Opor Ayam dan Nyekar

elangmur - Rabu, 10 April 2024 | 07:02 WIB

Post View : 202

Jual beli- bunga tabur di seputar Pasar Kalirejo Undaan Kudus untuk kebutuhan nyekar. Foto Sup

Kudus,Elangmurianews- Sepanjang Senin pagi hingga sore hari (9/4/2024), sebagian besar aktifitas masyarakat di Kabupaten Kudus tercurah untuk persiapan akhir menyongsong hari raya idul fitri. Diantaranya yang sempat dipantau di lapangan adalah hiruk pikuknya jual beli ayam dan menthok, hingga tradisi “nyekar” di pemakaman.

 Ayam dan menthok merupakan bahan utama untuk hidangan wajib setiap Lebaran yang diolah menjadi opor. Opor termasuk makanan khas Kudus, sehingga masyarakat “menyerbu” ke -25 pasar tradisional dan pasar dadakan yang menjajakan hewan sembelihan ini. Tentu saja dengan harga yang lebih mahal dibanding hari hari biasa. Omzet penjual jasa bubut ayam dan unggas juga ikut terdongkrak. Begitu pula para peternak ayam.

Borong ayam- seorang ibu memborong beberapa ekor ayam di Pasar Baru Kudus, Selasa 9 April 2024. Foto Sup.

 Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) populasi ayam broiler/ras di Kabupaten Kudus pada tahun 2019 sebesar 10.155.200 ekor dan pada tahun 2020 mengalami peningkatan yaitu menjadi 18.440.400. Peningkatan populasi ayam broiler ini menunjukan terjadinya peningkatan usaha dari tahun 2019 ke 2020.

Kabupaten Kudus juga mengalami peningkatan produksi daging yang awalnya pada tahun 2018 yaitu sebesar 8.530,37 ton menjadi 13.277,09 ton. Kabupaten Kudus merupakan penghasil daging ayam broiler tertinggi tingkat eks Karesidenan Pati, yaitu sebesar 62,83 persen. Sedang sentra perusahaan ayam ini berada di Kecamatan Kaliwungu.

Sedang tradisi “nyekar” atau tabur bunga di pemakaman, menurut Muhamad Sochib di NU Online, "Dari sisi ritual tradisi 'nyekar' merupakan hal yang sangat positif, di samping sebagai wahana memperkuat tali salaturrahim 'lintas-alam' juga menjadi sarana mempertebal keimanan akan kehidupan setelah dunia. Interpretasi terhadap makna tradisi 'nyekar' ini memang harus lebih produktif. Nyekar bukan hanya realitas dari praktik keagamaan atau kepercayaan, tetapi bahkan lebih luas dari itu, tradisi nyekar melibatkan ranah kebudayaan, sosial, bahkan ekonomi," katanya.

Ekonomi yang dimakud Sochib mungkin menyangkut pengadaan “bahan baku”, yang berupa aneka jenis bunga..Dan di Kudus sebagian besar bahan bakunya didatangkan dari Bandungan Ambarawa dan sekitarnya. Padahal bunga mawar, kanthil, kenanga, melati, hingga bunga sedap malam bisa dibudidayakan warga Kota Kretek.Sekaligus sebagai salah satu upaya untuk mencari sumber penghasilan.(sup)

 

Halaman:

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

img single