Kudus, Elang Murianews (Elmu) – Ketika karut marut persampahan di Kabupaten Kudus yang hingga awal Januari 2025 belum juga terselesaikan, muncul setitik cahaya terang- setitik harapan. Lewat penghargaan dari Penjabat Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana untuk Desa Menawan Kecamatan Gebog, sebagai Desa Mandiri Sampah (DMS) Muda tahun 2023. Katagori penghargaan DMS terdiri Utama, Madya dan Muda.
Sabtu siang ( 4 Januari 2025) Elmu meluncur ke lokasi komplek tempat penampungan sementara, tempat pengolahan sampah dan sekaligus tempat/kantor pengelolaan sampah yang dikenal dengan nama Pager Bumi.
Lokasinya agak jauh dari jalan raya Desa Menawan- Rahtawu dengan lahan yang tidak terlalu luas. Hanya sekitar kurang dari separo luas lapangan sepakbola. Hanya ada satu ruang “kantor” berukuran sekitar 3 x 2 meter. Dengan satu meja yang beralas kain warna coklat dan di atasnya ada tumpukan map dan buku. Satu diantaranya buku tamu. Terlihat dua kursi plastik warna biru yang ditumpuk serta satu kipas angin.
Cukup menarik di dinding bercat warna krem ini terpasang sebuah Piagam Penghargaan sebagai DMS dari Penjabat Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana . Lalu ada sebuah vas (tempat bunga) dengan bunga dari bahan plastik. Lalu juga ada tiga “pohon bunga” warna warni. “Semuanya hasil karya warga Desa Menawan dan berbahan baku dari proses daur ulang sampah,” tutur Musran.
Pria berkaos biru muda,bercelana panjang warna gelap ini, termasuk salah satu pengurus Pager Bumi, dengan pembina Tri Lestari, yang juga dikenal sebagai kepala desa (Kades) Menawan. Sedang ketuanya Manoto, sekaligus sebagai operator dan dibantu sejumlah staf.
Selain “kantor”, juga terlihat sebuah garasi, yang berisi sebuah mobil dan tiga motor roda tiga. “Kendaraan itu dioperasionalkan nyaris setiap hari. Terutama ketika ada warga yang mempunyai hajat dan “menghasilkan “ banyak sampah. Kendaraan itu salah satu diantaranya bantuan dari perusahaan rokok Sukun,” tambah Musran.
Musran kemudian mengajak dan menunjukkan ruang terbuka , berisi mesin pemilah , mesin pencacah, mesin pengayak dan sebuah ruangan kecil di sisi luar dinding ruangan terbuka yang berfungsi sebagai tempat pembakaran sampah plastik. “ Ini contoh benda hasil pembakaran sampah plastik yang telah tercetak, “ ujarnya. Benda padat, keras, warna hitam itu berbentuk segi panjang dan trapezium.
Setelah itu pria ramah ini, membeberkan proses penanganan sampah dengan metode Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan ulang), Recycle ( mendaur ulang) (3R). Proses ini juga terpampang dalam selembar spanduk, sehingga turut mempermudah- memahami tentang penanganan sampah. “ Jadi sejak diawali sampah “masuk “ ke mesin pemilah, maka dibutuhkan waktu sekitar 20-30 hari untuk menjadi pupuk kompos padat dan pupuk cair. Pupuk tersebut, sebelum dipasarkan melalui Badan usaha milik desa (Bumdes) Akusoro, ke warga desa kami dan masyarakat umum, lebih dahulu diuji di laboratorium di Semarang. Lolos dan bersertifikat Standar nasional Indonesia (SNI)” jelas Musran.
Pupuk padat tersebut dikemas dalam kantong plastik berbobot sekitar 10 kilogram dan harganya hanya Rp 15.000,-. Dan telah terbukti bermanfaat untuk segala jenis tanaman, buah-buahan, sayuran hingga aneka macam bunga.
Meguru mbangun desa
Pengelolaan sampah Pager Bumi, lahir melalui Surat Keputusan Kepala Desa Menawan Nomor 660.2/18/2021 dan merujuk pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Undang undang itu antara lain menyebutkan : bahwa sampah telah menjadi permasalahan nasional sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masyarakat.
