidato kenegaraan 17 Agustus 1966. Dan merupakan pidato kenegaraan bagi Soekarno atau lebih dikenal sebagai Bung Karno.

       Sejarah pada pengertian umumnya adalah pengertian sejarah adalah kejadian yang terjadi di masa lampau yang disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan berbagai peristiwa. Peninggalan-peninggalan tersebut adalah sumber sejarah. Sejarah dapat juga diartikan sebagai cabang ilmu yang mengkaji secara sistematis keseluruhan perkembangan proses perubahan dan dinamika kehidupan masyarakat dengan segala aspek kehidupannya yang terjadi di masa lampau.

          Diduga banyak diantara jemaat tidak tahu jika Alkitab berbahasa Jawa yang hingga sekarang masih digunakan (dibaca) sekitar satu juta jemaat Gereja Kristen Jawa (GKJ), Gereja Injili di Tanah Jawa (GITJ), Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) dan Gereja Kristen Sumatra Bagian Selatan ( GKSBS), adalah karya Pieter Jansz. Meski demikian GITJ khususnya dan GKJ berusaha untuk nguri-uri bahasa Jawa, melalui ibadah rutin setiap Minggu yang diselingi khusus dengan bahasa Jawa.  

Pieter Jansz - penterjemah Alkitab berbahasa Jawa. Foto Sinode GITJ.

         Pieter Jansz termasuk diantara 69 misionaris yang bertugas di Jawa pada periode 1813 – 1900. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, misionaris artinya orang yang melakukan penyebaran warta Injil kepada orang lain yang belum mengenal Yesus Kristus.

         Pieter Jansz, di sela-sela tugas sehari-harinya mewartakan Injil, sempat melanjutkan menterjemahkan Alkitab berbahasa Belanda ke dalam bahasa Jawa, yang lebih dahulu dirintis misionaris Bruckner (bertugas mulai 1814 )dan Gericke ( bertugas mulai1827)..Bukan sekedar menterjemahkan, tetapi sekaligus membetulkan tata-bahasanya .

          Proses penterjemahan tersebut dilanjutkan anaknya yang bernama PA Jansz “Karya bapak dan anak itu boleh disebut sebagai bapak dari kitab suci perjanjian lama dan perjanjian baru dalam bahasa Jawa yang hingga kini dipergunakan gereja-gereja di Indonesia yang berbahasa Jawa. Suatu kebanggan yang seharusnya tidak dilupakan jemaat Mennonit di seputar Muria,” tulis Sigid Herusukotjo dan L.Yoder dalam bukunya Sejarah Gereja Injili di Tanah Jawa (GITJ)

        Selain itu Pieter Jansz juga menulis dalam brosur berbahasa Jawa “ Wektune wus tekan. Keratone Allah wus cedhak dan Landontginning en Evangelisatie op Java (Pembukaan tanah dan kristenisasi di Jawa).

        Serta sebuah brosur dalam bahasa Jawa juga, yang antara lain menuliskan dialog antara seorang beragama Kristen dan seorang beragama lain. Ia berusaha mengetengahkan ide bahwa Ratu Adil itu adalah Messiah atau Yesus Kristus.

         Sedang menurut laman Media Sabda terbitan 26 Oktober 2014, Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam bahasa daerah (khususnya bahasa Jawa) diterbitkan pada periode 1829- 1854, yang dilakukan Gottlob Bruckner, Johann Friedrch Carl Gerick, Ngabehi Joyo Pramadi, Rd. Panji Puspowilogo, Christiaan Jacobus van der Vlis, Taco Roorda, Pieter Jansz, Rd. Ngabehi Joyo Supono.

          Lalu menurut sumber lain menyebutkan : Alkitab : Perjanjian Baru Bahasa Jawa ini menggunakan Bahasa Jawa formal dan diterbitkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI). Perjanjian Baru pertama kali diterbitkan tahun 1829 dengan aksara Jawa oleh Bruckner dan Alkitab lengkap pertama kali diterbitkan tahun 1854 karya Gericke. Kemudian Alkitab hasil revisi diterbitkan LAI pada tahun 1981 (Latin).

         Dalam abad ke-19 pekabaran Injil ke Jawa dirintis oleh beberapa orang perorangan di kota-kota maupun di pedalaman. Lembaga-lembaga zending barulah mulai bekerja dengan sungguh setelah tahun 1860. Pekerjaan di kota-kota tidak banyak berhasil. Sebaliknya pedalaman, terutama berkat usaha orang-orang Jawa sendiri, pada tahun 1860-an sudah terdapat banyak orang Kristen: ribuan di Jawa Timur dan Tengah, ratusan di Jawa Barat. Jemaat-jemaat Kristen ini pada umumnya mempunyai corak Jawa yang nyata. Badan-badan zending, yang sejak tahun 1850 lama kelamaan mulai bertindak sebagai wali jemaat-jemaat Kristen Jawa itu, berusaha untuk mengurangi unsur kejawen di dalamnya.

