Padi Ketan Masih Jadi Primadona Petani Undaan

elangmur - Rabu, 14 Mei 2025 | 08:54 WIB

Post View : 276

Tanaman padi ketan- di Desa Undaan Tengah Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus . Foto sup 3Maret 2025.

Kudus, Elang Murianews (Elmu)- Memasuki musim tanam (MT) 2/2024/2025, sekitar 80 persen luas sawah di Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus, ditanami padi ketan. Meski pihak Dinas Pertanian dan Pangan, meminta-menghimbau  kepada petani untuk beralih menanam padi non ketan . Seperti jenis IR.  Sekaligus sebagai bentuk mendukung program ketahanan pangan pemerintah.
           Menurut  sejumlah tokoh petani di Kecamatan Undaan, pilihan untuk menanam padi ketan, karena dilatar-belakangi harga jual  hasil panennya lebih tinggi dibanding  dengan padi IR. Dan peluang pasar masih cukup terbuka lebar. Termasuk tidak adanya larangan tertulis dari pemerintah. “  Seperti dalam Instruksi Presiden  (Inpres) (Inpres) Nomor 6 Tahun 2025 Tentang Pengadaan dan Pengelolaan Gabah/Beras Dalam Negeri serta Penyaluran Cadangan Beras Pemerintah (CBP). Tidak ada larangan untuk menanam padi ketan,” tutur Akrab salah satu tokoh petani dan sekaligus sebagai Ketua Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) sistem Kedungombo.
           Selain itu luas tanaman padi ketan tingkat nasional relatif kecil dibanding tanaman padi IR. Berdasatkan data yang dihimpun Elmu, penghasil beras ketan  terbesar di Indonesia adalah Subang (Jawa Barat), Lumajang (Jawa Timur) dan sebagian dari Temanggung  dan Kudus (Jawa Tengah). “ Panen awal tahun 2025 boleh disebut “jeblok”, akibat  banyak tanaman yang roboh, kemudian  “terendam” banjir. Sebagian  lagi disebabkan terserang hama walang  angin Harga gabahnya merosot drastis dari rata –rata Rp 10.000,- merosot menjadi Rp 4.000,- per kilogram,” tambah Akrab.
            Menurut analisa Akrab,  maupun Bang Ali, petani dari Desa Ngemplak  Kecamatan Undaan,  hasil panen MT 2 umumnya selalu lebih baik dibandimg MT 1.  Sebab tidak ada  banjir/genangan air   berlebihan, juga nyaris tidak ada serangan hama yang,mematikan. Serta ditunjang pasokan air  dari Waduk Kedungombo  masih mencukupi, 
            Sesuai hasil keputusan bersama antara  P3A sistem Kedungombo, Dinas Pertanian  dan Pangan, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS)) Pemali –Juwana dan dinas/instansi terkait, Waduk Kedungombo ditutup psda akhir Juli 2025. “ Itu artinya untuk padi IR, akhir Juli sudah panen raya. Tidak lagi butuh  pengairan. Sedang padi ketan rata rata umurnya 4 bulan, atau awal/akhir Agustus  baru dipanen.  Tidak  begitu  mengkhawatirkan.. Apa lagi  banyak diantara petani yang  sudah mulai tanam  April.” tambah Akrab.
           Sedang tidak kalah pentingnya setelah  musim tanam  terlalui, maka dilanjutkan  musim  pemupukan. Dan jenis pupuk vaforit petani  adalah pupuk NPK Mutiara 16-16-16. Pupuk dengan harga termahal namun menghasilkan panen maksimal, yaitu rata rata 8 ton gabah kering panen (GKP) per hektar..
           Meski pada umumnya petani lebih memilih menanam padi “biasa”, karena hasil produksinya yang berupa beras diproses menjadi nasi serta menjadi makanan utama bagi segenap bangsa Indonesia. Namun   beras ketan-dalam hal ini beras ketan putih juga  memiliki sejumlah keunggulan. Antara lain mampu diolah  menjadi sekitar 16 macam makanan. Dan ketika beras ketan diolah menjadi tepung juga bermanfaat untuk gizi. Sebab, mengandung karbohidrat, kalori, vitamin B, selium, seng, magnesium, serat, tembaga, dan fosfor. Serta yang juga tidak kalah pentingnya pasar masih cukup lebar terbuka. Baik di dalam dan di luar negeri.
Bulir padi ketan putih- siap dipanen . Foto istimewa.
Varietas unggul:
           Dari berbagai sumber penulisan diperoleh data , bahwa variestas unggul padi ketan Lusi diluncurkan pemerintah/balai penelitian pengembangan Departemen Pertanian pada tahun 1984. Dengan hasil produksi 4- 5 ton /hektar , umurnya /masa panen 125 – 135 hari.
