Kudus, Elang Murianews - Safira Dwi Meilani, pesilat kelahiran Kudus 18 Mei 2000, kembali menorehkan prestasi. Meraih medali emas dalam cabang olahraga pencak silat kelas B tanding ( 50-55 kilogram putri) Pekan Olahraga Nasional (PON) ke- XXI Aceh Sumut 2024. Setelah mengalahkan pesilat asal Kalimantan Tengah, Fitri Mawarni, sehingga menerima bonus Rp 10 juta dari KONI Jawa Tengah. “ Saya sudah kembali ke Kudus. Dan sekarang lagi mempersiapkan diri lagi untuk seleksi nasional,” tuturnya, Selasa malam ( 17/9/2024).
Ajang di PON Aceh Sumut 2024 ini , menjadikan pundi pundi emas Safira bertambah menjadi sembilan emas dan satu perak. Medali emas pertama diraih pada ajang O2SN tingkat nasional di Jakarta 2014. Kemudian emas POPDA Jawa Tengah 2015, emas Kejurnas PPLP Manado 2016, emas Kejurnas PPLP NTB 2017, perak Kejurnas Perti Surakarta 2018, emas POMNAS Jakarta 2019, emas 8th Southeast Asian Championship 2022 dan emas 19th World Pencak Silat Championship 2022, SEA Games 2023 di Chroy Changvar International Convention and Exhibition Center, Phnom Penh, Kamboja, Rabu (10/05/2023).
Khusus di SEA Games 2023 , saat menghadapi atlet Vietnam Hoang Hong An Nguyen dipartai final sempat disdiskualifikasi pada 18 detik terakhir , karena dianggap mengalami dislokasi bahu karena kuncian lawan. Saat Safiar memimpin 61-43. Hal ini di protes keras dari tim pelatih Pencak Silat Indonesia, karena itu bukan kuncian, melainkan Safira memang memiliki riwayat cedera bahu.Protes itu dikabulkan dan Safira berhak meraih emas.
Safira adalah anak kedua dari tiga bersaudara pasangan suami isteri Sugiyanto dan Cholifah yang tinggal di Desa Loram Kulon RT 03/RW 04 Kecamatan Jati Kudus..”Saya sebenarnya awalnya tidak pernah bercita cita jadi atlet pencaksilat. Apalagi ketika sempat cedera. Tapi karena dorongan orang tua, tim pelatih dan juga terpacu dari diri sendiri akhirnya saya menekuninya,”
Kedua orang tuanya juga sempat melarang Safira untuk menjadi atlet pencaksilat. Selain menyangkut sosok perempuan juga khawatir cedera. Apalagi “kelas” yang ditekuni adalah kontak langsung/pertarungan. Safira, mengawali sekolah di Madrasah Muhamadiyah Al Tanbih, SMP 1 Jati, SMA 7 Semarang dan Universitas Negeri Semarang.(Sup)