Kudus,Elang Murianews- Drama kolosal fantasi Kayu Naga Muria dipentaskan di anjungan Jawa Tengah Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, Minggu (12/5/2024). Dalam rangka pentas duta seni Kabupaten Kudus 2024. Drama ini dilakukan puluhan warga kampung budaya Piji Wetan Kecamatan Dawe Kudus yang dipimpin M Zaeni. “Sebuah pagelaran budaya yang mengangkat salah satu dari sekian banyak ajaran Sunan Muria. Yaitu untuk menjaga keseimbangan hidup lahir batin. Dengan tiga matra kehidupan dalam kansep ekoreligi. Hablum minallah ( hubungan manusia dengan Tuhan). Hablum minannas ( hubungan manusia dengan sesamanya). Dan Hablum minalalam( hubungan dengan lingkungannya ).
Sunan Muria saat itu kedatangan sejumlah warga yang melaporkan tanaman mereka dirusak hama tikus. Dan mereka meminta Sunan Muria untuk mengatasinya. Sunan “anggota “ Wali Songo (sembilan ) yang nama aslinya Raden Umar Said menyanggupi dengan jalan memberikan sejumlah kulit kayu naga untuk diletakkan di lokasi strategis hama tikus bisa tertanggulangi. Tanpa merusak lingkungan dan tidak membunuh tikus itu sendiri. Disebut kayu naga, karena tampilan phisik kulit kayunya mirip sisik naga.
Ternyata menurut NUonline , penelitian ilmiah di India membuktikan tanaman pakis yang termasuk kategori sikas dapat digunakan untuk mengusir hama tanaman padi di sawah. Namun, bagian yang digunakan adalah benih serbuk dari bunganya yang berbentuk kerucut (cycas cone).
Aroma yang muncul dari benih bunga jantan tanaman pakis itu mampu mengusir hama yang mendekati daerah sekitarnya. Apabila diterapkan di persawahan, maka hama tanaman padi enggan untuk mendekatinya (Narayanasami, 2002, Traditional Pest Control: A Retrospection, Indian Journal of Traditional Knowledge, Vol 1(1): halaman 40-50) .
Penelitian itu dikuatkan peneliti ahli lingkungan dari Sri Lanka yang menyebutkan, bunga tanaman pakis dari jenis Cycas Circinalis adalah anti hama. Serbuk bunga dari tanaman itu bila digerus dan dicampur dengan air maka dapat mengendalikan populasi hama (Amuwitagama, 2002, Analysis of Pest Management Methods Used for Rice Stem Borer [Scirpophaga intertulas] in Sri Lanka Based on the Concept of Sustainable Development, thesis, Lund University International Master’s Programme in Environmental Sciences: halaman 23-25).
Efek khusus biji benih pakis atau sikas pada tikus telah diidentifikasi sebagai racun syaraf. Jaringan benih sikas bersifat neurotoksik karena kandungan glukosida yang sebenarnya terdapat pada sebagian besar tanaman. Namun, kadar racun paling banyak ditemukan pada biji benih tanaman pakis (Shaw dkk, 2006, Cycad-Induced Neurodegeneration in a Mouse Model of ALS-PDC: Is the Culprit Really BMAA or Is a Novel Toxin to Blame, Botanical Review, Vol. 33, No. 9: halaman 857-862).
Tumbuh Subur di Gunung Muria
Menurut Mantri atau Kepala Resort Polisi Hutan (KRPH) Ternadi Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Pati, Nur Hamid, Minggu (12/5/2024), pohon/tanaman pakis yang dipergunakan sebagai sarana untuk membasmi hama tikus, sampai sekarang tumbuh subur di kawasan Gunung Muria yang mencakup wilayah Kabupaten Jepara,Kudus dan Pati. “ Umumnya berada di dalam hutan. Sedang tanaman pakis yang daunnya dimanfaatkan sebagai bahan pokok pecel pakis warga Desa Colo Dawe, berada di tepian sungai. Daunnya lebih rimbun dan tidak begitu kaku.” tuturnya.
Nur Hamid menambahkan, meski warga banyak yang tahu betapa banyak manfaat tanaman pakis dan banyak pula yang hendak memanfaatkan, namun warga tetap membatasi diri pengambilan dilakukan secukupnya. Selain pakis, warga juga selaku menjaga tanaman parijoto- parijotho, dari berbagai bentuk ancaman kepunahan. Kedua tanaman ini erat sekali hubungannya dengan sejarah kehidupan Sunan Muria.
Sedang menurut data yang dihimpu dari berbagai sumber , Pakis haji, atau sikas merupakan kelompok tumbuhan berbiji terbuka yang berasal dari Indonesia. Mereka adalah satu-satunya marga dalam keluarga Cycadaceae, dengan jumlah anggota setidaknya mencapai 130 spesies. Tanaman ini banyak diperjualbelikan karena memiliki tampilan yang indah. Dan merupakan satu dari tiga spesies Cycas yang paling sering dibudidayakan. Nama spesiesnya diambil dari peneliti asal Jerman, Georg Eberhard Rumpf, pada abad 18. Rumpf atau Rumphius adalah orang pertama yang meneliti tanaman tersebut di Kepulauan Maluku. Ini merupakan daerah asal sikas, yang kini telah terdistribusi ke berbagai negara.
Tanaman pakis haji mampu mencapai ketinggian hingga 6 meter. Terdapat biji terbuka di antara daun-daun penyusun runjungnya. Daun-daun tersebut berbiak pada bagian ujung batang. Ini tergolong sebagai daun majemuk menyirip dengan panjang mencapai 2,5 meter, serta mempunyai 50-150 pasang anak daun. Akibat susunan anak daunnya tersebut, banyak orang yang menyamaratakan antara pakis haji dan palem. Padahal, secara klasifikasi keduanya memiliki kekerabatan yang cukup jauh.
Kelompok Cycas memiliki bunga berumah dua, sehingga biasanya terdapat bagian tanaman jantan dan betina. Ukuran bunga bisa mencapai 50 cm, berbentuk cone atau kerucut-elips.
Bagian bunga jantan bisa kita tandai dari tangkainya yang pendek. Mereka mempunyai biji berbentuk ovoid-elips, berwarna oranye-cokelat, dengan ukuran antara 3-6 cm x 2,5-5 cm.
Populasinya menurut sinyalemen para ahli makin menipis. Akibat komersialisasi flora (diburu secara besar-besaran) serta alih fungsi hutan atau deforestasi.. Melansir IUCN Red List, kini status konservasi pakis haji berada pada level hampir terancam. Tren populasinya terus menurun, dengan jumlah individu berkisar 10.000-12.000 tanaman.(sup)