Dan entah kapan varietas ini bertahan, namun  Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, meluncurkaan lima Varietas Unggul Baru (VUB) padi tipe khusus di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) Sukamandi, Subang Jawa Barat, 16 Desember 2019. Lima varietas tersebut : Baroma, Jeliteng, Pamera, Pamelen, dan Paketih. 
           Kegiatan ini merupakan bagian dari pelaksanaan program strategsis Kementerian Pertanian, melalui gerakan nasional peningkatan produktivitas, produksi dan ekspor. Sedang Kepala BB Padi,  Priatna Sasmita menjelaskan, peluncuran padi tipe khusus dimaksudkan untuk mengenalkan kepada calon pengguna. Khususnya petani , tentang keunggulan dari varietas ini, dibanding dengan varietas sebelumnya. Sehingga akan  mampu memberikan nilai tambah dan keuntungan yang lebih besar . di banding  VUB yang sudah digunakannya.
           Baroma merupakan padi tipe Basmati yang mempunyai keunggulan potensi hasil bisa mencapai 9,1 ton/hektar. Umur panen sekitar 113 hari setelah sebar (hss). Dengan kadar amilosa varietas  25,55 persen dengan tekstur nasi pera dan pemanjangan nasi setelah proses pemasakan sebesar 1,5 kali. Baroma unggul juga pada ketahanan terhadap hama dan penyakit diantaranya terhadap WBC biotipe 1, HDB patotipe III, IV dan VIII, serta Blas ras 033 dan 173. Selama ini, beras Basmati hanya dihasilkan oleh India dan Pakistan. Sedangkan permintaan di Indonesia akan bahan baku Nasi Briyani dan Kebuli semakin tinggi dengan semakin menjamurnya rumah makan khusus India dan Saudi Arabia, yang selama ini dipenuhi kebutuhannya dari impor. 
          Jeliteng adalah varietas unggul beras hitam pertama yang dilepas Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Berpotensi hasil 9,87 ton/ hektar. Rerata hasil GKG 6,18 ton/hektar. Umur panen  sekitar 113 HSS. Varietas beras hitam ini mempunyai tekstur nasi yang pulen dengan kandungan amilosa 19,6%. Tahan terhadap WBC biotipe 1 HDB patotipe III, IV dan VIII serta Blas ras 033 dan 073. Keunggulan lainnya varietas ini mempunyai kandungan fenolik sangat tinggi, yaitu mencapai 7.104,3 ± 417,9 mg GAE*/100 g BPK. Pigmen dalam beras hitam dapat bermanfaat bagi tubuh karena mengandung anti oksidan atau anti inflamasi.
         Varietas Pamera (padi merah aromatik) memiliki potensi hasil hingga 11,33 ton per hektar. Dengan rerata hasil 6,43 ton per hektar. Pamera baik ditanam untuk lahan sawah irigasi pada ketinggian 0-600 mdpl. Termasuk golongan cere, dengan tekstur nasi sedang dengan kadar amilosa 21,1%. Umur tanaman kurang lebih 113 hari memiliki bentuk gabah ramping.Pamera tahan terhadap WBC biotipe 1,2 dan 3, HDB patotipe III, IV dan VIII, serta Blas ras 033, 173, 133 dan 073. 
        Sedangkan Pamelen (Padi  Merah Pulen) mempunyai tekstur nasi pulen dengan kadar amilosa 19,6%. Bentuk gabahnya ramping, cukup mudah dirontok dan tahan rebah. Potensi hasil Pamelen juga cukup tinggi mencapai 9,87 ton per hektar dengan rata-rata hasil 6,18 ton per hektar. Pamelen dapat dipanen pada umur 112 hari. Tahan terhadap hama dan penyakit yaitu WBC biotipe 1, HDB patotipe III, IV dan VIII, Blas ras 033, 133, 073 dan 173 serta Tungro.
         Paketih (padi beras ketan putih) merupakan hasil persilangan Ketan Hitam/Pandan Wangi Cianjur. Varietas ini mempunyai rata-rata hasil 6,32 ton/ha dan potensi hasil 9,46 ton/hektar . Mempunyai karakter malai yang lebih baik dibandingkan dengan Ciasem.  Tinggi tanaman  sekitar 107 centimeter dengan anakan produktif sekitar 20 batang. Umur panen berkisar 118 hss. Kandungan amilosa varietas ketan putih ini lebih rendah dibandingkan dengan Ciasem (4,8%), yaitu 4,4%, sehingga kualitas ketannya lebih baik. Tahan terhadap hama penyakit (agak tahan WBC biotipe 1, tahan HDB kelompok III, IV dan VIII, dan tahan blas ras 073 dan 173).  Jika mengacu pada lima varietas unggul baru tersebut, nampaknya pilihan petani, khususnya petani Desa Undaan Tengah dengan luas sawah 503 hektar dengan menanam padi ketan tidak salah. Atau ngawur-sembarangan, tetapi memang penuh perhitungan. (sup)
 
 

Halaman:

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

img single