Kudus,Elang Murianews –Sumur Gentong yang terletak di RT 05/RW 05 Desa Loram Wetan Kecamatan Jati Kabupaten Kudus Jawa Tengah ditemukan dan dibangun pada tahun 1508 oleh Syeh Subakir. Atau sekitar 516 tahun yang lalu. Atau lebih “tua” dibanding hari “lahir” Kota Kudus tahun 1549. Syeh Subakir lahir di Demak pada 1458, meninggal pada usia 109 tahun. Dimakamkan di Tidar Magelang. Dikenal sebagai ahli lingkungan. Khususnya dalam mendeteksi sumber air. Juga jago dalam “menaklukkan” tempat tempat angker
Sedang lokasi sumur gentong tersebut, merupakan titik nol- pusat Kabupaten Loram dengan Bupati Amirudin Hasan- putra kedua dari isteri kedua Sultan Patah. Bupati Amirudin sempat memerintah pada periode 1508- 1524. Ia dan tiga putranya secara bersamaan meninggal akibat perang “saudara”, antara warga Loram dengan warga di seputar Rahtawu.
Hal itu diungkapkan Ahmad Kastono Abdullah Hasan atau yang lebih akrab disapa Aka Hasan peneliti Kerajaan Demak Bintoro dan Walisongo melalui tujuh metode di acara Sarasehan sejarah dalam budaya kearifan lokal masa kini Minggu malam (7/7/2024) di Loram Wetan. Selain Aka Hasan, narasumber yang hadir : Abdul Jalil selaku pemangku punden belik Kesunanan Kudus dan Ihfan N Saputro, psikolog klinik dewasa.
Seusai pertemuan, tokoh masyarakat dan pemerintah Desa Loram Wetan secara lebih khusus menghadirkan kembali Aka Hasan dan Abdul Jalil untuk menindak-lanjuti sarehan. Antara lain menerbitkan sebuah buku.
Menurut data yang dihimpun dari Buku Inventarisasi Benda Cagar Budaya Peninggalan Sejarah dan Purbakala Kabupaten Kudus, 2007, Sumur Gentong didata per 17 April 2006. Dan ditemukan Rodi (sudah meninggal) pada tahun 1989. Terbuat dari tanah liat bersusun empat dan berbetuk seperti gentong. Berdiameter 60centimeter, tinggi 56 centimeter dengan luas bangunan 64 meter persegi.
Di sekitar sumur gentong juga ditemukan uang logam kuno buatan tahun 1717 dan uang mas bertuliskan Zeelandia1738. Dan berdasarkan penelitian Balai Arkeologi Yogyakarta dab BP 3 Prambanan 3 Oktober 1989 dinyatakan sebagai benda cagar budaya(BCB).
Dan menurut juru kunci Abdul Kodir, air sumur gentong tersebut mampu sebagai sarana untukb menyembuhkan orang lumpuh maupun untuk jenis pengobatan lain.
Dibangun ulang-
Sedang menurut Subarkah, yang ditemui di lokasi sumur gentong tepi jalan raya desa setempat, Selasa (9/7/024) , BCB tersebut dibangun ulang secara bertahap sejak tahun 2018. “ Saya mengganti srumbung atau badan sumur juga berbahan tanah liat yang kami pesan khusus dari Bayat Klaten. Terdiri empat srumbung dengan total panjang 4, 2 meter. Sebab pada kedalaman 4,2 meter air sudah muncul cukup besar,” tuturnya sembari memperlihatkan srumbung itu.
Sedang untuk mempermudah pengambilan air menggunakan mesin. Dan diseputar sumur dijumpai tendon air, sejumlah gentong, sejumlah kendi, gelas plastik dan dua buah corong plastik. Setiap pengunjung bisa meminum air sumur gentong melalui kendi kendi tersebut. Sedang bagi yang berniat untuk mandi, disediakan dua kamar mandi. Saat Elang Murianews meminum satu gelas air dari salah satu kendi, rasa airnya netral- seperti pada air sumur atau air dalam kemasan yang diproduksi pabrik. Samasekali tidak berbau.
Padahal menurut data yang dihimpun dari berbagai sumber, wilayah Desa Loram Wetan dan sekitarnnya. Atau seputar wilayah Kecamatan Jati, Undaan, Mejobo semula merupakan pesisir laut. Sehingga kandungan air pada umumnya mengandung garam-asin. “ Air Sumur Gentong selama ini tawar dan tidak pernah “asat” /mengering” tambah Subarkah.
Selain seluruh srumbung sudah diganti, juga telah dibangun semacam rumah kecil. Diantaranya difungsikan untuk menerima para tamu yang umumnya berdatangan pada malam hari. Tidak hanya warga desa setempat, tapi juga warga seputar desa/kecamatan dan bahkan dari luar kabupaten.
Sumur gentong tidak hanya dijumpai di Desa Loram Wetan, tapi juga ditemukan di komplek masjid Sunan Muria, Masjid Wali Desa Jepang dan masjid Nganguk Wali. (sup)