Kudus, Elang Murianews (Elmu)- Di seputar perempatan jalan depan Masjid At Taqwa Desa Loram Kulon Kecamatan Jati Kabupaten Kudus terdapat sebuah cungkup - bangunan beratap yang didirikan di atas makam. Makam .Syekh Abdurrahman Tuan Sang Sang asal Granada Spanyol Disebut sebagai Tuan Sang Sang, karena selama hidupnya tidak menikah dan hidupnya berpindah pindah. Juga disebut Wali Shofari atau wali musyafir.” Beliau juga adalah Wali yang paling tinggi ilmu kewaliannya dibanding para wali yang ada di Kudus,” tutur Ahmad Kastono Abdullah Hasan, yang akrab disapa Aka Hasan, seorang peneliti sejarah kerajaan Demak Bintoro dan Walisongo, di cungkup Tuan Sang Sang, Sabtu ( 9/11/2024).
Cungkup itu menghadap ke arah selatan. Dengan bentuk bangunan joglo dan sebagian besarnya berdinding bata merah. Di sisi belakang tertera tulisan “ Makam Waliyullah Syakh Abudurrohman Tuan Sang Sang Loram Kulon.
Di sisi depan ditandai dengan sebuah pintu kayu. Dan di bagian dalam terlihat nisan yang tertutup kain putih. Di bagian atas (kepala) ditutup dengan kain merah dan di bagian bawah (kaki) di tutup kain putih. Lalu di bagian tengah terlihat taburan bunga yang beraroma harum. Sementara di atas nisan tertutupi kain transparan warna putih pula. Warna serupa juga terlihat pada lantai keramik makam.
Tuan Sang Sang, menurut Aka Hasan, lahir pada tahun 1424 Masehi, dan pada saat usianya 23 tahun dan beranjak umur 24 tahun, atau pada tahun 1447 hijrah ke Jawa. “Beliau sempat menjadi penasehat Adipati Loram Raden Muhammad Amiruddin Hasan bin Raden Fatah pada tahun 1.508 .Meski hanya berlangsung tiga tahun karena pada tahun 1511 beliau meninggal dunia dalam usia 87 tahun,” tambahnya.
Tuan Sang Sang berasal dari negeri Maghribi, julukan untuk sebutan Daulah An-Nashriyah atau yang terkenal dengan sebutan Bani Ahmar yang sekarang disebut Granada yang ada di Spanyol (Eropa). Dan merupakan Kerajaan Islam terakhir di Eropa karena Granada dikalahkan Ratu Isabela (Spanyol) bersama suaminya Raja Ferdinand (Portugis) pada tanggal 2 Januari 1492. Dan ketika mendarat di Jawa, yang menjadi tumpuan perjalanan panjangnya adalah ke Daha- Kediri (Jawa Timur). Lalu bertemu dengan tokoh-tokoh Islam yang lebih dulu berdakwah di tanah Jawa.
Kemudian dalam pelacakan Aka Hasan, Tuan Sang Sang melanjutkan perjalanan ke Majapahit dan bertemu dengan Syekh Jumadil Kubro TroloyoTrowulan, Mojokerto, Jawa Timur). Setelah itu berpindah ke Gresik, bertemu dengan Syekh Bentong. Lalu bergeser ke Tuban, bertemu dengan Syekh Ibrahim Asmoroqondi. Berlanjut ke Lasem, terus ke Juwana. “ Dari Pelabuhan Juwana (Pati) inilah beliau mengikuti perjalanan kapal yang menuju ke Sunda Kelapa. Setelah cukup lama di Sunda Kelapa, kemudian beliau kembali lagi ke timur menuju Pulokalapa (Karawang, Jawa Barat), kemudian pindah ke Cirebon, pindah lagi ke Ujungnegoro (Batang Jawa Tengah). Kemudian pindah ke Demak dan hidup beberapa tahun di Demak.
Ketika Raden Muhammad Amiruddin Hasan bin Raden Fatah diangkat menjadi Adipati Loram (Kudus), pada tahun 1508 M, Syekh Abdurrahman Tuan Sang Sang, diminta Sunan Kalijogo (selaku Ketua DewanWalisongo ke-3) untuk mendampingi (penasehat) Adipati Loram (Raden Muhammad Amiruddin Hasan bin Raden Fatah) dalam memimpin Kadipaten Loram (sebelum menjadi Kudus yang sekarang). Terakhir Tuan Sang Sang pindah dan menetap di Kudus, hingga akhir hayatnya.
Dengan hasil penelitian Aka Hasan tersebut maka misteri makam yang berada di perempatan jalan depan Masjid Loram Kulon sudah terkuak. Termasuk sosok Adipati Loram , Amiruddin Hasan, anak pertama dari isteri kedua Raden Patah yang berkuasa pada tahun 1508 – 1524. Sang Adipati ini beserta isteri, tiga orang anak, tewas dalam peperangan melawan Resi Lokajaya dari Rahtawu.
Dan Masjid At Taqwa yang selama ini dikenal dibangun Sultan Hadirin pada tahun 1597 menurut hasil penelitian Aka Hasan juga tidak benar, karena Sultan Hadirin wafat pada tahun 1550. “Logika yang paling mungkin, Masjid Loram ini diperbaiki Raja Demak ke-7 Raden Muhammad Aminuddin Hasan bin Raden Patah Patah(anak pertama dari isteri kedua atau kakak kandung Adipati Loram) pada tahun 1596-1597,” tambah Aka Hasan.
Selain itu, Sultan Hadirin yang juga disebut-sebut bernama Tji Wie Gan juga tidak benar. Sebab, Tji Wie Gan adalah keponakan dari isteri pertama Arya Damar atau Ciu Ban Sie.(sup)