Bahwa dalam pengelolaan sampah diperlukan kepastian hukum, kejelasan tanggung jawab dan kewenangan Pemerintah, pemerintahan daerah, serta peran masyarakat dan dunia usaha sehingga pengelolaan sampah dapat berjalan secara proporsional, efektif, dan efisien;
Pager Bumi muncul setelah Desa Menawan, bersama 14 desa lain di kabupaten Kudus ditetapkan sebagai desa wisata pada 21 November 2020. Adapun 15 desa wisata tersebut adalah , Desa Rahtawu, Ternadi, Dukuhwaringin, Kandangmas, Margorejo, Terban, Temulus, Jepang, Loram Kulon, Wates, Wonosoco, Padurenan, Jurang, Kaliputu, dan Tanjung Rejo.
Pengelolaan sampah Pager Bumi, juga merupakan bagian dari visi Desa Menawan Meguru Mbangun Desa Kanthi Sedadi . Meguru singkatan dari menawan guyub rukun. Sedadi adalah sehat, emban manah,demokratis, agamis, berbudaya dan inovatif.
Sejak Pager Bumi ditrapkan, maka secara bertahap warga Desa Menawan yang berjumlah 6.018 jwa ( terdiri 2.990 pria, 3028 wanita) menjadi anggota Pager Bumi. Dan saat ini tercatat 400 warga sebagai anggota.
Itu artinya secara bertahap pula warga sudah mulai paham tentang tata cara mengelola sampah, hingga maksud, arti, tujuan dan manfaatnya. Sehingga langsung atau tidak langsung juga merubah pola pikir, pola hidup, kebiasaan yang negatif.
Perubahan itu berbuah manis, ketika tahun 2023 Desa Menawan meraih Anugerah Desa Wisata Indonesia dari kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif . Setahun kemudian berkompetisi pada Lomba Desa Wisata Nusantara yang diselenggarakan Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
Dan sesungguhnya pula Desa Menawan lebih dulu memiliki fondasi kuat di bidang alam dan lingkungan. Berada di atas ketinggian 50 meter di atas permukaan laut. Dengan luas 8, 26 kilometer dan sebagian besar bertanah latosal coklat.
Tanah latosol, yang juga dikenal sebagai tanah inceptisol.Terbentuk dari hasil pelapukan batuan beku dan batuan sedimen yang telah berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama. Dengan kondisi tanah seperti itu, maka cukup baik untuk ditanami padi,jagung, kedelai. Juga untuk tanaman perkebunan dan holtikultura.
Namun pada umumnya penduduk Desa Menawan, yang tersebar di Dukuh Menawan dan Dukuh Kambangan memilih menanamn tanaman perkubunan. Seperti durian, sengon, mangga, jambu,jeruk , nangka dan cengkeh. Meski ada sebagian kecil yang menanam jagung dan ketela pohon. Mereka juga lebih intensif memberdayakan sendang Widodari, membangun tempat wisata buatan, membumikan budaya lokal , termasuk kulinernya.
Dan kiranya tidak berlebihan pernyataan Kepala Desa Menawan Tri Sulastri, bahwa Pager Bumi yang menjadi ujung tombak dalam membangun kesadaran masyarakat dan pentingnya pengelolaan lingkungan.
Elmu juga terkesan dengan salah seorang ibu, anak perempuan dan cucunya, yang dengan ramah dan senang hati mengantar –menunjukkan lokasi komplek penanganan sampah.
Ketiganya naik motor, melewati beberapa ratus meter ruas jalan desa yang beraspal mulus.Kiri kanan dijumpai rumah yang nampak rapi, bersih, dengan pekarangan yang ditumbuhi banyak bunga dan aneka jenis tanaman. Serta kondisi hawa sejuk.
Sebuah contoh dan bukti, pemerintah desa dan segenap masyarakatnya mampu menghadirkan program pengeloaan sampah dan memunculkan banyak sekali efek positif. Meski mesin pemilah, pencacah dan ayakan bukan termasuk mesin baru dengan harga mahal. Mereka ibaratnya juga tidak berkaok-kaok, tetapi lebih mengedepankan kinerja dan capaiannya.(sup)
.