Memburu Manusia Purba di Situs Patiayam

elangmur - Sabtu, 10 Agustus 2024 | 07:36 WIB

Post View : 277

Manusia purba- homo erectus yang hidup di Situs Sangiran dan Situs Patiayam sekitar 1,5 juta tahun lalu. Foto repro Sup.

Kudus,Elang Murianews (Elmu) – Perburuan manusia purba atau homo erectus di Situs Patiayam sampai dengan Sabtu (10/8/2024) belum juga membuahkan hasil secara utuh. Setelah  Yahdi Yaim dari Geologi Institut Teknik Bandung (ITB)  pada tahun 1978 -1979  menemukan sebuah gigi pra geraham  bawah dan tujuh buah pecahan tengkorak manusia. Sedang replika tengkorak manusia purba ini tersimpan di Museum Geologi Bandung.

                Penemuan fosil  manusia purba tersebut bersamaan dengan ditemukannya  fosil mamalia dan reptil pada pasir dan lempung tufaan. Lalu dari hasil analisis pertanggalan  yang ditemukan di Situs Patiayam melalui metode pertaggalan Potassium –Argon menunjukkan usia  0,85 +- 0,02 juta tahun. Dan berasal kala Pleistosen tengah – 700.000 tahun serta bisa disejejarkan dengan manusia purba- homo erectus tipik  Sangiran.

                Penemuan ini juga memiliki pengaruh penting karena menunjukkan penemuan  situs manusia purba baru di luar zona Kendeng. Dan menurut Kepala Balai Arkeologi Jogjakarta, Siswanto, hasil temuan tersebut dianggap masih minim, masih kurang lengkap, sehingga belum mampu untuk menguak jejak budaya manusia purba Situs Patiayam.

                Sedang  menurut penjelasan tertulis arkeolog senior Harry Widianto (16-17 November 2005), Situs Patiayam  telah dikenal sejak lama  sebagai situs hominid (manusia purba) di Indonesia. Bersama Sangiran (cekungan Solo), Trinil, Kedungbrubus, Perning Mojokerto ( jajaran pegunungan Kendeng), Ngandong, Ngawi (alluvial Bengawan Solo).

                Situs Patiayam secara administratif  berada pada ketinggian 200-300 meter di atas permukaan laut Bukit Patiayam –bagian  dari Gunung Muria. Sebagian besar fosil yang ditemukan berada di seputar Slumprit dan Nangka.. Atau di kawasan hutan petak 21 C seluas sekitar 20 hektar  milik Perum Perhutani, Dan merupakan bagian dari endapan purba  hasil letusan Gunung Muria yang terjadi  2- 0,5 juta tahun yang lalu.

                 Lalu berdasarkan penelitian di Bukit Patiayam  juga ditemukan batuan umur Pleistosen ,  yang mengandung fosil vertebrata dan manusia purba yang diendapkan  dalam lingkungan sungai dan rawa-rawa. 

                Artefak- Kemudian baru sekitar tahun 2016, peneliti dari Balai Arkeologi Jogjakarta menemukan kapak genggam, kapak perimbas dan kapak penatak yang semuanya terbuat dari batu endesit. Dibuat sendiri untuk berbagai keperluan sehari-hari. Seperti menguliti binatang hasil buruan hingga  pengolahan makanan.

Kapak genggam - berbahan baku batu andesit yang ditemukan di Situs Patiayam sekitar tahun 2016. Foto repro Sup

                Menurut Harry Widianto dan Truman Simanjuntak dalam bukunya Sangiran Menjawab Dunia, manusia purba-homo erectus  merupakan  pembuat alat batu yang sangat handal pada jamannya. Dengan teknik  pemangkasan  dan penyerpihan. Serta menghasilkan  dalam bentuk –bentuk indah- se-erti oval dan segitiga.

                Kapak genggam  merupakan jenis  peralatan  yang universal  dari budaya paleolitik , yang ditemukan  tersebar luas . Mulai dari Afrika, Eropa dan Asia. Juga termasuk alat karakteristik dari budaya  Acheullian..

                Sedang dari sisi morfologis, kapak genggam  memiliki berbagai variasi tipologi. Dengan karakter umum  berbentuk bulat lonjong  dan dibagian ujungnya meruncing. “kapak genggam  merupakan “masterpiece  karya  homo erectus “ tulis Harry Widianto dan Truman Simanjuntak  di halaman 47.

                Homo erectus yang diawali dari bumi Afrika  sekitar 1, 8 juta tahun lalu, kemudian menyebar ke seluruh dunia. Termasuk ke Pulau Jawa. Dan secara histories disebut dengan Pithecanthropus erectus, specimen –specimen pertama Homo erectus ditemukan Eugene Dubois  di Kedungtrubus  dan Trinil (Jawa Timur) antara tahun 1890- 1891.

                Jumlah situs dan temuan , menurut Harry Widianto dan Truman Simanjuntak telah secara progresif  bertambah sejak  tahun 1930 an. Terutama  berasal dari depresi  besar Solo (Sangiran),  gugusam antiklinal Pegunungan Kendeng ( Trinil, Kedungbrubus, Perning), endapan alluvium  purba  di aliran sungai Bengawan Solo (Ngandong, Sambungmacan , Ngawi) dan kubah Patiayam  di ]kaki Gunung Muria.

                Situs Sangiran yang ditemukan GHR Von Koenigsswald, merupakan  situs paling  dominan di dunia.  Dengan temuan  homo erectus  sekitar 100 individu dan mewakili  lebih dari 50 persen populasi  homo erectus di dunia.

                Dengan digabungkannya  dengan temuan  homo erectus  di situs lainnya  di Pulau Jawa seperti Ngandong,  Trinil dan Mojokerto,  maka manusia  purba Indonesia telah mengalami proses  evolosi  yang panjang – tidak kurang  dari  satu juta tahun lamanya.(Sup)  

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

img single