Kudus, Elang Murianews (Elmu) – Pagu biaya pembangunan irigasi tersier Daerah Irigasi (DI) Bendung Logung Kudus sepanjang 19,2 kilometer yang mencapai Rp 54.291.000.000,- atau Rp 54, 2 miliar diduga kemahalan. Sebab harga per meter menjadi rata-rata Rp 2,8 juta.Harga per meter ini berdasarkan perhitungan : Volume pekerjaan x Harga satuan material) + (Jumlah hari kerja x Upah per hari). Padahal menurut menurut kalangan kontraktor bangunan yang ditemui terpisah, Selasa 14/10/2025), secara umum harga per meternya paling mahal Rp 1, 3 – Rp 1,5 juta.
Selain itu , dijumpai di banyak titik, aliran irigasi tersier ini terputus-putus. Padahal seharusnya jaringan irigasi tersier tidak boleh terputus- selalu sambung menyambung- sehingga mengalir lancar ke sawah/lahan pertanian petani.
Berdasarkan data yang dihimpun Elmu, biaya pembangunan irigasi tersier tersebut berasal dari dana Anggaran Pembangunan Belanja Negara (APBN) 2025 Kementerian Pekerjaan Umum (PU) 06.498.167 FC5036 RBS 006074 A. Dan belum diperoleh “hitam putihnya” spesifikasi tentang lebar, tinggi dan ketebalan bangunan. Hanya saja berdasarkan pengukuran yang dilakukan Elmu, tingg jaringan rata-rata 65 centimeter, lebar 35 centimeter dan ketebalan 5-6 centimeter, Selain itu , bangunan irigasi ini terdiri kerangka besi yang dicor dengan campuran semen, batu kris dan pasir. Hanya saja tidak diketahui ketebalan besinya apakah juga sesuai standar atau tidak.
Sedang yang pasti sesuai data tertulis yang diperoleh Elmu, pembangunan irigasi tersier tersebut tersebar di Desa Tanjungrejo , Terban, Hadipolo, Sidomulyo Kecamatan Jekulo, Desa Tenggeles, Hadiwarno, Kesambi, Golantepus, Jojo, Kirig, Mejobo Kecamatan Mejobo dan Desa Ngembal Kulon Kecamatan Jati.
Lalu jaringan irigasinya di bawah pengelolaan 24 gabungan kelompok tani (Gapuktan), kelompok tani (koptan), dan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) . Dan sampai dengan Selasa ( 14/10/2025) sebagian sudah selesai di cor, sebagian lagi masih dalam proses pemasangan kerangka besi. Dan sesuai kotrak kerja , pembangunan jaringan irigasi tersier tersebut baru akan “jatuh tempo” pada akhir Desember 2025. (sup)