Malioboronya Kudus Tinggal Papan Nama

elangmur - Senin, 6 Mei 2024 | 06:20 WIB

Post View : 390

Keindahan-awal CJSK Maret 2021 Foto dokumentasi Sup

Kudus, Elang Murianews- Konsep pembangunan Citywalk Jalan Sunan Kudus (CJSK) yang berkiblat pada Jalan Malioboro Jogja, akhirnya tinggal menyisakan papan nama dan jalan menjadi lebih lebar. Berbagai macam “ pernak pernik” sempat membuat kagum sebagian masyarakat Kota Kretek- terutama di malam hari lenyap entah ke mana. Padahal pembangunannya menelan biaya sekitar Rp 14 miliar lebih di tahun anggaran 2020- ketika era pejabat bupati/bupati di tangan Hartopo.

Citywalk jalan sunan kudus- atau CJSK per 3 Mei 2024. Foto sup.

        Hartopo/ Pemkab Kudus berkeinginan sebagian Jalan Sunan Kudus- tepatnya jalan sepanjang 526 meter. Dihitung dari bundaran Alun Alun Simpang Tujuh Kudus, hingga tepi jembatan Kali Gelis ( ke arah barat), mau “disulap” menjadi kawasan perdagangan dan wisata seperti Malioboro.

        Malioboro nama sebuah jalan di jantung Kota Gudeg. Yaitu sejak seputar Stasiun Kereta Api Tugu- lurus ke selatan mentok sampai Kantor Pos Besar sepanjang sekitar dua kilometer. Dibangun Pemerintah Hindia Belanda awal abad ke-19 sebagai kawasan pusat perekonomian dan pemerintahan. Malioboro sendiri berasal dari bahasa sansekerta malyabhara yang berarti karangan bunga.

Salah satu lampu hias-diantara puluhan lain yang tidak berfungsi/mati di CJSK . Foto Sup.

         Adapula beberapa ahli yang berpendapat asal kata nama Malioboro berasal dari nama seorang kolonial Inggris yang bernama Marlborough yang pernah tinggal di Jogja pada tahun 1811- 1816 Masehi.

         Sedang Jalan Sunan Kudus, mengambil nama dari Sunan Kudus , yaitu sejak Alun Alun Simpang Tujuh ke barat hingga perempatan jalan Jember. Sunan Kudus atau Ja’far Shodiq sendiri adalah salah satu diantara Wali Sanga (9) yang disemayamkan di komplek Masjid Menara Makam Sunan Kudus di Desa Kauman Delapan diantaranya adalah Maulana Malik Ibrahim (Gresik), Sunan Ampel (Surabaya), Sunan Bonang (Tuban/Rembang), Sunan Giri (Gresik), Sunan Drajat (Lamongan), Sunan Kalijaga (Kadilangu Demak), Sunan Muria (Colo Kudus) dan Sunan Gunung Jati ( Cirebon).

          Selain itu Sunan Kudus juga menjadi kunci ditetapkannya hari jadi Kota Kudus. Terkait ketika Sunan Kudus membangun masjid Al Aqsa atau juga disebut masjid Al Manar. Yaitu pada Senin Pahing tanggal 1 Ramadan tahun 956 Hijriah atau tanggal 23 September 1549 Masehi, melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 11 Tahun 1990 tentang Hari jadi Kudus yang diterbitkan tanggal 6 Juli 1990, pada era Bupati Kolonel Soedarsono.

           Dan sebelum ditetapkan sebagai CJSK, sudah dikenal sebagai salah satu pusat bisnis. Sebagian besar dihuni warga etnis Tionghoa. Diantaranya ayah-ibunya legenda bulutangkis Liem Swie King. Juga terdapat salah satu diantara rumah kembar milik Raja Kretek Nitisemito dan komplek lembaga pemasyarakatan.

          CJSK dibangun dengan cara antara lain : pelebaran jalan . Trotoar kanan kiri dibangun ulang. Dengan gorong-gorong yang lebih lebar dan dalam, sehingga mempercepat arus pembuanga air hujan ke Sungai Gels. Lalu dilengkapi dengan puluhan tiang lampu hias dari bahan kuningan (diragukan kebenarannya). Dan setiap tiang didesain menyerupai “angkringan soto Kudus”. Khusus di sisi selatan dinding Lembaga Pemasyarakatan (LP) dibangun tempat untuk duduk, tempat nyantai, tempat untuk berfoto ria, atau tempat “kongko –kongko”.

         Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kongko sebagai: bercakap-cakap yang tidak ada artinya; mengobrol; Dan kongko-kongko sebagai: duduk santai dengan pembicaraan yang tidak menentu ujung pangkalnya (beberapa orang bersama-sama).

Halaman:

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

img single