Kudus, Elang Murianews (Elmu)- Seharusnya legenda Dewi Nawangsih – Raden Bagus Rinangku diluruskan, agar tidak menjadi “bola liar” yang hingga sekarang masih berkembang di kalangan masyarakat umum. Terutama menyangkutdugaan pembunuhan yang dilakukan Raden Umar Said atau Sunan Muria III. “Sebuah cerita yang mengerikan. Bila itu dianggap sebagai kebenaran.. Karena merupakan penghinaan terhadap perilaku seorang wali yang membunuh anaknya sendiri gegara cinta dari seorang anak manusia yang tak direstuinya. Salah satu kisah percintaan yang begitu legendaris.Cerita tuturnya masih menjadi pegangan masyarakat di sekitarnya bahkan di luar daerah pun masih mempercayainya,” tutur Ahmad Kastono Abdullah
Hasan atau lebih akrab disebut AKA Hasan, peneliti Sejarah Kerajaan Demak Bintoro dan Walisongo, pada Seminar Sejarah Islam dengan tema “Tokoh Perempuan Pendakwah Islam yang Berjasa dalam Penyebaran Islam di Zaman Kewalian dan di Masa Kerajaan Demak Bintoro” di Karanganyar Demak.
Aka Hasan berharap, masyarakat- terutama umat Islam dapat membuka cakrawala berpikirnya dalam mencerna cerita-cerita yang tidak bertanggung jawab. Terutama cerita tutur dan legenda yang menyimpang . “ Bila dalam kehidupan sekarang dinamakan cerita “Hoaks”- bohong” ujarnya.
Dan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, legenda adalah cerita rakyat kuno yang berkaitan dengan peristiwa sejarah. Lalu Christian Hikers, seorang profesor sastra Belanda, mendefinisikannya sebagai dongeng tentang peristiwa sejarah, termasuk peristiwa yang berarti hal-hal misterius dan kekuatan gaib. Legenda adalah cerita fiksi kuno yang sebagian atau seluruhnya didasarkan pada imajinasi atau prespektif orang-orang kuno. Sedang Cerita legendaris biasanya disebarkan dari mulut ke mulut sebelum ditulis. Karena alasan ini, sebagian besar legenda tidak jelas siapa yang menciptakannya.
Berdasarkan sejarah dan penelitian Aka Hasan, Dewi Nawngsih, yang bernama asli Sri Ayu Nawangsih Ia anak kedua Raden Umar Said (Sunan Muria III) dari istri kedua. Sedang isteri kedua Sunan Muria III ini, adalah anak ke empat dari Syekh Maulana Hasan Syadzilly atau Sunan Muria I.
Nawangsih lahir sekitar tahun 1498 Masehi dan dikenal berparas cantik-ayu bagai tiada duanya. Menikah dengan Bagus Rinangku, pemuda tampan kelahiran Daha (Kediri) tahun 1492, salah satu murid Sunan Muria III. Ritual nikah langsung dipimpin Sunan Muria III
Pasangan legendaris ini hanya memiliki seorang putra. Dan Nawangsih meninggal pada tahun 1578 M/986 Hijriah (H) dalam usia 80 tahun. Sedangkan Raden Bagus Rinangku wafat pada tahun 1570 M/ 978 H dalam usia 78 tahun.
Dengan hasil penelitian yang dilakukan Aka Hasan tersebut, maka ceritera tentang Bagus Rinangku meninggal akibat terkena panah dari tangan Sunan Muria III saat memadu kasih dengan Nawangsih di tengah persawahan sama sekali tidak benar. Sekaligus juga meninggalnya Nawangsih akibat “menabrak diri” ke ujung panah yang tembus dari dada ke punggung Bagus Rinangku.
Juga membantah ceritera Dewi Nawangsih telah dijodohkan dengan salah satu murid Raden Umar Said yang bernama Muttamakin. “ Dewi Nawangsih itu sudah dalam kondisi meninggal. Sedang Muttaakin baru lahir. Sungguh tidak masuk akal. Khusus untuk nama Bagus Rinangku sebagai nama samaran atau nama asli, saya belum berhasil melacaknya ,” kata Aka Hasan.
Termasuk nama anak tunggal Nawangsih- Bagus Rinangku dan sosok Kiai Mashudi yang petilasannya berada di komplek makam Masin. “ Sebab , saya selalu dihalang-halangi dan belum berhasil menaklukan jin jin kemproh yang suka menyesatkan manusia. Salah satunya biasa disebut Banaspati – jin yang berpangkat senopati,” tambanya.
Sedang versi lain seperti yang ditulis Umar Hasyim dalam bukunya Sunan Muria antara fakta dan legenda (halaman 78) menyebutkan Dewi Nawangsih akan dijodohkan dengan salah satu murid Sunan Muria III yang biasa disapa Cibolek. Asal kata dari cebol ( pendek/kerdil) dan elek ( jelek mukanya). Dewi Nawangsih menolak keras dan lebih memilih/mencintai Bagus Rinangku.(sup).