Kudus, Elang Murianews (Elmu)- Tari Gamyong yang akan disuguhkan dalam acara pengkuhan kepengurusan Komite Seni Budaya Nusanatara (KSBN) Kudus besok pagi Selasa (20/5/2025). Para penari adalah siswa SMA I Kudus. Dan menurut sejarahnya telah tercantum dan diceritakan pada Serat Centhini pada tahun 1788- 1820. Atau pada masa pemerintahan Pakubuwana IV dan Pakubuwana V .
Dalam Serat Centhini tersebut juga disebutkan tari gambyong berasal dari tari tledhek atau tayub. Dan pada saat itu salah penari yang terkenal adalah Sri Gamyong atau Mas Ajeng Gamyong. Selain luwes menari,berdaya pikat menggoda, juga merdu pula suaranya, sehingga Raja Kasultanan Surakarta ,Pakubuwono IV, tertarik dan mengundangnya ke istana untuk menampilkan kebolehannya.
Mengutip dari Gramedia Blog, salah seorang penata tari pada masa pemerintahan Pakubuwana IX (1861-1893) yang bernama K.R.M.T Wreksodiningrat membuat tarian rakyat gambyong yang “diperhalus” agar dapat dipentaskan dan dipertunjukan dikalangan para bangsawan serta para priyayi.
Sedang menurut Nyi Bei Mardusari (seorang seniwati dan juga seorang selir dari Sri Mangkunegara VII (1916-1944), tari gambyong biasa dipentaskan pada masa tersebut di hadapan para tamu yang berada di lingkungan istana Mangkunegaran.
Sedang perubahan penting terjadi sekitar tahun 1950. Ketika Nyi Bei Mintoraras ( seorang pelatih tari dari Istana Mangkunegaran pada masa Mangkunegara VIII) mampu membuat koreografi baru gambyong yang lebih dikenal sebagai
Gambyong Pareanom.
Gambyong Pareanom yang telah dibakukan tersebut, kemudian dipertunjukkan pertama kali pada upacara pernikahan Gusti Nurul, yaitu saudara perempuan Mangku Negoro VIII di tahun 1951. Dan imbasnya disukai dan berkembang di kalangan masyarakat umum . Apalagi gambyong tidak lagi diperagakan penari tunggal, namun menjadi tiga, lima bahkan lebih.
Selain itu sebelum tari gambyong dimulai, selalu dibuka dengan gendhing pangkur. Gendhing Pangkur adalah salah satu bagian dari tembang macapat dalam sastra Jawa yang memiliki ciri khas tertentu dalam hal guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu. Secara umum, gending Pangkur memiliki watak yang bersifat gagah, perwira, bergairah, dan berkeyakinan.
Sedang gerakan tari gambyong, lebih menonjolkan keluwesan pada kaki, tangan, tubuh dan kepala penari. Gerakannya dilakukan dalam tempo yang pelan serta sangat hati-hati. Setiap gerakan memiliki makna atau menggambarkan kecantikan dari perempuan Jawa.
Tari Gambyong memiliki nilai-nilai budaya yang sangat penting bagi masyarakat Jawa. Selain sebagai hiburan, tarian ini juga dianggap sebagai sarana untuk memperkenalkan kebudayaan Jawa kepada generasi muda serta sebagai wujud penghormatan terhadap leluhur dan tradisi nenek moyang.(Sup).