Kudus,Elang Murianews (Elmu) – Perburuan manusia purba atau homo erectus di Situs Patiayam sampai dengan Sabtu (10/8/2024) belum juga membuahkan hasil secara utuh. Setelah Yahdi Yaim dari Geologi Institut Teknik Bandung (ITB) pada tahun 1978 -1979 menemukan sebuah gigi pra geraham bawah dan tujuh buah pecahan tengkorak manusia. Sedang replika tengkorak manusia purba ini tersimpan di Museum Geologi Bandung.
Penemuan fosil manusia purba tersebut bersamaan dengan ditemukannya fosil mamalia dan reptil pada pasir dan lempung tufaan. Lalu dari hasil analisis pertanggalan yang ditemukan di Situs Patiayam melalui metode pertaggalan Potassium –Argon menunjukkan usia 0,85 +- 0,02 juta tahun. Dan berasal kala Pleistosen tengah – 700.000 tahun serta bisa disejejarkan dengan manusia purba- homo erectus tipik Sangiran.
Penemuan ini juga memiliki pengaruh penting karena menunjukkan penemuan situs manusia purba baru di luar zona Kendeng. Dan menurut Kepala Balai Arkeologi Jogjakarta, Siswanto, hasil temuan tersebut dianggap masih minim, masih kurang lengkap, sehingga belum mampu untuk menguak jejak budaya manusia purba Situs Patiayam.
Sedang menurut penjelasan tertulis arkeolog senior Harry Widianto (16-17 November 2005), Situs Patiayam telah dikenal sejak lama sebagai situs hominid (manusia purba) di Indonesia. Bersama Sangiran (cekungan Solo), Trinil, Kedungbrubus, Perning Mojokerto ( jajaran pegunungan Kendeng), Ngandong, Ngawi (alluvial Bengawan Solo).
Situs Patiayam secara administratif berada pada ketinggian 200-300 meter di atas permukaan laut Bukit Patiayam –bagian dari Gunung Muria. Sebagian besar fosil yang ditemukan berada di seputar Slumprit dan Nangka.. Atau di kawasan hutan petak 21 C seluas sekitar 20 hektar milik Perum Perhutani, Dan merupakan bagian dari endapan purba hasil letusan Gunung Muria yang terjadi 2- 0,5 juta tahun yang lalu.
Lalu berdasarkan penelitian di Bukit Patiayam juga ditemukan batuan umur Pleistosen , yang mengandung fosil vertebrata dan manusia purba yang diendapkan dalam lingkungan sungai dan rawa-rawa.
Artefak- Kemudian baru sekitar tahun 2016, peneliti dari Balai Arkeologi Jogjakarta menemukan kapak genggam, kapak perimbas dan kapak penatak yang semuanya terbuat dari batu endesit. Dibuat sendiri untuk berbagai keperluan sehari-hari. Seperti menguliti binatang hasil buruan hingga pengolahan makanan.
Menurut Harry Widianto dan Truman Simanjuntak dalam bukunya Sangiran Menjawab Dunia, manusia purba-homo erectus merupakan pembuat alat batu yang sangat handal pada jamannya. Dengan teknik pemangkasan dan penyerpihan. Serta menghasilkan dalam bentuk –bentuk indah- se-erti oval dan segitiga.
Kapak genggam merupakan jenis peralatan yang universal dari budaya paleolitik , yang ditemukan tersebar luas . Mulai dari Afrika, Eropa dan Asia. Juga termasuk alat karakteristik dari budaya Acheullian..
Sedang dari sisi morfologis, kapak genggam memiliki berbagai variasi tipologi. Dengan karakter umum berbentuk bulat lonjong dan dibagian ujungnya meruncing. “kapak genggam merupakan “masterpiece karya homo erectus “ tulis Harry Widianto dan Truman Simanjuntak di halaman 47.
Homo erectus yang diawali dari bumi Afrika sekitar 1, 8 juta tahun lalu, kemudian menyebar ke seluruh dunia. Termasuk ke Pulau Jawa. Dan secara histories disebut dengan Pithecanthropus erectus, specimen –specimen pertama Homo erectus ditemukan Eugene Dubois di Kedungtrubus dan Trinil (Jawa Timur) antara tahun 1890- 1891.
Jumlah situs dan temuan , menurut Harry Widianto dan Truman Simanjuntak telah secara progresif bertambah sejak tahun 1930 an. Terutama berasal dari depresi besar Solo (Sangiran), gugusam antiklinal Pegunungan Kendeng ( Trinil, Kedungbrubus, Perning), endapan alluvium purba di aliran sungai Bengawan Solo (Ngandong, Sambungmacan , Ngawi) dan kubah Patiayam di ]kaki Gunung Muria.
Situs Sangiran yang ditemukan GHR Von Koenigsswald, merupakan situs paling dominan di dunia. Dengan temuan homo erectus sekitar 100 individu dan mewakili lebih dari 50 persen populasi homo erectus di dunia.
Dengan digabungkannya dengan temuan homo erectus di situs lainnya di Pulau Jawa seperti Ngandong, Trinil dan Mojokerto, maka manusia purba Indonesia telah mengalami proses evolosi yang panjang – tidak kurang dari satu juta tahun lamanya.(Sup)