Kudus, Elang Murianews (Elmu)- Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Kudus di bawah komando Sulistiyanto dalam waktu hampir 15 bulan terakhir nyaris tidak terdengar kegiatannya. Sehingga Ketua Komisi D DPRD Mardiyanto, pekan lalu menyatakan menganggap kinerja KONI Kudus dianggap menurun dan perlu dievaluasi. Menanggapi pernyataan Mardiyanto tersebut, Sulis panggilan akrab Sulistiyanto, beserta sejumlah pengurusnya menjadwalkan segera bertemu dengan Komisi D untuk menjelaskan kinerjanya selama ini. Termasuk memberikan laporan adanya pergantian pengurus antar waktu Koni Kudus.
Bahkan sekaligus juga bakal menemui Bupati – Wakil Bupati Kudus Samani Intakoris- Bellinda terkait dengan dana hibah untuk Koni dan dana hibah pada APBD Perubahan 2025. Pada APBD 2025 telah ditetapkan Koni memperoleh anggaran “murni” Rp 1 miliar dan kemudian ditambah dana “aspirasi dewan” Rp 3 miliar. “Dana tersebut tidak akan mencukupi kebutuhan kami. Sebab, untuk biaya penyelenggaraan pra pekan olahraga provini (Porprov) Jawa Tengah Juni 2025, kami butuh dana sekitar Rp 6 miliar. Oleh karena itu, kami sudah mengusulkan kepada Pemkab Kudus melalui Dinas Pendidikan Pemuda Olahraga (Disdikpora) untuk APBD Perubahan 2025 sebesar Rp13,5 miliar,” tutur Sulis yang ditemui Elmu di rumahnya Desa Prambatan Lor Kecamatan Kaliwungu.
Namun Sulis tidak membeberkan secara rinci tentang dana yang telah diterima sebesar Rp 4 miliar tersebut selama sekitar 15 bulan terakhir. “ Kami sudah mentransfer ke rekening masing masing ketua cabang olahraga dengan besaran yang tidak sama. Hal itu tergantung kinerja cabang olahraga yang bersangkutan,” ujarnya.
Ketua Federasi olahraga balap motor( FOBM) Christian Rahardiyanto, yang dihubungi via Whatsapp (WA) membenarkan telah menerima transfer dari Koni Kudus sebesar Rp 50 juta. Tanpa adanya potongan samasekali. “Sedang biaya untuk persiapan menghadapi pra Porprov Juni 2025, belum /tidak diberi. Sementara memakai biaya pribadi dahulu,’ Sedang salah satu pelatih perguruan anggota Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (Forki) yang tidak bersedia disebut namanya, mengaku tidak tahu menahu dana transfer tersebut (dan selama ini). Sebab, selama ini yang pegang uang adalah ketua. “ Sedang untuk membiayai operasional atlet kami ditunjang dari orang tua masing masing atlet. Atau terkadang dibantu pihak ketiga. Sebenarnya masa jabatan ketua Forki Kudus sudah berakhir, tapi sampai sekarang belum ada penggantian pengurus. Tubuh Forki memang tidak sehat selama dipimpin Niedyo Woro Permata , atau biasa disapa Woro,”
Selain menjadi Ketua Forki, Woro juga dikenal sebagai Sekretaris Umum Koni Kudus periode 2023-2027. Namun dalam pergantian antar waktu atau perombakan “kabinet” yang telah disiapkan Sulis dan itu dibenarkan dalam anggaran dasar dan rumah tangga (AD-ART) Koni , Woro dipastikan diganti dengan wajah baru. “Pak Wiyono yang akan menggantikannya,” ujar Sulis. Wiyono pernah menjabat sebagai Ketua SPSI Kudus dan juga anggota Tanfidziyah pada kepengurusan cabang Nahdlatul Ulama . Woro bakal dilengserkan, karena dianggap tidak mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai sekretaris umum. Meski sebenarnya pada awalnya nyaris kesehariannnya “runtang runtung”- mesra dengan Sulis. Tetapi itu semu, karena Woro, sempat mengadu secara tertulis kepada Ketua Koni Jawa Tengah, “ketidak-beresan” proses Musyawarah anggota kabupaten ( Musorkab) pemilihan ketua Koni Kudus 18 Oktober 2023. Dan lebih fatalnya lagi, sebagai “sekjen”, mantan atlet nasional karate ini, justru ikut “cawe-cawe” masalah keuangan- yang bukan bidang tugasnya.
