Kudus, Elang Murianews (Elmu) - Sekitar 50 -60 persen penduduk Desa Kedungdowo Kecamatan Kaluwungu Kabupaten Kudus yang berjumlah 10.816 jiwa , sudah mulai rutin memilah sampah organik dan unorganik. Selain itu sebanyak 2.200 pemilik rumah telah tercatat dan menjadi pelanggan sampah yang ditangani Badan usaha milik desa (Bumdes) Sumber Joyo.
Sedang untuk mendukung penanganan sampah tersebut pihak PT Djarum telah membantu satu unit mesin pembakar sampah berkapasitas14 ton per 24 jam. “ tapi sampah yang akan di bakar harus sampah kering . Kalo sampah basah kados (seperti) musim hujan seperti sekarang ini, kami baru melakukan percobaan. Masih dalam proses uji emisi,” tutur Direktur Bumdes Sumber Joyo, Syaiful Anas Sabtu (11 Januari 2025).
Uji emisi , yaitu pengujian untuk mengetahui kinerja mesin dan tingkat polusi yang dihasilkan mesin pembakar sampah. Dan dilakukan dengan menggunakan alat khusus .yang disediakan Laboratorium Lingkungan atau instansi yang berkaitan dengan dampak lingkungan.
Menurut Syaiful Anas (38), tempat pembuangan sampah sementara (TPS ) Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan ulang), Recycle ( mendaur ulang) (3R) tahun 2022 dan mulai dioperasikan 2023. “ Kami Bumdes Sumber Joyo dan Pemerintah Desa Kedungdowo membangun TPS 3R ini, dilatar-belakangi dengan kenyataan jumlah sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sudah mulai over/kelebihan kapasitas, Kami berkeinginan untuk menyelesaikan atau mengurangi sampah di tingkat desa lebih dahulu,”
TPS yang dibangun di tepi jalan lingkar barat Kudus tersebut mampu menampung sekitar 50 ton sampah organik maupun unorganik. “Setiap hari ada 10 armada sampah yang dioperasikan mengambil ke rumah pelanggan. Bahkan empat armada mengambil sampah dua kali sehari. Adapun sampah yang diangkut setiap hari rata-rata 3,5 ton. Sebagian besar sampah plastik”tambah Syaiful.
Dari 10 armada sampah tersebut, dua armada roda tiga diantaranya dibeli Bumdes Sumber Joyo secara tunai. Sedang untuk biaya operasional termasuk honor pekerja yang keliling desa dan yang menangani di TPS 3 R, berasal dari retribusi sampah. “Besarannya Rp 15.000,-/bulan/pelanggan (2.200), sehingga terkumpul Rp 33 juta. Ini habis untuk biaya operasional serta honor 17 pekerja. Honornya sekitar Rp 1.500.000,- hingga Rp 2.400.000,- . Tergantung lama bekerja dan bidang tugasnya. Sedang kami segenap pengurus Bumdes tidak “kumanan” (kebagian). Ya nggak apa apa. Kami memperoleh bagian dari sumber pendapatan Bumdes lainnya,” ujarnya.
Menurut laman Pemdes Kedungdowo, sumber pendapatan lain itu adalah usaha penjualan gas elpiji isi ulang yang bekerja sama dengan agen di desa. Serta bekerja sama dengan PT Djarum untuk menjual limbah tali pengikat tembakau.
Belum diketahui langkah ke depan Pemdes Kedungdowo menyikapihal tersebut. Namun jika membandingkan dengan retribusi sampah desa lain, maka besaran retribusi sampah desa yang terletak sekitar 7 kilometer dari pusat Pemkab Kudus ini tergolong “ketinggalan”. Banyak desa lain yang menarik retribusi sampah Rp 20.000,-/bulan/pelanggan.
Kondisi desa
Dengan menaikkan retrbusi sampah dari Rp 15.000,- menjadi Rp 20.000,- maka sebenarnya Bumdes Sumber Joyo, bakal memperoleh tambahan penghasilan Rp 5.000 x 2.200 pelanggan atau sama dengan Rp 11 juta.
Namun terlepas dari hal itu, langkah Bumdes Sumber Joyo untuk ikut menangani sampah patut diapreasi. Salah satu diantaranya PT Djarum yang memberikan hibah berupa satu unit mesin pembakar sampah, yang konon harganya sekitar Rp 3 miliar.
Mesin pembakar ini sebenarnya didesain mampu membakar 14 ton sampah kering per 24 jam. Jadi masih cukup longgar jika saat sekarang pemasukan sampah ke TPS 3 R baru rata –rata 3,5 ton. Dan juga belum diketahui secara pasti apakah mesin pembakar tersebut tergolong mesin pembakar mandiri, yaitu sampah sebagai bahan bakarnya.
Dengan komposisi 75 persen sampah kering dan 25 persen sampah basah, menjadikan karakter sampah merupakan jenis sampab residu yang berakhir dit TPA.Model mesin pembakar sampah yang konon berasal dari teknologi Jepang ini , tidak memerlukan bahan bakar (gas, minyak, bensin dan solar) dan juga tenaga listrik sehingga sangat hemat biaya.
Desa Kedungdowo , menurut laman pemdes setempat,terdiri dari lima pedukuhan. Yaitu Dukuh Krajan, Dukoh, Jetak, Tuwang,dan Tempel Tersebar di 7 rukun warga (RW) dan 41 rukun tetangga(RT) Dari total 10.816 jiwa penduduknya, sebagian besar sebagai buruh industri ( 3.153 jiwa) , buruh tani 2.247 jiwa . Sedang jumlah pegawai negeri sipil (PNS) cukup besar yaitu 471 orang, guru 340 orang. Dan yang yang menyandang sarjana (SI) 394, S2 dan S3 nya tercatat 40 orang.
Namun yang mengejutkan, warga yang tidak/belum sekolah mencapai 2.153 dan yang belum/tidak bekerja 4.520 orang. Sebuah pekerjaan rumah yang cukup berat untuk diselesaikan. Namun jika persoalan sampah bisa teratasi, maka pekerjaan rumah ini pun optimis bisa terentaskan secara bertahap.(Sup)