Sunan Kudus : Mbeleh Sapi Mboten Pareng

elangmur - Senin, 17 Juni 2024 | 21:33 WIB

Post View : 178

Komplek- Masjid Menara Makam Sunan Kudus 12 November 2018 Foto dokumentasi Sup

Kudus,Elangmurianews- Hari Senin ( 17/6/2024) bertepatan dengan hari raya Iduladha 1445 Hijriah. Salah satu hari raya nasional dan sebagai hari memperingati peristiwa kurban. Yaitu ketika nabi Ibrahim bersedia mengobarkan putranya- Ismail untuk disembelih- atas perintah Allah. Namun pada saat pelaksanaan eksekusi, Allah mengganti Ismail dengan seekor domba.

           Dan Pejabat Bupati Kudus, Hasan Chabibie, di Masjid Agung Kudus mengatakan, pada momentum ini, saya ingin menyampaikan, dalam rangkaian Iduladha, ada dua momentum penting, yakni haji dan kurban. Haji memberikan pesan penting bagi muara dari kehidupan kita, yakni ibadah kepada Allah. Sementara kurban memberi pemaknaan, kita semua diperintahkan untuk memberikan yang terbaik, yakni pengurbanan serta pengabdian kepada Allah,” tuturnya. Lalu menurut dia lagi , sebagai Masyarakat Kudus, mestinya meneladani ajaran toleransi dari Kanjeng Sunan Kudus, dengan menghindari menyembelih sapi, memilih kerbau untuk hewan kurban

Serahkan seekor kerbau- Pejabat Bupati Kudus Hasan Chabibie pada hari raya Iduladha di halaman Masjid Agung sebelah barat Alun Alun Simpang Tujuh , Senin 17 Juni 2024 foto istimewa.

        Di era Sunan Kudus, sebagian besar warganya juga melakukan ritual kurban tersebut. Hanya saja Sunan Kudus tidak menganjurkan masyarakat untuk menyembelih sapi, tetapi menggantinya dengan kerbau. Sunan Kudus pun menekankan: kurban itu sendiri tidak lagi ditujukan sebagai sesajen, tetapi rasa syukur kepada Allah.

       Itulah salah satu metode dakwah Sunan Kudus yang tidak menggunakan jalan kekerasan atau radikalisme untuk mengubah masyarakat yang masih taat dengan kepercayaan lamanya. Malahan memberikan kelonggaran terhadap tradisi yang sudah berkembang sejak lama. Namun secara perlahan- secara bertahap menyisipkan ajaran agama Islam ke dalamnya.

    Sebuah metode mengembangkan ajaran toleransi beragama antara umat Islam dengan umat Hindu-Buddha. Dan sebagai contoh untuk menghormati dan menghargai umat Hindu. Sapi merupakan hewan yang dianggap keramat dan suci bagi umat Hindu. Padahal di agama Islam, menyembelih sapi pada Hari Raya Idul Adha adalah salah satu sunah Nabi.

Warisan Budaya

       Menurut pemerhati budaya, Agus Susanto, larangan penyembelihan sapi dan digantikan dengan kerbau adalah warisan budaya yang ditinggalkan Sunan Kudus Untuk itu, tidak ada salah nya bila kita tetap melestarikan Budaya Penyembelihan Kerbau, baik pada Hari Idul Adha maupun hari hari biasa, dalam rangka tetap melestarikan Budaya Kudusan.” Kita harus berterima kasih pada Sunan Kudus, karena leluhur kita yang telah diIslamkan oleh beliau.Sebagaimana salahsatu petikan di prasasti masjid Al-Aqsa Menara Kudus "nuzulan wa qurban min al-rahman bi balad al-Quds" ... "'Diturunkan (perintah) tentang terlahirnya kota Kudus untuk mendekatkan diri kepada Allah Yang Rahman)'"tuturnya,

   Ia menambahkan :sebenarnya budaya penyembelihan kerbau atau larangan menyembelih sapi , cukup terbuka ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda ( WBTB). Setelah lebih dahulu Dandangan dan dan jamasan keris pusaka peninggalan Sunan Kudus yang diberi nama Cinthaka ditetapkan sebagai WBTB pada tahun 2021. Ketiganya termasuk mata rantai yang tak terpisahkan pada era Sunan Kudus.

    WBTB menurut Warisan Budaya Takbenda berdasarkan Konvensi 2003 UNESCO Pasal 2 ayat 2: Warisan Budaya Takbenda adalah berbagai praktik, representasi, ekspresi, pengetahuan, keterampilan – serta instrumen, obyek, artefak dan ruang-ruang budaya terkait dengannya- bahwa masyarakat, kelompok dan, dalam beberapa kasus, perorangan merupakan bagian dari warisan budaya tersebut.

          Warisan Budaya Takbenda ini diwariskan dari generasi ke generasi, yang secara terus menerus diciptakan kembali oleh masyarakat dan kelompok dalam menanggapi lingkungan sekitarnya, interaksi mereka dengan alam dan sejarah mereka, dan memberikan rasa identitas yang berkelanjutan, untuk menghargai perbedaan budaya dan kreativitas manusia.

         Untuk tujuan Konvensi ini, pertimbangan akan diberikan hanya kepada Warisan Budaya Takbenda yang kompatibel dengan instrumen hak asasi manusia internasional yang ada, serta dengan persyaratan saling menghormati antar berbagai komunitas, kelompok dan individu, dalam upaya pembangunan berkelanjutan(Sup).

 

Halaman:

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

img single