           Perjalana panjang Pieter Janz, misionaris kelahiran 25 September 1820 ini menginjakkan kakinya kali pertama di Jawa pada 1851 Meninggal pada 22 Maret 1904 dan dimakamkan di komplek pemakaman Dukuh Kayuapu Desa Gondangmanis Kecamatan Bae Kabupaten Kudus (Jawa Tengah).

        Makam yang terbuat dari bahan baku batu pualam warna putih tersebut “dipayungi” dengan cungkup( bangunan beratap di atas makam berfungsi sebagai pelindung). Di samping kiri terdapat makam sang isteri, Wihelmina Frederika Schmilau.

Makam Pieter Jansz dan isteri- di Dukuh Kayuapu Desa Gondangmanis Bae Kudus, Jumat 20/12/2024. Foto Sup

        Menurut brosur bertajuk “Jemaat Kayuapu abad ke-19 dan awal abad ke-20”, yang ditulis Pendeta Karmito (2006), Pieter Jansz, memang ditugaskan badan zending Doopsgezinde Zendings Vereeniging (DZV) yang berkantor pusat di Nederland.(Belanda).

          Dan menurut Media Sabda 26 Oktober 2014, Sebelum berangkat ke Indonesia , ia sempat kehilangan isteri tercinta yang meninggal pada usia muda. Kemudian belajar melalui buku pinjaman teman , kursus privat tentang ilmu bumi, sosial kebudayaan Hindia Belanda (Indonesia), bahasa Melayu dan bahasa Jawa Khusus untuk memperdalam pengetahuan dan bahasa Jawa ia dibimbing Prof Prasda.

           Sedang untuk memperdalan teologia, Pieter Jansz berpindah dari kota Delft ke Amsterdam. Selanjutnya mencari pasangan hidup dan memilih JWF Sekmilau ( Schmilau).

      Misionoris ini beserta isterinya kemudian berangkat dari tanah air menuju Indonesia dengan menumpang kapal layar Gelderland, 8 Agustus 1851 dan tiba di kota Batavia (sekarang Jakarta) 15 November 1851.

       Pada 23 November 1851, ia beribadah di Gereja Protestan (Gereja Negara) dan sempat mengisahkan sebagian hidupnya dengan nada haru dan penuh tuntunan dari Tuhan. “Sungguh besar rahmat dan kebaikan Tuhan bagi kami. Tuhan sendiri yang telah membimbing kami melewati samodra yang demikian luas dan selamat sampai di Batavia” tuturnya.

       Meski secara resmi telah ditugaskan DZV, ternyata tidak mudah untuk mencari pekerjaan sebagai misionaris. Pieter Jansz pergi ke Banyumas, Tegal, Demak hingga Pasuruan (Jawa Timur).

         Akhirnya merapat ke Jepara pada awal 1853, menjadi guru privat bagi anak-anaknya , Markar Soekias, golongan bangsawan keturunan Armenia, memiliki perkebunan tebu sangat luas dengan tenaga kerja sekitar 6.000 dan tentu saja kaya raya.

           Sedang menurut Claude Guillot, dalam buku perdana yang memperoleh penghargaan Prix Jeane Cuisinier (1981) dari Institut National des Langues et Civilsations Oriientales Paris, berjudul Kiai Sadrach, Riwayat Kritenisasi di Jawa, sebelum menetap di Jepara, pernah beberapa waktu tinggal di Semarang, di rumah Hoezoo, juga termasuk salah satu misionaris

            Namun ia dianggap kurang berhasil, bahkan dikatagorikan gagal dalam menjalankan misinya, karena dari segi jumlah hanya mampu membaptis 14, penduduk setempat dalam kurun waktu 1854- 1856,. Kalah bersaing dengan penginjil lokal Kiai Tunggul Wulung.

         Tunggul Wulung sendiri, menurut C Guillot, lahir pada permulaan abad ke-19, di kawedanan Juwana (sekarang masuk wilayah Kabupaten Pati), dengan nama asli Ngabdullah. Pekerjaan sehari-hari petani.

        Kemudian meninggalkan desanya menuju Kediri (Jawa Timur), bertapa di Gunung Kelud selama 7 tahun dan menggati namanya menjadi Tunggul ( artinya lurus atau di depan) Wulung (artinya warna dasar ungu).

         Ia memeluk agama Kristen, setelah diberi pelajaran membaca, menulis, ajaran pokok agama Kristen, sebuah kitab Perjanjian Baru dari misionaris Jellesma. Sempat bertemu dengan Bruckner, Hoezoo , Anthing (Ketua Pengadilan Semarang) dan dibaptis pada 1854., dengan nama baptis(permandian) Ibrahim.

             Setelah Pieter Jansz meninggal, penginjilan di seputar Jepara dan Kudus dilanjutkan anaknya yang juga dikenal sebagai misionaris maupun misionaris-misionaris lainnya , sehingga di seputar pantai utara Jawa Tengah bagian timur. Terutama di wilayah Jepara , Pati dan sebagian Kudus, dikenal sebagai kantung-kantung warga pemeluk agama Kristen beraliran mennonite.(sup).

.

 

 

 

 

 

 

 

Halaman:

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

img single