10 Los “Siluman” Bakalankrapyak Mulai Dihuni

elangmur - Jumat, 7 Juni 2024 | 20:20 WIB

Post View : 239

10 los "siluman" - diantara 44 kios yang dibangun di komplek terminal wisata Bakalankrapyak Kaliwungu Kudus. Foto Sup 7 Juni 2024

Kudus,Elang Murianews- Sepuluh los “siluman” di taman parkir/terminal wisata Bakalankrapyak Kaliuwungu Kudus mulai “dihuni” dua pedagang kaki lima (PKL). Dua PKL wanita tersebut sama sama warung makan. Dengan aneka menu dan harga  yang cukup terjangkau . Namun ketika ditemui secara terpisah, Jumat 7 Juni 2024 terkesan menutupi-nutupi “proses” keberadaan mereka yang baru  sekitar sepekan terakhir membuka  usahanya.

                Disebut los “siluman”, karena memang tidak ada calon tetap PKL yang akan menempati. Semua PKL pindahan dari Taman Menara, sesuai data resmi dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kudus berjumlah 44 orang, sehingga dibangunlah 44 kios di Bakalankrapyak.

                Mereka juga  telah menerima kunci kios, setelah lebih dahulu dilakukan undian pada awal Januari . Namun sampai dengan Jumat 7 Juni 2024, baru sekitar 15 PKL yang menempati.

                Anehnya, Disbudpar sebagai pengguna anggaran pembangunan kios tersebut juga membangun pula 10 los, yang menyatu – satu deret dengan 44 kios. Sepuluh los ini tidak diketahui diperuntukkan kepada siapa.

                Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar)  Kudus, Mutrikah,yang dikonfirmasi sejak Rabu petang 5 Juni 2024 melalui WA, hingga Jumat malam tidak merespon. Padahal pembangunan sepuluh los “siluman” dan 44 kios di komplek  terminal Bakalankrapyak , pihak Disbudpar sebagai pengguna anggaran, dengan total biaya pembangunannya menelan biaya Rp 1,9 miliar. Pihak Inspektorat Pemkab Kudus  belum/tidak tergerak untuk “mengusutnya”.

Ngopi dan sega kucing- di sudut kios-los yang dibangun dengan biaya Rp 1,9 miliar, tapi sebagian besar belum/tidak dihuni pedagang kaki lima. Foto dokumentasi sup

                Termasuk pejabat bupati Kudus, Hasan Chabibie yang sebenarnya sudah tahu tentang kasus tersebut juga belum “bereaksi”. Konon alasannya  kasus itu “warisan  Bupati “lama” Hartopo. Padahal kasus warisan Hartopo lainnya seperti lowongan jabatan perangkat desa yang terkatung-katung mampu diselesaikan dengan baik dan tuntas

Kronoligis-

                Menurut catatan Elangmurianews, Taman Menara awalnya dibangun pada September 2016 dengan biaya Rp 3 miliar dari APBD Kudus. Pada saat bupati Kudus di tangan Musthofa dan dikelola Dinas Perdagangan. Kemudian menjelang Oktober 2022 dirombak total dengan biaya sekitar Rp 680 juta, saat bupati Kudus beralih ke tangan Hartopo dan penanganannya beralih ke Disbudpar Lokasinya bekas alun alun kota lama Kudus-Kudus Kulon, pojok kanan beberapa puluh meter dari komplek Masjid Al Aqsa Menara  Makam Sunan Kudus. Atau era  Sunan Kudus  abad  15- 16. Menempati tanah milik desa Kerjasan dan kemudian diambil alih pemerintah kabupaten Kudus yang saat itu di bawah komando bupati Wimpie Hardono.

                Dengan adanya renovasi Taman Menara tersebut, tercatat  44 orang pedagang yang  tergusur dan kemudian akan direlokasi ke komplek terminal wisata Bakalankrapyak dengan biaya  sekitar Rp 800 juta.Namun dalam kenyataannya, tidak hanya dibangun 44 kios sesuai dengan jumlah pedagang yang harus dipindahkan, tetapi ada tambahan bangunan 10 los yang  samasekali belum jelas peruntukkan. Biaya pun membengkak menjadi Rp 1,9 miliar.

             Pembangunan 44 kios dan 10 los tersebut menggusur puluhan pohon penghijauan, yang hingga sekarang belum ada pengganti dan berita acaranya, sesuai peraturan daerah yang berlaku. Sekaligus juga mempersempit  luasan tempat parkir mobil/bus  wisatawan.Dengan adanya tambahan 44 kos dan 10 los , maka  total kios di Bakalankrapyak membengkak menjadi 72 kios dan 10 los.(sup).

Halaman:

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

img single