Kudus, Elang Murianews (Elmu) – Sebagian besar petani padi ketan di Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus “menangis”, akibat harga gabah kering panen (GKP)nya per Selasa petang ( 4/3/2025) hanya laku rata-rata Rp 5.000,- per kilogram. Padahal pada masa panen Februari- Maret 2024 hargaya tembus rata rata Rp 10.000,- /kilogram.
Selain itu akibat curah hujan tinggi, hasil produksinya juga merosot tajam dibanding masa panen akhir Februari- awal Maret 2024 yang mencapai rata-rata 8 ton. Saat ini tertinggi hanya 5,1 ton/hektar saja. Sehingga secara umum petani padi ketan merugi. Namun demikian , para petani tidak/belum ada niatan untuk beralih menanam padi jenis “non” ketan. Sebab, jika dalam kondisi normal (tidak ada hama, bencana) hasil produksi dan nilai jual gabah atau beras padi ketan lebih tinggi dibanding padi non ketan.
Kondisi yang memprihatinkan tersebut, nampaknya tidak akan membuat pemerintah turun tangan membantu lewat pembelian GKP. Sebab pemerintah hanya membeli GKP “non” ketan.
Sebaliknya harga GKP non ketan masih bertahan di kisaran Rp 6.700,-/kilogram. Atau lebih tinggi Rp 200,- dibanding dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Rp 6.500,-/kilogram, sehingga Bulog dipastikan tidak akan membelinya. Dengan demikian, sedikit banyak bakal berpengaruh terhadap program penyerapan gabah- program ketahanan pangan dan swasembada beras yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.
Menurut catatan Elmu, luas sawah di Kecamatan Undaan yang mencapai lebih dari 5.600 hektar, termasuk terluas di Kabupaten Kudus. Sebagian besar tergolong sawah beririgrasi teknis, yang sumber airnya dipasok dari Waduk Kedung Ombo sejak sekitar 1990/1991.
Dari luasan 5.600 hektar yang tersebar di 16 desa, sebagian besar, berada di Desa Undaan Tengah seluas 503,09 hektar . Lalu dari total luas sawah tersebut, sekitar 90 persennya ditanami padi ketan. Jika mengacu hasil produksi /panen Fabruari –Maret 2024brata-rata 8 ton GKP, maka “lumbung “ beras di Kabupaten Kudus ini menghasilkan GKP padi ketan 39.520 ton. Dan khusus dari Undaan Tengah, menghasilkan 503 x 8 ton =4.024 ton.
Sedang Zudi, petani yang tinggal di RT 4/ RW 1 Desa Undaan Tengah Kecamatan Undaan memiliki sawah seluas lima hektar yang seluruhnya ditanami padi ketan dengan hasil produksi 8,8 ton per hektar pada musim panen Februari- Maret 2024 Dan telah dijual dengan sistem tebasan, sehingga memperoleh uang tunai Rp 440 juta. Ia tercatat sebagai salah satu diantara jutawan baru.
Dan menurut Akrab, selaku Ketua Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) sistem Kedung Ombo, sebagian besar tanaman padi ketan di Kecamatan Undaan belum dipanen, meski sudah melebihi masa usia panen (120 hari). “Selain kondisi tanaman masih tergenang air dan kualitas gabahnya kurang bagus, juga dipicu dengan anjloknya harga GKP. Yang lebih dahulu dipanen, yaitu di Desa Medini, Lambangan dan Berugenjang. Khusus di Undaan Lor dan Ngemplak masa panennya dipercepat, untuk menghindari kelambatan pasokan air dari Waduk Kedung Ombo pada musim tanam ke-2,” ujarnya.(sup)