Kudus, Elang Murianews (Elmu) – Target realita Komite Olahraga Nasional Indonesia (Koni) Kabupaten Kudus dalam Pekan Olah Raga Provinsi (Porprov) Jawa Tengah ke-17/2026 adalah finis di 8 (delapan) besar. Ini memperbaiki – merevisi target awal menyodok ke urutan 5 (lima) besar. Sedang di Porprov ke-16/2023, kontingen Koni Kudus tercatat di urutan ke-10. Atau merosot dari tiga besar yang pernah tercapai pada Porprov ke-15.
Hal itu terungkap dalam paparan pengurus Koni Kudus, di hadapan sekitar 43 dari 53 pengurus cabang olahraga (cabor), Bupati Kudus, Samani Intakoris, Kepala Inspektorat Eko Djumartono, Kepala Dinas pendidikan pemuda olahraga (Disdikpora) dan undangan lain di ruang belakang rumah dinas bupati, Rabu sore-petang (11/6/2025).
Menurut ketua bidang pembinaan prestasi Koni Kudus, Noor Rahmad, target realita tersebut akan teruji lebih dahulu dalam pra Porprov, yang dimulai Juni – Desember 2025. Semakin banyak cabor yang lolos dari pra Porprov, maka semakin terbuka kesempatan untuk meraih yang terbaik di Porprov ke-17/2026 yang akan berlangsung di Semarang Raya. “Dari hasil akhir di pra Porprov, maka perhitungan teknis dan non teknis pasti akan berubah. Kita harap dan tekankan kepada setiap penguus cabor beserta atletnya fokus lebib dahulu menghadapi pra Porprov,” tuturnya.
Hanya saja menurut Noor Rahmad yang juga dbenarkan Ketua Koni Sulistiyanto, pengurus cabor , pelatih dan atletnya, bakal terpengaruh dengan belum cairnya dana hibah dari Pemkab Kudus sebesar Rp 1 miliar dan dana aspirasi dari anggota DPRD Rp 1,5 miliar. “ Besar kecilnya pengaruh negatif memang ditentukan banyak faktor. Namun yang pasti waktunya sangat mepet bila dikaitkan dengan pelaksanaan pra Porprov dengan anggaran yang juga belum cair. Salah satu cara mengatasi adalah mencari dana talangan terlebih dahulu,” ujar Noor Rahmad.
Analisa
Data yang dihimpun Elmu, dalam Porprov 2023, kontingen Koni Kudus menempati urutan ke-10, dengan mengemas 28 medali emas, 27 perak dan 67 perunggu. Bila mengacu target untuk menyodok ke urutan ke-8, di atas kertas nampaknya tidak terlalu sulit. Sebab, di urutan ke-8 dan ke- 9, yang dihuni kontingen Banyumas dan Banjarnegara, perolehan medalinya tidak terlalu jauh berbeda.
Banyumas di urutan ke-8, memperoleh 29 emas, 44 perak dan 50 perunggu. Sedang Banjarnegara di urutan ke- 9 , menyabet 29 emas, 8 perak dan 28 perunggu. Untuk menggeser Banyumas dan Banjarnegara, atau memperbaiki posisi di urutan ke-8, Koni Kudus telah menyodorkan 13 cabang unggulan pertama dan 14 cabang unggulan kedua.
Adapun 13 cabang unggulan pertama terdiri : bulutangkis, bola voli, renang, gulat, atletik, panjat tebing, tenis meja, gateball, barongsay, sambo, yudo, tarung drajat dan sepakbola. Semuanya meraih medali emas, perak dan perunggu. Kecuali yudo yang meraih 1 emas, 4 perunggu, tarung derajat satu emas, 2 perunggu dan sepakbola satu emas.
Kemudian akan diperkuat dengan 14 cabor unggulan kedua yang telah mengemas medali perak dan perunggu. Ke-14 cabor itu meliputi kick boxing, tinju, pencak silat, wood ball, lempar bola besi, basket, karate, anggar, muaythai, dansa, biliar, golf dan drum band.
Dengan modal pretasi yang telah diraih ke-27 cabor tersebut, jika semuanya lolos pra porprov ( kecuali sepakbola yangt sudah dipastikan lolos tanpa melalui pra kualifikasi sesuai ketentuan yang berlaku), maka cukup seimbang dan berpotensi menggusur Banyumas dan Banjarnegara.
Modal dari 27 cabor tersebut, memungkinkan akan menambah jumlah medali baru. Bahkan dengan adajya 16 cabor yang tersisa juga bakal diterjunkan dalam pra porprov. Namun sangat mungkin terjadi target realita bisa buyar, tetapi juga berjalan mulus. Faktor non teknis hingga keberuntungan juga sering mengiringinya. Termasuk kabupaten/kota lainnya di Jawa Tengah, tentu juga akan berbuat serupa- memberikan prestasi terbaik bagi daerahnya.
Apalagi Porprov Jawa Tengah yang diadakan pertama kali di tahun 1951, menjadi ajang pembuktian bagi setiap atlet/cabor sebagai yang terbaik bagi provinsi ini. Sekaligus memapaki jenjang –tahapan ke tingkat nasional (Pekan Olahraga Nasional/PON) , hingga menembus tingkat dunia – olimpiade.
Dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah yang ikut Poprov, nampaknya hanya sejumlah kabupaten/kota yang konsisten bertahan/berprestasi di papan atas. Seperti kota Semarang dan kota Surakarta. Sedang kabupaten/kota lainnya , nampak “berprestasi-naik daun” ketika menjadi tuan rumah, karena bisa “bermain mata” dengan banyak pihak. Hanya demi kepentingan sepihak.
Padahal insan olahraga pasti hafal-ingat- tahu bahwa menang atau kalah dalam dunia olahraga adalah hal biasa. Sebab yang lebih dikedepankan, adalah sikap dasar sportif – kesatria. Mau menerima hasil pertandingan dengan lapang dada. Bahkan , Melky Goeslaw dan Ichbal Assegaf menciptakan lagu-mars berjudul : Patriot Olahraga yang nampak cukup tepat disematkan dalam dada sanubari insan olahraga : Cuplikannya sebagai berikut :
Kami ini Patriot Olahraga. Mengabdi Berkarya untuk Nusa Bangsa. Dalam Meraih Cita-cita. Gigih dalam Berjuang di Medan Laga. Berbakti untuk Indonesia. Kesetiaan adalah Kebanggaanku. Disiplin Satu-satunya Nafasku. Demi Jayanya Sang Merah Putih.Kehormatan adalah Segalanya. Gemertak Tulang Mendidih Darahku. Semangat Berapi Membakar Batinku. Tuhan adalah Kekuatanku. Setiap Kuhadapi Lawanku. Kami ini Patriot Olahraga. Biar Mata Dunia Memandang Indonesia.Kita Dahsyat dan Perkasa. (Sup)