Mengenaskan, Kehidupan Dalang Wayang Klithik

elangmur - Kamis, 31 Juli 2025 | 06:11 WIB

Post View : 231

Sutikno (49)- dalang wayang Klithik Desa Wonosoco Kecamatan Jekulo Kudus, kehidupan sehari harinya masih mengenaskan. Foto Sup ( 29/7/2025).

Kudus, Elang Murianews (Elmu)- Kehidupan dalang wayang klithik Sutikno (45) masih tetap mengenaskan. Penghasilan sebagai dalang  tidak mampu untuk  menopang  kehidupan keluarganya, yang terdiri sang isteri Siti Umaiyah,  dan dua anak Adita Aji Pramono yang biasa dipanggil Adit, serta Ahmad Tino Muzaqi  atau Tino. “ Saya hanya punya “secuil” ladang di tepi hutan , yang tidak layak dijadikan sumber penghasilan, sehingga saya harus bekerja serabutan. Begitu pula isteri membantu meringankan beban hidup kami bekerja di salah satu apotek,” tuturnya Kamis (31/7/2025).

            Mereka menurut Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Desa Wonosoco Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus,  tergolong  warga miskin, sehingga memperoleh Program Keluarga Harapan (PKH). “Benar Pak, sudah sejak dulu dapat bantuan dari pemerintah,” tutur Kepala Desa Wonosoco Setyo Budi, Kamis ( 31/7/2025).

             Jika merunut dari kali pertama bertemu dan bertandang ke rumah Sutikno pada Rabu (24/2/2021), atau empat  tahun terakhir, maka program PKH belum mampu mengentaskan  kehidupan keluarga ini. Belum berhasil meningkatkan status keluarga miskin menjadi keluarga mandiri.

        Meski kehidupan yang serba pas-pasan ini, tetapi Sutikno tetap  setia menggeluti sebagai dalang wayang klithik (Waki).”Saya selalu teringat pada pesan almarhum ayah saya- yang juga dikenal sebagai dalang Waki,  agar tetap melestarikan Waki. Jadi saya selalu mengasah ketrampilan bersama para pengrawit dan pesinden. Memberikan pelatihan kepada  murid SMP  Satu Atap dan warga desa yang berminat,” tambah Sutikno.

         Tidak hanya Sutikno yang pantas untuk “diacungi jempol”, tetapi juga  kepada sebagian besar para pengrawit dan pesindennya yang usianya tidak muda lagi. Kehidupan seharinya-harinya  yang juga sebagai petani, buruh tani, buruh serabutan, tidak menyurutkan mereka untuk bersama-sama melestarikan Waki. “Saya  khususnya, maupun  teman grup Waki, bersyukur, sejumlah anak muda mulai tertarik pada Waki. Seperti “ tukang kendang” saya sudah digantikan anak muda,”

Lanjut usia (Lansia) - sebagian besar pengrawit dan pesinden Wayang Klithik. Belum nampak secara signifikan regenerasinya. Foto Sup (29/7/2025).

           Melihat penampilan Waki selama sekitar dua jam  saat pentas di Taman Krida Kota Kudus, dalam rangka memperingati hari ulang tahun ke-52 Perkumpulan Insan Purnakaryawan  Pendidikan dan Kebudayaan (IPPK) tingkat Provinsi Jawa Tengah, tidak terlihat adanya kesedihan. Mereka larut dalam sebuah pertunjukan  yang serba profesional. Mengetengahkan  segenap hati nuraninya untuk nguri-nguri atau lebih jauh mengembangkannya kesenian tradional ini. Meski  sepi dari penonton dan  bertolak belakang dengan kehidupan mereka. Memang nelangsa benar kehidupan Wayang Klithik Desa Wonosoco. Semoga ada tangan-tangan penyelamat, sehingga  kesenian langka ini tidak terdegradasi- tidak punah.(Sup).

Halaman:

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

img single