Kudus,Elang Murianews (Elmu)- Menara masjid Al Aqsa atau Al Manar menurut Dr G F Fiper diyakini bergaya arsitektur Hindu Jawa.”Bagi saya Menara Kudus tidak nampak sebagai menara, tapi seolah-olah seperti sebuah bangunan Hindu yang gaya dan tujuannya memberikan jabawan pada masa kini. Dan sungguh –sungguh tidak jauh dari pada bagus –dibanding dengan gapura Jawa Timur yang pada gilirannya dihubungkan lagi dengan menara kul-kul di Bali “ ujarnya seperti yang dikutip dari Buku Kudus Purbakala Dalam Perjuangan Islam, karangan Sholichin Salam halaman 34.
Lalu di halaman 35, di tiang atap Menara Kudus terdapat candra sengkala yang berbunyi Gapura Rusak Ewahing Jagat. Dan karena seluruhnya menggunakan kalimat dalam bahasa Jawa, maka menurut tafsiran Prof Dr Soetjipto Wirjosuparto, dekan fakultas sastra Universitas Indonesia, menunjuk tahun Jawa 1609. Atau bertepatan dengan tahun 1685 Masehi (M). Gapura diartikan angka 9, rusak 0, ewah 6 jagat, kemudian dibalik menjadi 1.609.
Di buku inventarisasi benda cagar budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwsata Kudus 2007 jua mengungkap hal yang sama. Dan banyak pihak yang menyatakan Menara Kudus dibangun pada era Sunan Kudus.
Arti menara sendiri, menurut Sholichin Salam, asal kata dari Bahasa Arab Menaruh. Artine menaruh tempat cahaya di atas. Juga tempat yang digunakan muadzin untuk beradzan-menyeru orang bersembahyang. Sedang menurut kamus besar bahasa Indonesia , bagian bangunan yang dibuat jauh lebih tinggi daripada bangunan induknya:
Sementara, peneliti sejarah kerajaan Demak Bintoro dan Walisongo, Aka Hasan yang ditemui terpisah menjelaskan, Menara Kudus adalah Tajug milik masyarakat Hindu di jaman Raja Kertanegara (Singosari) Kemudian pada tahun 1525 M (Tajug/Menara Kudus) menjadi barang Ghonimah( pampasan perang) milik Kerajaan Demak Bintoro yang kemudian diberikan pada Jakfar Shodiq (Panglima Perang Angkatan Darat Kerajaan Demak Bintoro yang ke-tiga dari tahun 1509-1525 M).
Saat itu Jafar Shodiq dikenal sebagai Sunan Kudus ke- 2. Sedang Sunan Kudus 1( pertama) adalah Syekh Maulana Jafar Hasan al Quds, ayah dari Jafar Shodiq kelahiran Palestina tahun 1386 dan kemudian hijrah ke Jawa tahun 1406 M. “ Nyuwun sewu, kulo bade meluruskan masalah tahun dan bukan berarti saya menyalahkan pak Solichin Salam.dalam bukunya Kudus Purbakala Dalam Perjuangan Islam(1961),” tutur Aka Hasan.
Tahun Jawa adalah tahun asimilasi dari Tahun Hijriyah ke Tahun Saka sehingga menjadi Tahun Jawa. Peristiwa ini terjadi tahun 1043 H atau tahun 1633 M dan tahun Sakanya 1555 .Jadi sejak tahun 1633 M itu, terjadilah asimilasi Tahun Saka menjadi Tahun Jawa 1555 AJ yg perhitungannya disamakan dengan Hijriyah oleh Sultan Agung.
Oleh karena tahun Jawa 1609 tidak sama dengan tahun 1685 M, sebab tahun 1609 -1555 = 54 .Maka perhitungannya seharusnya menggunakan konversi 1609 Jawa -78 = 1531 M (Perhitungan terbalik) meskipun sebenarnya tahun Jawa 1609 itu memiliki kesamaan dengan tahun 1685 M. “Mengingat tahun Hijriyahnya adalah 956 H dan bukan 1097 H, maka saya menggunakan teori terbalik tersebut ‘Mungkin pak Solichin Salam dalam menggunakan tahun itu berdasarkan Serat Kanda, sehingga antara Sengkala dan peristiwanya banyak kejanggalannya atau salah tafsir kesengkalaannya it, “ kata Aka Hasan.
Sehubungan dengan perbedaan tahun sebanyak 54 ini, maka dikurangi 2 lagi, yaitu 1531 M - 2 = 1529 M .Bisa jadi Masjid ini benar-benar dibangun oleh Ja'far Shodiq pada tahun 1529 M atau 936 H bisa jadi tahunnya ditulis 956 M (1549 M).
Bila menggunakan teori ini, maka Masjid Menara Kudus dibangun oleh Ja'far Shodiq setelah empat tahun beliau tinggal di Kudus sejak tahun 1525 M atau 931 H. Bisa jadi tulisan 956 H itu yg benar adalah 936 H (1529 M) yang sesuai dengan Ja'far Shodiq dan atau benar 956 H (1549 M) sesuai pengangkatan Pangeran Poncowati menjadi Panglima Perang Angkatan Darat Kerajaan Demak Bintoro yang ditandai dengan Situs bertanda tahun 956 H (1549 M). “ Monggo dipun klarifikasi lagi agar memiliki kebenaran fakta sejarahnya,”(sup)