Kudus,Elang Murianews – Museum Kretek- satu satunya di Indonesia ternyata loyo. Bahkan secara umum sektor wisata di Kabupaten Kudus tahun 2023 jeblok. Pertumbuhannya minus 1,48 persen. Dan selama ini belum pernah berhasil menduduki urutan lima besar tingkat Jawa Tengah. Masih kalah tangguh dengan tetangganya Kabupaten Demak dan Jepara. Mirisnya lagi, Dinas kebudayaan dan pariwisata (Disbudpar) Kudus yang paling bertanggung jawab justru “adem ayem saja” melihat kenyataan ini .
Data yang dikutip dari Buku Statistik Pariwisata Jawa Tengah 2023, yang diterbitkan secara rutin per tahun Dinas Kepemudaan Olahraga dan Parwisata Jawa Tengah, memastikan Kudus tercecer dengan daerah lain.
Dengan modal 29 obyek daya tarik wisata (DTW), yang terdiri dari 5 DTW alam, 18 DTW budaya, 6 DTW buatan, Kudus hanya mampu meraih wisatawan nusantara sebanyak 1.707.397. Tanpa adanya wisatawan mancanegara yang berkunjung.
Dari jumlah tersebut sebagian besar ditopang dari DTW Menara (Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus )sebanyak 616.077 orang, DTW Colo (termasuk makam, masjid Sunan Muria ) 575. 629 orang dan obyek wisata Desa Rahtawu 130.842 orang.
Khusus untuk Rahtawu yang tergolong “muka baru”, namun, pertumbuhan dan perkembangannya melesat sangat cepat sekitar lima tahun terakhir. Bahkan jika sarana, prasarananya, termasuk sumber daya manusia ditingkatkan, terbuka lebar untuk “mengimbangi” DTW Menara dan DTW Colo.
Sedang Museum Kretek yang diresmikan Menteri Dalam Negeri Soepardjo Roestam 3 Oktober 1986 hanya mampu menyerap 69.843 orang. Data ini berbeda dengan data yang disampaikan Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Museum dan Taman Budaya Kudus, Sudarman yang menyebut jumlah pengunjung tahun 2023 tercatat 36.713 dan di tahun 2022 sebanyak 58.350 orang.
Museum Kretek yang menempati lahan milik Desa Getas Pejaten Kecamatan Jati seluas sekitar 2,5 hektar memang “miskin kreativitas”. Bahkan, Disbudpar Kudus membangun lima “ replika rumah khas Kudus” pada tahun 2019. Tanpa diketahui besaran biayanya dan sumber pendanannya.
Namun yang pasti dari lima “replika rumah khas Kudus” tersebut, dua diantaranya replik a rumah kembar Raja Kretek Nitisemito, replika rumah kapal, replika bekas kantor kawedanan dan masjid Loram Kulon.
Dari ke lima replika tersebut, empat diantaranya dengan sangat mudah bangunan aslinya bisa diakses masyarakat umum. Selain itu masih dalam kondisi “baik-baik “ saja. Kecuali rumah kapal yang berada di Desa Damaran Kecamatan Kota Kudus. Selain sudah rusak, juga sedikit tersembunyi. “ Untuk apa kok dibuat replika. Sementara aslinya masih ada dan mudah dikunjungi. Saya khawatir ini hanya sekedar menghambur-hamburkan uang saja,” tutur Sancaka Dwi Supani, Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia Daerah (AMIDA) Jawa Tengah II (Pati,Kudus,Demak, Jepara,Rembang,Blora, Grobogan/Pakudjembaran), Selasa (2/9/2024).
Sedang Museum Kreteknya menurut Supani, malah tidak “digarap” lebih menarik. Terutama sisi visualisasi yang kurang. Khususnya dikaitkan dengan kesinambungan antara industri rokok jaman doeloe (jadul) dengan era globalisasi. Yang ditandai melalui kemajuan teknologi, alat komunikasi dan trasportasi, nyaris tanpa sekat.
Sebelum dibangun lima replika, di belakang gedung Museum Kretek malah dibangun wahana air. Seperti “waterboom”, ember tumpah dan terapi ikan. Dan didahului dengan memindahkan salah satu rumah adat Kudus ke sisi kiri halaman depan museum. Termasuk gedung biskop mini tiga demensi di samping kiri museum. Terakhir dibangun gedung Technopark dan tempat berjualan para pedagan kaki lima.
Menurut sejumlah petugas Museum Kretek yang masih berstatus tenaga honorer dengan masa tugas lima- tujuh tahun terakhir, sebagian besar pengunjung lebih memilih wahana air dan sekedar “kongko kongko” di bawah banyak pohon rindang yang berada di kawasan museum.
