Kudus, Elang Murianews (Elmu)- Ngatmin (48) mempersembahkan hasil karya pertamanya berupa sebuah gitar berbahan baku dari bambu kepada Bupati Kudus, Samani Intakoris. Setelah warga Desa Japan RT 04/ RW 03 Kecamatan Dawe (Kudus) ini memastikan gitar yang dibuatnya memenuhi standar premium. “Saya memang sengaja memproduksi berstandar premium, karena jika hanya asal-asalan dan mengejar produksi tinggi, saya pasti kalah dengan produsen lainnya,” tuturnya Jumat ( 27/6/2025).
Gitar bambu tersebut diserahkan langsung kepada bupati sekitar sebulan terakhir di rumah pribadinya Desa Pasuruhan Lor Kecamatan Jati. Sekaligus “nagih janji”, yaitu akan ikut memasarkan di tingkat kabupaten. “Saya juga dipertemukan dengan Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Harjuna beserta stafnya. Selain itu pak bupati juga akan “memamerkan” hasil karya saya di pendopo. Termasuk pagelaran langsung secara periodik, Ketika pulang saya diparingi Rp 3,5 juta. Matur nuwun sanget,” ujarnya penuh kegembiraan.
Sedang proses pembuatan gitar itu sendiri, diawali dari kedatangan Wakil Rektor Universitas Muria Kudus (UMK) IV bidang kerjasama dan pengembangan , Achmad Hilal Madjadi bersama sejumlah mahasiswa ke rumah Ngatmin sekitar 3 (tiga) bulan lalu, untuk mengetahui proses dan seluk beluk pembuatan biola berbahan bambu. “Sebagai ahlinya ( dalam membuat biola) mas Ngatmin tentu juga bisa membuat gitar dari bahan yang sama . Nanti kami bantu,” ujar Ngatmin menirukan “tantangan” “pak wakil rektor”.
Bagi suami dari Sri Sudarwati dan kedua anaknya Tomy Eka Kurniawan dan Aishah Dwi Ayudiainara, yang telah berpengalaman membuat biola berbahan bambu sejak 2014 tidak menemui kesulitan yang berarti. “Sebab bahan bakunya sama , yaitu bambu jenis petung. Bahkan lebih mudah daripada membuat biola. Hanya saja bahan bakuya lebih banyak. Khusus untuk bagian atas saya menggunakan kayu jenis sonokeling yang dalam banyak memang bisa diandalkan,” tambahnya.
Setelah semua bahan terkumpul dan terseleksi secara ketat, maka dalam tempo hanya sekitar seminggu, Ngatmin sudah mampu menghasilkan sebuah gitar “bambu”, yang dipatok dengan harga Rp 3,5 – Rp 4 juta. Meski telah mampu membuat gitar bambu, namun Ngatmin tetap memproduksi biola bambu. Dengan harapan konsumen mempunyai pilihan lain. Selain itu, memproduksi biola dan gita yang selama ini dilakukan, nyaris tidak ada yang membantu (tenaga kerja lain). “Sebab, tidak/belum memiliki pangsa pasar, sehingga saya memproduksi saat saya tidak bekerja sebagai tukang kayu mebel sebagai pekerjaan utama. Jadi empat hari “nukang kayu”, dua hari membuat biola atau gitar. Ini saya lakukan agar bisa menghidupi keluarga. Sekaligus “menimbun” biola dan gitar, agar jika ada pesanan maupun yang ingin kangsung melihat “barangnya” di rumah siap setiap saat,”. (Sup).