Kudus, Elang Murianews (Elmu)- Bagi siapapun yang ingin kongkow- bahasa gaul yang artinya nongkrong di komplek Balai Jagong lebih baik “pipis” atau buang air besar lebih dahulu. Sebab, dua unit kamar mandi dan toilet, sebagai salah satu fasilitas nyaris tidak berfugsi seluruhnya.
Satu unit berada di beberapa meter depan mushola. Terdiri satu unit khusus untuk wanita dan satu unit lagi khusus untuk pria. Khusus untuk wanita tidak berfungsi, karena “ditutup” dengan semacam pagar.
Sedang satu unit khusus pria, terdiri dari tiga kamar mandi dan toilet/jamban/ wc (water closet). Namun satu diantara pintunya tidak berfungsi. Di depan kamar mandi terdapat beberapa kran air. Sedang sebelum masuk ke kamar mandi, tersedia tiga buah wastafel –tempat cuci muka, cuci tangan, gosok gigi, bercukur kumis/jenggot.
Pada Selasa sore ( 5/11/2024) ketika Elmu masuk ke kamar tersebut, nampak genangan air di lantai bawah wastafel. Dan beberapa pria-wanita antri untuk masuk. Dan menjadi salah tingkah ketika ada seorang pemuda mendadak berbalik ke luar, karena sempar mempergoki seorang perempuan yang lebih dahulu masuk. Padahal menjelang pintu masuk masih terlihat tulisan ukuran besar khusus pria.
Sang perempuan mungkin karena sudah “kebelet” nylonong begitu saja masuk ke ruang yang salah. Tapi sebenarnya juga tidak bisa disalahkan, karena di sebelahnya yang bertuliskan khusus wanita dalam kondisi ditutup/dipagari. Padahal “cara pipis” antara perempuan dan laki-laki berbeda. Ini yang jadi repot, karena banyak yang antri.
Sedang satu unit kamar mandi yang berada di sisi timur seberang jalan mushola, hanya satu kamar yang berfungsi. Lainnya digembok. “Padahal nyaris sepanjang hari. Terutama pada akhir pekan atau hari libur, komplek Balai Jagong ini dipadati pengunjung dan pedagang kaki lima. Tidak hanya dari Kota Kretek, tetapi warga dari kabupaten lain juga berdatangan ke sini,” tutur Centini- salah satu penyewa kios di Balai Jagong.
“Ini toilet uang rakyat. Tapi rakyat mau pakai nggak bisa. Sedang di lantai kios pada umumnya sudah berubah bagai gelombang laut dan sebagian juga sudah pecah pecah. Pihak Dinas Pendidikan Pemuda Olahraga (Disdikpora) Kudus sebagai pengelola tidak bertanggung jawab,” tambahnya sewot.
Kepala bidang olahraga Disdikpora, Widoro Heriyanto yang dihubungi via WhatApps(WA) menyatakan unit kamar mandi dan toilet depan mushola masih dalam tahap renovasi- yang berlangsung sejak Oktober hingga Desember. “Pekerjaan tidak hanya di situ pak ( depan mushola), tapi semua kamar mandi yang ada di gedung Balai Jagong,” tuturnya.
Balai Jagong berada berada di sisi belakang komplek Stadion Wergu Wetan, Gedung Olahraga Bung Karno dan Kolam renang. Luasnya lebih dari dua hektar. Dibangun pada tahap pertama pada 18 Mei 2016 dan selesai menjelang akhir tahun 2016. Kemudian dilanjutkan tahap kedua tahun anggaran 2017. “Sebenarnya konsep pembangunan awal Balai Jagong lebih ditujukan sebagai tempat pentas seni, diskusi antara seniman versus budayawan dan berbagai bentuk kegiatan lainnya. Namun berkembang menjadi kawasan olahraga dan taman,” tutur Bupati Kudus Musthofa saat itu.
Selain kurang jumlahnya kamar mandi dan toilet, Balai Jagong ini juga ditandai dengan penggantian sekitar 115 unit lampu bertenaga surya dengan tenaga listrik konvensional yang dilakukan pihak Dinas Perhubungan (Dishub)Kudus( langkah mundur). Dishub dalam beberapa tahun ini juga bertugas sebagai “tukang” lampu penerangan jalan umum. (LPJU) yang memperoleh dana cukup besar dari Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau. (Sup)