Mereka juga banyak yang acuh terhadap lima replika, karena tidak dilengkapi dengan secuil data pun. Padahal data itu menjadi salah satu daya tarik. Sebab, rumah kembar dibangun Raja Kretek Nitisemito yang lahir di Desa Janggalan Kecamatan Kota Kudus pada tahun 1863..
Rumah kembar ini dibangun kontraktor Lindeteves dari Jerman untuk kedua anak perempuannya , Nahari dan Nafiach pada tahun 1935-1936. Berlokasi di tepi barat dan timur Sungai Gelis. Serta berada di dekat jembatan besar di Jalan Sunan Kudus. ( berdasarkan Buku Optimalkan Omah Kembar Kudus Peninggalan Nitisemito sebagai cagar budaya yang dilindungi untuk media edukasi” yang ditulis Devi Rahma Setyaningrum, siswa SMA 2 Kudus 22 Maret 2018). Dan salah satu cirri khasnya di bagian atas bangunan terdapat simbul produk rokok unggulan Nitisimito berupa Bal Tiga (bola tiga).
Sedang rumah kapal adalah milik Muzaid yang dibangun pada tahun 1927 dan telah ditetapkan sebagai benda cagar budaya berdasarkan surat keputusan Bupati Kudus nomor 432/159/2020. Lalu untuk rumah bekas kawedanan terdiri tiga unit yang arsiteknya sangat mirip satui sama lain.
Rumah bekas kawedanan itu berada di jalan raya Kudus- Pati, masuk wilayah Kecamatan Jekulo yang semula dikenal sebagai kantor kawedanan Tenggeles. Lalu bekas kantor kawedanan Kota Kudus di Jalan Diponogoro. Sedang bekas kantor kawedanan Cendono, berada di tepi jalan raya Kudus-Colo, masuk wilayah Desa/Kecamatan Bae. Tiga bekas kantor wedana tersebut dibangun pada abad ke XIX(19).
Lalu berdasarkan Buku Statistik Pariwisata Jawa Tengah 2023, Kabupaten Kudus memiliki OTW sebagai berikut : Air Terjun Montel Wisata Alam dengan jumlah pengunjung 14.769, Air Tiga Rasa Rejenu Wisata Alam (6.316), Menara kudus wisata budaya(616.077), Museum Kretek wisata budaya ( 69.843), Museum Patiayam wisata budaya( 9.587 ) Obyek Wisata Colo Wisata Alam ( 575.629 ), Obyek Wisata Rahtawu Wisata Alam (130.842 ), Pijar Park Wisata Alam (24.928) , Taman krida wisata wisata buatan(12.349), Taman Ria Colo wisata buatan ( 3.722), Taman Sardi wisata buatan (15.071 ), Tradisi Ampang Maulid Desa Loram Kulon wisata budaya (5.800 ), Tradisi Budaya di Sendang Kasih Desa Gondosari wisata budaya( nol kunjungan), Tradisi Dhandangan wisata budaya (62.000), Tradisi Haul Mbah Rogomoyo Desa Kaliwungu wisata budaya ( nol kunjungan), Tradisi Kirab Air Salamun wisata budaya ( 7.500), Tradisi Kirab Budaya tujuh Gunung Desa Rahtawu wisata budaya ( nol kunjungan), Tradisi Kirab Tebokan Desa Kaliputu wisata budaya (4.000), Tradisi Kupatan Bulusan Desa Hadipolo wisata budaya ( nol kunjungan), Tradisi Kupatan Mbalong Sangkal Putung Desa. Kesambi wisata budaya (4.300 ), Tradisi Kupatan Sendang Jodo Desa Purworejo wisata budaya ( nol kunjungan), Tradisi Maulidan Jawiyan Desa Padurenan wisata budaya (nol kunjungan),Tradisi Nyiwer Desa Desa Wonosoco wisata budaya ( nol kunjungan), Tradisi Parade Sewu Kupat Desa Colo wisata budaya (nol kunjungan), Tradisi Resik - resik Sendang Desa Wonosoco wisata budaya (2.700),Tradisi Sedekah Kubur RA. Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku wisata budaya ( 1.200), Waterboom Mulia Wisata wisata buatan(79.271), Waterboom Museum Kretek wisata buatan (17.857) Waterboom MVR wisata buatan (43.636).
Sedang kebenaran data dari buku statistik pariwisata Jawa Tengah tersebut, utamanya yang menyangkut Kudus tentu terpulang pada Disbudpar Kudus sendiri. Selama ini data Disbudpar tidak akurat, termasuk data berbeda yang dipublikasikan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kudus. (Sup)