Dalam Musorkab ini , Woro sebagai salah satu kandidat “kalah”- tidak terpilih. Sebaliknya Sulis terpilih secara aklamasi. Berkat aduan Woro dan pelaksana pemilihan, maka Koni Jawa Tengah sempat menerbitkan surat bernomor 001/Um/2024 tertanggal 2 Januari 2024, perihal pemberitahuan tentang pelaksanaan Musorkab tersebut dinyatakan cacat hukum dan tidak sah. Kemudian akan ditunjuk dan ditetapkan Pejabat sementara (Pjs) Koni Kudus dengan tugas pokok melaksanakan Musyawarah olahraga kabupaten luar biasa (Musorkablub).
Namun Koni Jawa Tengah akhirnya secara tidak langsung menganulir keputusannya sendiri, lewat surat keputusan Koni Jawa Tengah nomor 005/S.K/I/2024 tertanggal 22 Januari 2024 menetapkan Sulis sebagai Ketua Umum Koni Kudus terpilih 2023-2027. Dan kemudian dilantik Ketua Umum Koni Jawa Tengah Bona Ventura Sulistiana di Gedung Olah Raga (GOR) Bung Karno Wergu Wetan, 5 Februari 2024.
Selain Woro ada sejumlah pengurus yang “digeser-geser”- dialih-tugaskan. Kemungkinan besar bidang humas yang selama ini dipercayakan kepada Blegooh Alun Sedayu dan Bellinda, juga turut diganti/”dirukir”. Bellinda sudah pasti diganti karena sudah terpilih menjadi wakil bupati Kudus dan telah dilantik secara resmi 20 Februari 2025.
Sedangkan Alun , yang selama ini dikenal sebagai ketua cabang olahraga Kick Boxing ikut dilengserkan atau tidak. Sebab, sang ketua umum Koni Kudus sendiri, diduga belum pernah memberikan tugas kepada “sang humas”. Atau mungkin memang Alun bukan figur yang tepat. Meminjam istilah dari salah satu ungkapan pengurus Koni, penggantian itu dilatar-belakangi dengan kondisi riil pengurus yang berhalangan permanen karena tutup usia. Lalu karena yang bersangkutan hanya “duduk manis” dan tebar pesona. Namun juga karena memang tidak mampu atau tidak tepat pada “jabatan” yang diemban. Termasuk tidak loyal kepada pimpinan.
Sang ketua umum, juga tidak pernah memakasimalkan “website” peninggalan Ketua Umum Koni Kudus era Antoni Alvin. Menurut Abdullah (2015), Website merupakan kumpulan-kumpulan halaman yang terdiri beberapa laman yang didalamnya terdapat informasi digital dalam bentuk gambar, teks, audio, musik dan nimasi lainnya yang disediakan melalui jalur atau koneksi internet.
Sebenarnya jika website ini difungsikan dan selalu diperbarui setiap hari, maka secara tidak langsung bisa bermanfaat besar untuk Koni Kudus dalam memperlihatkan kinerja yang sebenarnya kepada pemerintah kabupaten, DPRD, atlet hingga masyarakat umum. Memang tidak mudah. Butuh tenaga yang benar-benar mampu menangani. Bahkan bisa menunjuk personil yang profesional.
Sulis nampaknya cukup lemah dalam pengusaan data. Padahal tanpa memiliki data lebih dahulu, akan terlalu sulit untuk “berhitung, menganalisa, hingga menetapkan sebuah langkah- program Koni. Justru lebih memilih “rapat interen” dahulu, dibanding berdialog dengan pengurus cabang olahraga, pelatih dan atlet.
Menurut informasi yang digali Elmu, sebenarnya yang lebih paham atau mengerti benar tentang “dunia olahraga” adalah pelatih dan atlet. Selama ini justru tidak “diuwongke” alias tidak dianggap. Pengurus lebih terlena dengan berhitung berapa besar-kecilnya APBD yang akan dikucurkan untuk Koni. “Pengurus Koni Kudus selama ini terlalu “gemuk” personilnya. Sebenarnya cukup ketua, sekretaris dan bendahara yang profesional sudah bisa jalan kok. Para pelatih dan atletnya adalah “pekerja” yang sebenarnya. Merekalah yang tahu segala jenis kebutuhan dan ubo-rampenya”. (Sup).